Semua Bab Jerat Ambisi Cinta sang Dokter: Bab 121 - Bab 130

200 Bab

BAB 121

"Jadi gimana, Gan?" Tjandra melirik Morgan yang dengan begitu ajaib malam ini di rumah. Biasanya? Jangan tanya! Entah punya berapa aset properti dan aset apa saja, Tjandra sampai tidak tahu. Yang penting Morgan a ingat bahwa dia adalah ayah kandungnya, itu sudah sangat cukup untuk Tjandra. "Besok baru mau berangkat sama Clara, Pa. Do'anya saja." Jawab Morgan sambil mengunyah nasi dalam mulut. "Rudi juga kau ajak?" Tjandra tahu, Rudi adalah tangan kanan kepercayaan Morgan bertahun-tahun lamanya, kemana Morgan pergi, Rudi selalu ada. Bahkan mungkin lebih banyak Rudi yang paham dan tahu rahasia Morgan dibanding dia dan Feni. "Nggak lah, biar dia di sini, handle kerjaan, Pa." Tentu untuk kali ini Morgan tidak mengajak Rudi, dia hanya akan pergi berdua dengan Clara.Tjandra tidak lagi banyak bertanya, ia kembali menyuapkan nasi ke dalam mulut. Sementara Feni meneguk air dalam gelas, menatap Morgan dengan saksama. "Sepulang dari
Baca selengkapnya

BAB 122

"KAU JADI KAWIN BENERAN, RA?" Bagas berteriak heboh ketika pagi itu Clara memberinya undangan pernikahan. Amplop dengan sampul warna keemasan itu terlihat begitu elegan dan mewah. Beberapa orang yang ada di ruang residen ikut terkejut. Dilihat dari desain dan cetakan undangan, ini undangan mahal! Tidak mungkin, kan, Clara halu dan rela merogoh kocek dalam cuma demi nge-prank mereka? Clara menepuk jidat dengan kesal, menggelengkan kepala sambil menghirup udara banyak-banyak. Dia harus banyak bersabar menghadapi teman-temannya yang rese namun cukup dia butuhkan kehadiran mereka ini. "Bang, please! Aku udah susah-susah desain undangan dan cetak, kamu masih meragukan kalau aku beneran mau nikah?" Mata Clara membelalak, menatap gemas ke Bagas yang masih syok tidak percaya dengan undangan yang dia terima.Nampak sosok itu masih memasang wajah terkejut, membuat Clara rasanya ingin mencakar wajah melongo itu. Kenapa begini amat sih punya senior? Memang
Baca selengkapnya

BAB 123

"Kenapa? Ada apa lagi? Kalau kamu hanya hendak membahas kecurigaan tidak beralasan kamu tentang tuduhan bahwa suami kamu berselingkuh, maaf Papa nggak punya waktu banyak, In!" Tegas Dicky yang sudah tidak mau dengar apa-apa lagi tentang apa tuduhan anaknya pada sang suami. Indira nampak menghela napas dalam-dalam, masih menatap sang ayah yang kini menatapnya dengan sorot mata tajam. "Indira sudah tidak mau membahas itu lagi, Pa. Agaknya sia-sia karena Papa tidak akan percaya juga, kan?" Indira tersenyum kecut, ada hal penting lain yang hendak dia bahas dan itu bukan soal perselingkuhan Arga lagi. Toh sekarang Arga berselingkuh dengan siapa memangnya? "Bagaimana mau percaya? Kami tidak punya bukti apapun bahkan pernah bikin malu karena salah grebek, In. Lantas Papa mau percaya dari mana? Coba katakan!" Dicky tidak mengerti, mungkin efek Indira terlalu mencintai suaminya atau gimana? Jadi selalu curiga terus bawaannya. Kembali Indira mendesah, b
Baca selengkapnya

BAB 124

"Mungkin sepertinya semesta nggak kasih izin kita buat sama-sama, Ga." Desis Clara ketika kemudian ia berhasil merangkai kata dan mengucapkan. Arga kini berdiri, tangannya kembali meraih dan menggenggam erat tangan Clara. Tidak peduli Clara kembali mencoba melepaskan genggaman Arga. "Kau tau, Ra? Dia licik! Dia menjebakku entah bagaimana caranya aku sendiri tidak tahu! Memaksaku menandatangani semua berkas itu, menekanku untuk mau tidak mau menyetujui perjanjian yang bahkan aku baru membacanya setelah tanda tangah di atas materai!" Jelas Arga nampak emosi. "Aku nggak pernah mau nukar kamu pakai apapun, Ra! Bahkan tidak dengan Supercar itu, aku lebih ingin kamu! Kamu lebih berarti dari segala-galanya buat aku!"Air mata Clara menitik. Arga memang masih sama. Cinta yang dua punya untuk Clara maksudnya. Selain itu, semuanya sudah berubah. Begitu pula dengan nasib cinta mereka berdua dan jangan lupa, cinta Clara untuk Arga yang bahkan sama sekali tidak bersi
Baca selengkapnya

BAB 125

Arga mengeram, ia melangkah dengan gusar menuju ruangan milik papa mertuanya. Ada apa lagi sih Dicky memanggilnya menghadap? Apakah rewel hendak minta cucu lagi? Hah! Menjemukan sekali kalau Dicky meneleponnya hanya untuk itu! Kini Arga sudah berdiri di depan pintu itu, mengetuk pintu perlahan lalu menekan knop pintu dan melangkah masuk ke dalam. Nampak Arga terkejut ketika mendapati sang istri sudah berada di dalam ruangan, duduk bersama Dicky yang wajahnya nampak begitu kaku. Kening Arga berkerut, apa yang terjadi memangnya? Indira mengadu? Apa lagi yang dia adukan? Saat ini Arga sudah tidak lagi menjalani hubungan terlarang dengan siapapun. Malah Indira kini yang bermain api dengan lelaki lain. Seorang R1 di pendidikan spesialis anak. "Duduk, Ga!" Titah Dicky dengan suara datar dan kaku. Arga menghela napas panjang, ia lantas melangkah menuju kursi yang masih tersisa di dekat sang istri. Bisa Arga lihat bahwa Indira sama sekali tidak mau me
Baca selengkapnya

BAB 126

Clara masuk ke dalam kamar mandi. Matanya memerah, kini tangisnya pecah. Tangannya menutup bibir yang tadi Arga curi cium darinya. Bibir yang dulu memang sering Arga nikmati, sering Arga kecup dan pagut dengan begitu liar sesaat sebelum mereka bercinta, ketika Arga sampai di apartemen dan sebelum pergi meninggalkan apartemen. Tapi kini, Arga tidak lagi berhak atas dirinya, bibirnya dan tentu saja tubuhnya! Arga tidak lagi berhak apa-apa, mereka tidak ada hubungan lagi sekarang. Bayangan bagaimana Arga menangis sambil bersimpuh tadi terngiang di dalam pikiran Clara. Banyak kenangan indah yang memang Arga tanamkan dalam hidup Clara. Dulu ... dulu sekali sebelum kemudian kabar perjodohan dan pernikahan Arga dengan Indira berdengung dan memporak-porandakan semua harapan dan cita-cita indah yang selama ini Clara dan Arga lukis berdua selama menjalani keras dunia pendidikan dokter. "Cukup, Ra! Kisah kalian sudah cukup sampai di sini!" Clara kembali mengingatk
Baca selengkapnya

BAB 127

Arga bisa lihat wajah dan mata Dicky memerah. Lelaki paruh baya itu nampak mengepalkan tangan. Sebagai lelaki, Arga tahu mertuanya itu tengah menahan amarah. Sekarang rasanya hati Arga benar-benar lega. Dia ikhlas kehilangan semua sahamnya setelah ini. Dia ikhlas dimusuhi orang tuanya karena masalah ini, apapun itu Arga sudah tidak peduli. Dia sudah terlanjur hancur, jadi sekalian saja! "Siapa lelaki itu?" Entah pada siapa Dicky bertanya, namun Arga inisiatif menjawab lebih dulu. "Masalah itu, tanyakan saja pada yang bersangkutan, Pa. Dia yang lebih tahu. Daripada nanti Arga yang ngomong malah jadi salah tuduh orang." Arga bersandar dengan begitu bantai di kursi. Padahal Arga sudah tahu betul siapa orang itu, siapa lelaki yang jadi pria idaman lain Indira, tetapi biarlah itu jadi urusan Indira dengan bapaknya. Indira menatap Arga dengan tatapan mata tajam, ia lantas menatap Dicky dengan tatapan tidak terima."Kenapa hanya aku yang di tanya? Dia
Baca selengkapnya

BAB 128

"Sekarang talak aku, Mas!" Titah Indira setelah mereka habiskan jam makan siang untuk membahas permasalahan rumah tangga Indira. Dicky mengusap wajahnya dengan tangan. Nampak ia masih begitu syok dan kecewa dengan apa yang terjadi. Semua yang dia sangka baik-baik saja, ternyata begitu rumit dan pelik."Indira Yustina Pramudita, saya talak kamu. Mulai sekarang kamu bukan istri saya lagi!" Jika ketika mengucap ijab qobul dulu Arga bisa dengan satu tarikan napas. Maka ketika mengucap kalimat barusan, Arga tidak bisa dengan satu tarikan. Tetapi setelah kalimat itu terucap dari bibirnya, entah mengapa hati Arga lega luar biasa. Rasanya seperti beban berat yang selama ini menghimpit luruh dan lepas seketika. Dicky menundukkan kepala, membiarkan air matanya jatuh berderai setelah kalimat itu ia dengar. Anak gadis kesayangannya. Anak gadis yang dia usahakan bisa mendapatkan partner hidup terbaik, ternyata harus berakhir seperti ini rumah tangganya? Tidak pernah
Baca selengkapnya

BAB 129

"Baik!" Arga kembali buka suara setelah mereka cukup lama terdiam dan hanyut dalam pikiran masing-masing. "Kalau memang itu yang kamu mau, Ra, akan aku lakukan dan turuti."Arga bangkit, sebuah tindakan yang membuat hati Clara lantas tenang dan jauh lebih baik. Dia hendak pergi keluar dari ruangan ini, bukan? "Tapi satu yang perlu kamu tahu dan ingat betul-betul, Ra, bahwa aku tidak akan pernah bisa bunuh cinta yang aku punya buat kamu! Sampai kapanpun!" Clara menahan diri untuk tidak menoleh menatap wajah itu. Dia tidak mau terjebak dalam sorot mata yang memohon belas kasihan. Clara tidak mau kembali masuk perangkap. "Kelak, suatu saat jika dia mengecewakanmu, menyakiti atau berhenti mencintaimu. Tolong, kembali padaku, Ra! Aku akan dengan senang hati menerimamu kembali bagaimanapun kondisimu, berapapun anakmu. Tolong ingat betul-betul ucapanku!"Arga melangkah keluar dari ruangan itu. Membuat Clara langsung menghela napas lega dan me
Baca selengkapnya

BAB 130

“Kau gila, In! Serius kau benar-benar gila!”Tangan Morgan mengepal, napasnya naik-turun. Ia benar-benar tidak menyangka wanita yang selama ini dia pikir juga merupakan korban dari lelaki berengsek macam Arga, ternyata bahkan lebih berengsek dari Arga itu sendiri.Di saat hari bahagia Morgan dan Clara sudah di depan mata, Indira malah membuat gara-gara dengan meminta cerai pada Arga! Lelaki yang Morgan tahu betul masih begitu berambisi pada calon istrinya.“Lantas maumu aku harus bagaimana? Berdiam diri terus?” ujar wanita itu balik bertanya.Morgan membelalak, rasanya ia ingin memukul wanita itu dengan tangannya sendiri secara langsung. Siapa memangnya yang menyuruh dia bertahan? Bukankah dulu dia sendiri yang bilang kalau dia memutuskan untuk masih tetap bersama Arga karena ingin membalas dendam atas apa yang sudah Arga lakukan kepadanya? Kenapa sekarang dia bertingkah seperti Morgan yang menyuruh dia bertahan menjadi istri Arga?
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1112131415
...
20
DMCA.com Protection Status