Beranda / Romansa / Pejuang LDR / Bab 61 - Bab 70

Semua Bab Pejuang LDR: Bab 61 - Bab 70

110 Bab

Part 60 S2. Perhatikan Nick

Dila berdiri dari duduknya sambil mengangkat dua plastik besar yang berisi beberapa peralatan pakaian dan barang branded yang tidak dibutuhkannya. Dila menaruh plastik itu di atas meja dan ia mengambil telepon mension yang letaknya di atas meja sofa kamarnya. "Bisakah kau memanggil semua maid untuk berkumpul di ruang keluarga." ucap Dila melalui telepon mension. "Baik Nyonya." jawab Kepala Maid. "Dan satu lagi, cepat datang ke kamarku. Bantu aku membawakan plastik besar ini." titah Dila mulai menutup panggilan dari telepon mension. Tidak membutuhkan waktu yang lama, kini kepala maid datang untuk membawakan kedua plastik hitam ukuran besar di kedua tangannya. "Ayo cepatlah, jangan lambat seperti siput." titah Dika berjalan memimpin dan diikuti kepala maid yang berada di belakangnya. "Iya Nyonya." jawab Maid itu cepat dan terus mengikuti langkah kaki Nyonya bes
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-12
Baca selengkapnya

Part 61 S2. Papa?

Setelah menempuh perjalanan yang cukup lama dari negara Amerika menuju ke Indonesia. Akhirnya, tibalah mereka di tanah kelahiran. "Alhamdulillah, perjalanan kita berjalan dengan lancar dan selamat sampai tujuan," ucap Daniel meregangkan kedua ototnya yang terasa pegal. Untunglah Daniel pernah belajar menyetir helikopter kalau tidak ia tidak membayangkan bagaimana caranya untuk menyelamatkan Dissa dan Jesika. Dissa bangun dari tempat tidurnya dan ia berusaha berdiri. "Kau jangan banyak bergerak dulu, jika kau butuh apapun bisa langsung memanggilku." imbuh Nick yang sedang menjaga Jesika dan berjalan menuju ke arah Dissa. "Aku sudah baik-baik saja dan tolong ambilkan aku air putih karena tenggorokanku terasa haus." jawab Dissa menatap kedua bola mata Nick yang berdiri di depannya. "Sayang,Apakah masih terasa sakit?" tanya Daniel yang berdiri mendekati Dissa. Dissa tersenyum dan ia menatap wajah tampan Daniel. "Aku merasa lebih ba
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-12
Baca selengkapnya

Part 62 S2. Kenyataan Yang Sebenarnya

Setelah menempuh perjalanan yang cukup lama dari negara Amerika menuju ke Indonesia. Akhirnya, tibalah mereka di tanah kelahiran. "Alhamdulillah, perjalanan kita berjalan dengan lancar dan selamat sampai tujuan," ucap Daniel meregangkan kedua ototnya yang terasa pegal. Untunglah Daniel pernah belajar menyetir helikopter kalau tidak ia tidak membayangkan bagaimana caranya untuk menyelamatkan Dissa dan Jesika. Dissa bangun dari tempat tidurnya dan ia berusaha berdiri. "Kau jangan banyak bergerak dulu, jika kau butuh apapun bisa langsung memanggilku." imbuh Nick yang sedang menjaga Jesika dan berjalan menuju ke arah Dissa. "Aku sudah baik-baik saja dan tolong ambilkan aku air putih karena tenggorokanku terasa haus." jawab Dissa menatap kedua bola mata Nick yang berdiri di depannya. "Sayang,Apakah masih terasa sakit?" tanya Daniel yang berdiri mendekati Dissa.
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-13
Baca selengkapnya

Part 63 S2. Diki Adalah Anakmu

Budi turun dari helikopter itu dan ia membawakan kedua tas yang dipegangnya. "Criss, cepatlah! Kau lama sekali aku sudah tidak sabar lagi untuk pulang menemui Mama ku tersayyy..." ucapan Budi terhenti saat menatap beberapa orang yang sedang melakukan adegan teletabis yang letaknya tidak jauh darinya. Budi mengerutkan keningnya dan ia menaruh kedua tas itu di atas lantai. Budi mengamati mereka dengan seksama. Dari kejauhan, Ia menatap Diki menangis di dalam pelukan Tuan Dedi dan bergantian Diki memeluk Dissa di depan Daniel. "Apa yang sedang Diki lakukan itu? Tumben sekali, Daniel tidak mengeluarkan aura mematikannya. Criss yang baru saja menyelesaikan hajatnya, ia keluar dengan membawakan tas koper beserta tas ransel yang dikenakannya. Criss melangkahkan kakinya keluar pintu helikopter dan ia melihat Budi termenung di tempat. "Hey! Apa yang kau lihat?" tanya Criss yang berhasil mengagetkan Budi yang
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-15
Baca selengkapnya

Part 64 Dissa Terharu

Hari telah menunjukkan empat sore, seperti biasanya di waktu itu banyaknya pemuda-pemudi berlalu lalang menyelusuri jalan raya di pusat kota begitu juga dengan mobil yang ditumpangi oleh Diki. Saat ini, Diki duduk di kursi penumpang bersama dengan Budi yang duduk di sebelahnya. Suasana terasa hening dan hanya terdengar suara mobil yang terus melaju menuju ke arah mension milik keluarga Richard. Diki dan Budi masih menyelami pikirannya masing-masing. Diki berusaha menenangkan rasa gugupnya nanti saat bertemu dengan orang yang sangat ia rindukan. Diki menetralkan dirinya dan ia pun merasa takut apabila ia tidak diakui oleh mama kandungnya. "Berpikir positif Diki, sebentar lagi, kamu bisa bertemu dengan orang tuamu dan mereka akan mengenalimu." kata Diki yang berusaha menyemangati dirinya sendiri. Sementara Budi yang tersadar dari lamunannya, ia menoleh ke arah Diki. Budi menyerhitkan keningnya, saat me
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-15
Baca selengkapnya

Part 65 S2. Dissa Mendoakan Kenzo Dengan Tulus

Dila dan Diki menoleh ke arah Dissa yang berdiri tidak jauh darinya. Diki menyerhitkan keningnya menatap Dissa senyam-senyum sendiri. "Kenapa kamu senyum begitu? Ada yang lucu ya?" tanya Diki yang berdiri menghadap Dissa. Dila pun berjalan mendekati Dissa. "Iya, kamu seperti sakit." celetuk Dila. "Enak saja, aku baik-baik saja kok dan tidak ada yang salah dengan diriku. Aku tersenyum melihat sikap manja kalian saat berpelukan seperti teletabis." jelas Dissa panjang lebar di depan Dila dan Diki. "Sudahlah, dari pada berdebat dengan alasan tidak jelas. Lebih baik kita semua masuk ke dalam," ucap Dedi yang telah berdiri di sebelah Dissa. "Papa capek?" tanya Dissa menatap wajah tampan Dedi yang terlihat mulai menua. "Iya, benar." jawab Dedi cepat. "Ya sudah, ayo kita masuk." ajak Dila dan dijawab anggukkan oleh mereka. Ak
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-17
Baca selengkapnya

Part 66 S2. Morning Kiss

2 Minggu kemudian Daniel dan Dissa telah bersiap-siap melakukan rutinitasnya masing-masing. Diki yang bekerja di Amerika mengikuti kemauan dari kedua orang tuanya untuk pindah bekerja di Indonesia. Begitu pun dengan Jesika, Budi, Nick memantapkan diri untuk bekerja di tempat rumah sakit yang sama sebelum mereka pergi ke Amerika. Criss, ia menginginkan dirinya untuk tetap di negara kelahirannya. Walau bagaimana pun, disana, ada kedua orang tuanya dan seluruh keluarganya. Criss pandai mengamankan seluruh keluarganya agar terhindar dari virus mematikan itu. Criss menyarankan kepada kedua orang tuanya beserta keluarganya agar tetap tinggal di dalam mension mewahnya. Dengan dilapisi dua gerbang anti peluru dan dijaga ketat oleh 6 satpam dan 16 bodyguard. Criss merasa lebih tenang dan niatnya menstok seluruh makanan untuk sehari-hari dan memperkejakan 12 maid yang bertugas untuk menyiapkan keperlukaan kebutuhan hidup dan kebersihan mension.
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-18
Baca selengkapnya

Part 67 S2. Menemui Diki dan Meminta Maaf

"Selalu saja, aku kena getahnya. Salah aku apa coba, hingga aku menjadi subjek yang ditertawakan." gumam Diki kesal. "Aku tahu, kehadiranku pasti membuat dirimu merasa dirugikan karena aku dikira mencuri perhatian mama sama papa. Bukankah, aku juga anak kandungnya." lanjut Diki yang saat ini sedang mengendarai mobilnya. "Rasanya, aku ingin mati saja." ucap Diki yang terus melajukan mobilnya Dena kecepatan tinggi. Setelah mengucapkan perkataan itu, Diki terus menyetir tanpa arah dan rambu lampu merah menyala ke arah jalur jalannya tetapi ia tetap melajukan mobilnya dan dari arah samping mobil tronton yang mengikuti rambu lalu lintas berwarna hijau yang berarti menyala. Mobil tronton itu melajukan mobilnya dan dewa fortuna tidak berpihak kepada Diki. Saat yang bersamaan, mobil yang dikendarai oleh Diki ditabrak dari arah samping kiri. Bruk! Mobil tronton itu menghantam mobil sport
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-19
Baca selengkapnya

Part 68 S2. Daniel Menyusul Dissa

Di sepanjang perjalanan, Dissa hanya diam dan menatap Luar kaca mobil. Dissa tenggelam dalam pikirannya yang berkecamuk. Dissa merasa bersalah dan ia pun menyesal karena kecelakaan maut itu pasti ulahnya pagi tadi. Dissa tak habis pikir, ternyata ucapannya pagi tadi dapat membuat Diki terbawa perasaan. Padahal, ia sering mengejek kakak kandungnya dengan berbagai kata pedas dan terkadang ia pun tak menyadari bahwa kesalahannya itu. "Nona, kita sudah sampai," ucap Taksi online yang sudah memberhentikan mobilnya tepat di depan halaman rumah sakit. Dissa masih diam di tempat dan tak menghiraukan ucapan itu. "Nona, kita sudah sampai di tempat tujuan," ucap Taksi online mengulangi perkataannya tadi. Dissa tersadar dari lamunannya. "Eh-emm iy-ya ada apa, Pak?" ucap Dissa yang menatap ke sekelilingnya. "Nona sudah sampai di rumah sakit Mutiara." jawab seorang supir pria berparuh baya.
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-21
Baca selengkapnya

Part 69 S2. Daniel, Minumlah

"Suster Rani, cepat pasang infus dan alat oksigennya." titah seorang dokter wanita yang masih muda. "Dan kau, suster Ceri tolong bantu aku untuk membersihkan beberapa luka pada kepala, tangan dan kaki pria ini." lanjut Novi. "Baik Dokter." jawab Ceri cepat. Setelah membersihkan darah yang menempel di tubuh Diki, Novi mulai menjahit kepala Diki dengan metode manual dengan benang jahit khusus kulit manusia. "Dok, sepertinya pasien mengalami denyut jantung lemah," ucap Rani yang sudah memasangkan infus dan alat oksigen. "Rani, tolong ambilkan alat pacu jantung dan tolong hubungi keluarga korban." jawab Novi cepat, ia mulai menaruh alat pacu jantung di tubuh Diki dan ia berusaha menyelamatkan keadaan Diki. *** "Daniel, jangan begitu nanti aku malu." jawab Dissa cepat yang langsung keluar dari mobil dan tidak lupa menutup pintu mobil.&
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-21
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
11
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status