"Jangan serba ingin tahu, Nyonya."Baron terkekeh mendengar jawabanku. Ia menutup mulut agar suara tawanya tak terlalu nyaring. Perempuan itu terdiam dengan wajah memerah bak udang rebus. Ia membuka pintu lemari pendingin dan menyuruhku pergi. "Pergilah! Aku muak melihat wajahmu.""Baiklah. Kapan perlu, saya tak kembali lagi ke rumah ini."Perempuan yang mengenakan hotpants itu menoleh. Ia menaruh cemilan yang baru saja ia keluarkan dari lemari pendingin itu di atas meja makan, lalu berjalan ke arahku. "Nur, kau tak boleh bicara seperti itu. Aku membutuhkanmu di sini. Hanya kau yang bisa kuandalkan.""Oh, ya?""Iya, Nur. Tetaplah bekerja di sini. Baron kan selalu ada untuk menemanimu bila kau merasa takut sendirian.""Baiklah, saya pulang dulu, Nyonya.""Besok kau kembali, kan, Nur?""Iya, Nyonya."Entah mengapa, aku menjadi sedikit berani dan lancang terhadapnya. Mungkin karena kartu as perempu
Last Updated : 2021-09-18 Read more