Beranda / Romansa / Bayi Siapa? / Bab 31 - Bab 40

Semua Bab Bayi Siapa?: Bab 31 - Bab 40

46 Bab

Bab 31

Bab 29 : Masa lalu yang kembaliAqila terlihat sangat ketakutan. Dia memeluk tubuhku sangat erat. Ada apa sebenarnya?"Ada apa, Nak?" tanya Mas Abi. "Di luar ada orang gila, Yah," ucap Aqila dengan wajah pucat."Orang gila?""Iya, Yah, pokoknya orang gak waras gitu."Mas Abi segera keluar untuk melihat orang yang dimaksud. Sementara itu aku menyuruh Nia mengambil air untuk Aqila. Anak ini benar-benar terlihat syok."Duduk dulu, Nak.""Iya, Bun.""Nia, bawakan air putih!"Aku mengajak Aqila duduk di ruang tamu. Jujur saja aku sedikit penasaran dengan orang yang dimaksud oleh Aqila, tetapi untuk keluar dan melihatnya belum bisa, sebab aku tidak tega meninggalkan putriku yang sedang syok ini."Bu ini airnya," ucap Nia menyodorkan segelas air."Minum dulu, Nak.""Iya, Bun."Aqila menenggak minumannya dengan cepat. Tanpa dia sadari segelas air sudah tandas. Anak ini memang sedang tidak baik-baik saja."Tarik napas dalam-dalam dan embuskan perlahan, itu akan membuatmu lebih tenang."Aqila
Baca selengkapnya

Bab 32

Seseorang berbaju perawat datang menghampiriku dan Angga. Wanita itu mencoba melepaskan tangan Lita yang memegang tanganku."Maaf, Bu. Maaf, Pak," ucapnya."Tidak apa-apa, tapi kenapa Lita?" tanya Angga.Sejujurnya aku juga penasaran dengan Lita. Dulu gadis ini periang meskipun memang pendiam, tetapi sekarang malah jadi seperti ini. Apa yang sebenarnya terjadi?"Suster Nala, ayo cepat bantu! teriak perawat yang tengah membujuk Lita."Seorang perawat lainnya lari tergopoh-gopoh menghampiri kami. Mereka berdua langsung menarik Lita pergi menjauh.Aku masih melihat Lita yang diseret masuk ke dalam rumah. Antara percaya dan tidak kalau wanita tidak waras itu adalah Lita, tetangga kami. Aku bergeming karena tidak tahu harus berbuat apa. Kenapa Lita ada di sini? Kenapa dia jadi seperti itu? Apa yang terjadi? Jutaan pertanyaan berputar di benakku. Inginku bertanya, tetapi pada siapa?"Bun, Bun!" Panggilan Angga mengagetkanku. Seketika aku menoleh ke arahnya."Iya, kenapa?""Bunda yang kenapa
Baca selengkapnya

Bab 33

Suara Alarm mengejutkanku. Aku yang tidur cukup larut langsung membuka mata. Namun, saat mataku terbuka, kulihat langit-langit kamar seolah runtuh. Tidak hanya itu, mual dan sakit kepala teramat sangat. Vertigo yang kuidap selama lima tahun terakhir kumat. Ini pasti karena aku banyak pikiran.Aku kembali memejamkan mata dan membiarkan alarm berhenti berbunyi atau menunggu Mas Abi bangun untuk mematikannya."Bun, sudah subuh, ayo bangun," ucap Mas Abi."Tidak bisa, Yah. Vertigo Bunda kumat."Terdengar jelas jika suamiku itu tengah panik. Dia langsung turun dari tempat tidur dan berjalan entah ke mana. Aku tidak bisa membuka mata, sebab jika itu aku lakukan yang terjadi adalah mual serta muntah."Bun, minum obat dulu," ucap Mas Abi.Dengan dibantu oleh Mas Abi, aku meminum obat Vertigo. Semoga saja bisa membantu.Setelah minum obat aku memilih tidur. Dengan begini setelah bangun nanti aku pasti jauh lebih baik. Mas Abi juga pamit untuk melakukan rutinitasnya. Jika sedang sakit begini ak
Baca selengkapnya

Bab 34 Bayi Siapa (POV Aqila)

Semangkuk seblak super pedas sudah tandas, tetapi kenapa moodku masih tidak baik. Biasanya makan makanan pedas cukup membantu menaikan mood yang buruk menjadi baik. Kali ini masih sama saja. Perasaanku masih tidak nyaman.Ini semua karena kemarin secara tidak sengaja mendengar percakapan Bunda dan Bang Angga. Saat kutanya tentang apa yang tengah mereka bicarakan, semuanya terdiam.Bayi siapa yang di bicarakan oleh Bunda? Apa ini ada hubungannya dengan wanita tidak waras tempo hari? Bertanya kepada Bang Angga tidak mendapat jawaban yang memuaskan. Dia hanya bilang bayi kucing. Atau mungkin memang bayi kucing yang mereka bicarakan. Sepertinya tidak, sebab sebelum membahas bayi, namaku di sebut oleh Bunda.Argh! Kubenturkan kepala di meja, bukannya hilang masalah ini, sekarang aku malah menjadi pusing."La, kenapa lu?" tanya seseorang mengagetkanku."Gak apa-apa, Mit. Gue baik-baik aja.""Gak mungkin, lu itu keliatan banget lagi ada masalah," ucap Mira, sahabat baikku.Aku menghela napa
Baca selengkapnya

Bab 35

Aku duduk di kamar sambil memperhatikan akta kelahiran yang berada di tanganku. Entah sudah berapa kali aku baca. Di sini tertulis jelas jika aku anak kandung dari Ayah dan Bunda. Apakah akta ini palsu? Sebab yang aku pegang hanyalah fotocopy, bukan yang asli.Kutarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan berharap masalahku sedikit berkurang, tetapi ternyata sama saja.Aku memilih berbaring sambil menutup wajah dengan bantal. Karena penasaran membuatku sulit tidur. Untungnya besok hari Minggu, jadi sekalipun tidur larut, aku tidak perlu takut kesiangan.Berpikir membuat perutku terasa lapar. Aku melihat ke arah jam dinding dan waktu menunjukkan pukul 22:00. Sepertinya mie instan bisa menyelamatkan perutku. Kemungkinan setelah makan aku bisa tidur nyenyak.Aku beranjak dari tempat tidur untuk ke dapur. Sebenarnya bisa saja aku meminta Mbok Nia membuatkan makanan untukku, tetapi rasanya tidak enak kalau malam-malam begini harus membangunkanya. Lagi pula, jika hanya memasak mie in
Baca selengkapnya

Bab 36 POV Aqila

Aku terpaksa percaya dengan ucapan kedua kakakku itu. Lebih tepatnya di paksa untuk tidak bertanya lagi. Baiklah, aku anggap masakan ini selesai dan aku harus melanjutkan hidup. Meskipun begitu, sesekali bayangan Lita yang memegang tanganku melintas. Dari wajahnya, dia kelihatan tertekan dan sangat sedih."La, ke kantin, yuk!" ajak Mita."Gak, gue mau di sini aja.""Ngapain di kelas yang udah kosong gini?""Gue belum ngerjain PR dari Bu Dea, setelah istirahat jam pelajaran dia kan?""Bener juga, lu. Gue belum ngerjain."Mita duduk di sampingku dan kami mulai mengerjakan PR bersama. Bodoh memang pekerjaan rumah harusnya dikerjakan di rumah, tetapi aku lupa dengan semua PR karena memikirkan sesuatu. Pada akhirnya aku tidak mendapatkan jawaban yang aku inginkan. Semuanya seolah masih menutupi apa kebenaran. Atau mungkin aku yang tidak percaya jika itu semua kenyataannya."La, gimana kelanjutan pencarian lu?""Pencarian apa?""Kebenaran, udah dapet apa yang lu cari?"Aku menggeleng dan m
Baca selengkapnya

Bab 37 POV Aqila

Matahari bersinar dengan cerahnya. Aku yang sejak sudah bangun sejak subuh tadi membantu Bunda menyiram tanaman. Sore tadi Bunda lupa menyiram tanamannya karena sakit kepala. Pohon dan tanaman di halaman rumah kami jadi terlihat layu serta tidak segar. Oleh karena itu aku menawarkan diri untuk membantu Bunda dengan menyiram tanamannya."Tumben sudah bangun?" tanya Bang Angga."Iya, Bang. Sejak kapan ada di situ?""Sejak kamu kentut tadi," jawabnya seraya tertawa.Bodohnya aku tidak menyadari keberadaan Bang Angga karena asyik menyiram tanaman dan memikirkan laki-laki tampan kemarin.Ah, mengingatnya aja membuatku tersipu."Sekarang senyum-senyum sendiri, ada yang gak beres sepertinya," ucap Bang Angga yang membuyarkan lamunanku."Abang, apaan sih!"Bang Angga menghampiriku. Aku tau dia pasti ingin mengacak-acak rambutku seperti biasanya, sebelum itu terjadi, aku menyemprotnya dengan air. Terjadilah candaan diantara kami."Aqila, Abang basah nih!" teriaknya."Biarin, sekalian mandi pag
Baca selengkapnya

38 POV Aqila

Hampir setiap hari aku terlambat pulang ke rumah karena pelajaran tambahan yang luar biasa banyak. Tidak mengapa, aku senang karena memiliki teman baru. Fajar ternyata sangat baik dan nyambung jika diajak berbincang. Tiap hari kami ngobrol sambil menunggu jam tambahan di mulai. Ada saja bahan yang kami bicarakan. Aku kadang mendengarkan cerita fajar tentang kampungnya dan alasan dia tidak bisa meneruskan sekolah. Jika sudah begitu, aku merasa menjadi orang yang paling beruntung karena bisa hidup nyaman dan bersekolah di tempat yang aku mau. Kadang kita memang perlu melihat ke bawah agar kita menjadi pandai bersyukur."Lusa ujian kelulusan di mulai, gue takut gak lulus," ucapku."Yakin aja, La. Kamu pasti lulus," ucap Fajar menenangkanku."Kalo gak lulus gimana? Gue harus ngulang lagi, gitu?""Lu itu terlalu parno, La. Yakin kita lulus dengan nilai sempurna," timpal Mita."Kalian ini orang-orang beruntung yang bisa sekolah dan pasti akan melanjutkan kuliah, belajar lebih giat untuk men
Baca selengkapnya

POV Aqila

Seminggu telah berkali-kali setelah aku memergoki Mita dan Fajar berada di taman kota. Sejak itu pula aku tidak ingin bertemu mereka. Kebetulan saat ujian aku tidak sekelas dengan Mita. Begitupun dengan Fajar, dia sudah diterima kerja entah di mana, jujur saja aku tidak mau tahu tentangnya lagi.Setiap hari selama seminggu ini aku berusaha menghindari Mita yang ingin memberi penjelasan. Aku sengaja tidak ingin mendengar apa pun darinya. Aku ingin fokus mengerjakan soal ujian.Hari ini ujian terakhir. Karena cuma satu mata pelajaran, aku meninggalkan sekolah lebih awal. Aku tidak ingin berlama-lama di sekolah ataupun kantin. Aku juga malas jika bertemu Mita."La, Tunggu!" teriak seseorang yang suaranya sangat familiar. Aku mengabaikan teriakan Mita. Aku tidak ingin mendengar apa pun lagi darinya. Sangat disayangkan memang persahabatan kami harus hancur karena kebohongannya.Aku mempercepat langkah agar tidak terkejar oleh Mita. Namun, dia berhasil memegang tanganku."La, tunggu. Gue t
Baca selengkapnya

POV Aqila

"Aqila, bangun, sudah siang, Nak!"Aku membuka mata perlahan sambil melihat siapa yang menepuk badanku. Terlihat Bunda tengah tersenyum lembut."Sudah siang, ayo bangun!""Sebentar lagi, Bun. Aku masih mengantuk. Lagi pula sekolah libur hari ini.""Baiklah kalau begitu, tidurlah tiga puluh menit lagi.""Makasih, Bunda."Bunda Ibu yang sangat pengertian. Saking pengertiannya, aku sering merasa beliau terlalu baik untuk ukuran ibu kandung. Marah saja beliau sangat jarang meskipun aku sering berbuat salah. Berbeda dengan ibu kebanyakan yang akan marah ketika anaknya membuat kesalahan. Entah harus senang atau semakin curiga jika aku memang bukan anak kandung.Aku kembali memejamkan mata untuk melanjutkan mimpi yang sempat tertunda tadi. Namun, baru saja mata ini terpenjam, ponselku bergetar.Drtt ... DrttAku buru-buru mengambilnya, semoga saja ini sesuatu yang penting. Jika tidak, aku pasti marah besar."Halo, Assalamualaikum," ucapku."Waalaikumsalam, La, lu udah rapi?" tanya seseorang
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status