Beranda / Romansa / Pejuang LDR / Bab 71 - Bab 80

Semua Bab Pejuang LDR: Bab 71 - Bab 80

110 Bab

Part 70 S2. Dedi Pulang

Hujan rintik-rintik membasahi seluruh dunia dan di sana terlihat seorang pria berparuh baya tetapi masih terlihat tampan. "Tuan, semua berkas kerjasama sudah ditandatangani dan ini semua berkasnya," ucap Rido tangan kanan Dedi yang berdiri di depan Dedi. Dedi mengalihkan pandangannya dari jendela ruang kerjanya menuju ke arahnya. "Baiklah, kau bisa pergi." jawab Dedi seraya mengambil beberapa berkas yang berisikan surat kerjasama. Dedi membaca setiap kata pada paragraf dan ia pun meletakkan berkas itu di atas meja. "Rido!" panggil Dedi. Rido yang masih setia berdiri membelakangi pintu ruang kerja Dedi. Rido pun kembali masuk ke dalam ruangan. "Ada apa Tuan?" tanya Rido berdiri di depan Dedi. "Cepat urus selesaikan urusan kerjasama ini dan siapkan helikopter untukku karena aku ingin menjengguk anak sulungku." jawab Ded
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-22
Baca selengkapnya

Part 71 S2. Takdir Diki

"Ma, Bagaimana keadaan kak Diki? Kapan kah, dirinya akan siuman melewati masa kritisnya?" tanya Dissa yang menatap penuh tanya ke arah Dila. "Entahlah, yang terpenting kita harus mendoakan Diki agar ia mampu melewati masa kritisnya. Aku tak tahan melihatnya terbaring lemah dengan wajah pucatnya." jawab Dila yang mulai menitikkan buliran kristal yang tepat membasahi wajah cantiknya. Dissa berjalan mendekati ke arah Dila, diusapkan buliran kristal itu dengan telapak tangan kanannya. "Mama, jangan menangis. Aku tidak ingin melihat mama rapuh seperti ini." balas Dissa yang menatap penuh arti ke arah kedua bola mata mama Dila. Ceklek! Dissa, Dila dan Daniel menoleh ke arah pintu ruangan yang terbuka. "Diki, anak papa. Papa datang untuk menjenggukmu." ucap Dedi yang berdiri di depan pintu ruangan rumah sakit. Dedi melangkahkan kakinya menuju tempat tidur Diki dan i
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-22
Baca selengkapnya

Part 72 S2. Dissa Curiga

"Maafkan aku," ucap Dissa. "M-maaa," lirih Diki pelan. Dissa, Dedi, Dila dan Daniel menoleh ke arah Diki yang telah membuka kedua bola matanya. "Iya sayang." sahut Dila berjalan mendekati ke arah Diki. "Ma,Aku dimana?" tanya Diki menatap Dila yang berdiri di depannya. "Sekarang, kamu berada di rumah sakit." jawab Dila melihat wajah pucat Diki tetapi ketampanannya tidak berkurang sedikit pun saat ia sakit. "Aku kenapa?" tanya Diki polos. "Kamu mengalami kecelakaan dan kamu berhasil sadar dari masa kritis." jawab Dila singkat tetapi penuh arti. "Oh begitu." balas Diki mulai menggerakkan tubuhnya untuk duduk dari tidurnya. "Kak Diki, jangan banyak bergerak nanti jahitannya takut lepas." sahut Dissa santay. "Kamu siapa?" ucap Diki dan sontak saja Dissa terkejut dengan apa yang diu
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-23
Baca selengkapnya

Part 73 S2. Dedi Terlihat Tua

"Dokter, ini semua berkas nama-nama pasien yang terkena Covid-19," ucap Seorang perawat wanita bernama Daily. "Terima kasih." jawab Novi mengambil berkas dari tangan Daily. Daily pamit undur diri dari hadapan Novi. Novi mulai membuka lembar demi lembar berkas yang berada di tangannya. Tittttt! Tittt! Novi mengalihkan pandangannya dari berkas yang digenggamnya menuju bel yang letaknya di dinding ruangannya. "Ada apa lagi?" gumam Novi pelan, ia mengetahui bahwa bel yang berbunyi itu sambungan dari bel ruangan ICU VIP yang biasa di tempati oleh pemilik perusahaan terkaya kedua di dunia. Novi menutup berkas yang di pegangnya, Ia berdiri dari duduknya dan ia mengambil jas putih yang digantungnya, dipakenya dengan rapi di tubuhnya dan setelah sempurna di pandang. Novi melangkahkan kakinya menuju ke pintu ruangan dan dibukanya pintu itu dan ia keluar dan tidak lupa
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-26
Baca selengkapnya

Part 74 S2. Keputusan Criss

Suasana terlihat dingin seperti es krim, hujan rintik-rintik berhasil membasahi seluruh dunia. "Aku bercanda saja, Pa." jawab Daniel cepat. "Aku gak suka kata-kata kamu yang tadi." balas Dedi menatap tajam ke arah Daniel. Daniel menelan salivanya dengan susah payah, ia tidak ingin pertempuran drama dimulai dan ia harus mengalah demi kemenangan. "Papa ku yang tampan, baik hati dan suka menabung," ucap Daniel. "Aku memang tampan, baik hati dan suka menabung. Memangnya kenapa? Iri bilang Ciel!" celetuk Dedi. Dissa, Dila, Novi dan Diki hanya bisa menahan tawa. Jika mereka, melakukan itu pasti saja mereka yang terkena pelampiasan kemarahan dari Dedi. "Diki, abaikan saja. Kamu cukup banyak beristirahat dan minum obat tepat waktu. Insya Allah, sedikit demi sedikit ingatanmu mulai pulih." jelas Novi di depan Diki dan Diki mengangguk mengerti.
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-26
Baca selengkapnya

Part 75 S2. Kebosanan Diki

Pagi telah menjelang, cahaya matahari menyinari dunia.   "Hoammm... Pegal sekali," ucap Dissa bangun dari tidur. Saat ini, ia berada di ruangan rumah sakit dan semalam, ia dan Daniel ditugaskan untuk menjaga Diki di rumah sakit. Hasilnya, Dissa tidur di atas sofa panjang tetapi masih terasa pegal tubuhnya karena berbagi tempat dengan Daniel yang tubuhnya lebih lebar dari dirinya.   "Daniel, Bisakah kamu geser ke sebelah sana," keluh Dissa yang berbaring di sebelah Daniel.   "Hemz..." deheman Daniel yang masih setia di alam mimpinya.   "Daniel!" teriak Dissa yang berhasil membangunkan Daniel dan Diki secara bersamaan.   "Kok berisik sekali, pagi-pagi begini." sahut Diki dengan suara seraknya.   Dissa dan Daniel menoleh ke arah Diki. "Maaf kak, aku tadi mau membangunkan Daniel tetapi nada suaraku terlalu tinggi," ucap Dissa dengan mengaruk-ngarukkan kepalanya.
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-27
Baca selengkapnya

Part 76 Jika Kita Berjodoh

"Jayden, aku pamit dulu. Assalamualaikum," ucap Criss dan berjalan menuju ke arah pintu ruangan. "Wa'alaikumsalam." jawab Jayden menatap punggung Criss yang telah menghilang dari pandangannya. Criss berjalan masuk ke dalam mobil Ertiga berwarna abu. Criss menstarter mesin mobilnya dan ia siap melajukan mobilnya menuju keluar pekarangan. Criss mengambil sebuah foto ukuran 4R dari tas ranselnya. Ia tersenyum menatap seorang wanita cantik yang sedang duduk di taman. "Andai saja, aku lebih kaya darinya. Mungkin saja, kamu mau memilihku." kata Criss dalam hati. Dielusnya dengan sayang foto bagian wajah wanita cantik itu dengan kedua tangannya. "Sebaiknya, aku percepat saja menuju ke Indonesia." lanjut Criss seraya mempercepat laju mobilnya dengan kecepatan tinggi dan tujuan utamanya yaitu untuk kembali ke mensionnya. Tin! Tin! Gerbang langsung
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-27
Baca selengkapnya

Part 77 S2. Kapan kah Mulai Mencintainya?

Keesokan harinya, Dissa dan Daniel masih menemani Diki berada di rumah sakit. Saat ini, Dissa berjalan mondar-mandir di dalam ruang rawat Diki. "Sayang, duduklah. Apakah kamu tidak merasa capek berjalan terus," ucap Daniel menatap ke arah Dissa yang sedari tadi terlihat gelisah. Dissa menghentikan langkah kakinya dan ia memutar tubuhnya untuk menghadap ke arah Daniel. "Hari ini, aku merasa tidak enak badan. Tubuhku ingin makan sesuatu tetapi hatiku tak menentu." jawab Dissa menatap ke arah Daniel yang duduk di atas sofa Daniel menghela nafas sejenak, ia berdiri dari duduknya dan ia berjalan mendekati ke arah Dissa. Daniel menyentuh kening Dissa menggunakan telapak tangannya. "Tidak panas, tetap normal." balas Daniel. "Tapi aku merasa tidak enak badan, Daniel." sahut Dissa. "Duduklah, aku akan memeriksa dirimu." titah Daniel dibalas angguk
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-28
Baca selengkapnya

Part 78 S2. Sikap Dissa Yang Berlebihan

"Ehem..." deheman Daniel mengalihkan pandangan Dissa dan Diki menuju ke arahnya. "Cuma mau bilang, sekarang sudah memasuki pukul 08.00 wib pagi dan katanya pengen pergi makan keluar tapi kok belum selesai bicaranya," ucap Daniel dengan wajah polosnya. Benar saja, perkataan Daniel membuat Dissa menghela nafas panjangnya. "Jika sudah lapar, silahkan pergi dulu nanti aku menyusul." balas Dissa cetus. "Kamu yakin?" tanya Daniel menatap penuh arti ke arah Dissa. "Mau ikut tapi bagaimana dengan kak Diki? Dia baru bangun tidur dan jika kita pergi keluar dan tidak ada siapapun yang menjaganya." jelas Dissa berdiri di depan Daniel. "Siapa bilang tidak ada siapapun yang menjaga Diki?" ucap seorang wanita di balik pintu ruangan. Ceklek! Pintu ruangan terbuka dan Dila masuk ke dalam ruangan. "Memangnya kalian mau kemana?" tanya D
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-28
Baca selengkapnya

Part 79 S2. Merawat Diki

Pagi hari, seperti biasanya semua orang memulai melakukan aktivitas mereka dengan bekerja. Novi yang baru bangun tidur, ia berjalan menuju ke arah jendela kamarnya yang berada di tingkat dua mension. Tik... Tik... Terdengar rintikan hujan yang mulai membasahi sebagain daerah. "Huft! Semoga saja hujannya lekas berhenti. Maka, aku tidak terlambat datang bekerja." gumam Novi menatap keadaan luar jendelanya. "Kalaupun masih hujan, aku mana mungkin meminta izin dengan atasanku. Dia pasti tidak mengizinkanku untuk tidak bekerja. Sementara, anaknya butuh dokter pribadi yang wajib mengurus anaknya yang telah sadar dari masa kritis." lanjut Novi. Drt... Drt... Novi mengalihkan pandangannya dari luar jendela menuju ke arah ponselnya di atas meja belajarnya. Novi membalikkan tubuhnya dan ia melangkahkan kakinya mendekati ponselnya. Novi mengambil po
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-30
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status