Suasana terlihat dingin seperti es krim, hujan rintik-rintik berhasil membasahi seluruh dunia.
"Aku bercanda saja, Pa." jawab Daniel cepat.
"Aku gak suka kata-kata kamu yang tadi." balas Dedi menatap tajam ke arah Daniel.
Daniel menelan salivanya dengan susah payah, ia tidak ingin pertempuran drama dimulai dan ia harus mengalah demi kemenangan.
"Papa ku yang tampan, baik hati dan suka menabung," ucap Daniel.
"Aku memang tampan, baik hati dan suka menabung. Memangnya kenapa? Iri bilang Ciel!" celetuk Dedi.
Dissa, Dila, Novi dan Diki hanya bisa menahan tawa. Jika mereka, melakukan itu pasti saja mereka yang terkena pelampiasan kemarahan dari Dedi.
"Diki, abaikan saja. Kamu cukup banyak beristirahat dan minum obat tepat waktu. Insya Allah, sedikit demi sedikit ingatanmu mulai pulih." jelas Novi di depan Diki dan Diki mengangguk mengerti.
Pagi telah menjelang, cahaya matahari menyinari dunia. "Hoammm... Pegal sekali," ucap Dissa bangun dari tidur. Saat ini, ia berada di ruangan rumah sakit dan semalam, ia dan Daniel ditugaskan untuk menjaga Diki di rumah sakit. Hasilnya, Dissa tidur di atas sofa panjang tetapi masih terasa pegal tubuhnya karena berbagi tempat dengan Daniel yang tubuhnya lebih lebar dari dirinya. "Daniel, Bisakah kamu geser ke sebelah sana," keluh Dissa yang berbaring di sebelah Daniel. "Hemz..." deheman Daniel yang masih setia di alam mimpinya. "Daniel!" teriak Dissa yang berhasil membangunkan Daniel dan Diki secara bersamaan. "Kok berisik sekali, pagi-pagi begini." sahut Diki dengan suara seraknya. Dissa dan Daniel menoleh ke arah Diki. "Maaf kak, aku tadi mau membangunkan Daniel tetapi nada suaraku terlalu tinggi," ucap Dissa dengan mengaruk-ngarukkan kepalanya.
"Jayden, aku pamit dulu. Assalamualaikum," ucap Criss dan berjalan menuju ke arah pintu ruangan."Wa'alaikumsalam." jawab Jayden menatap punggung Criss yang telah menghilang dari pandangannya.Criss berjalan masuk ke dalam mobil Ertiga berwarna abu. Criss menstarter mesin mobilnya dan ia siap melajukan mobilnya menuju keluar pekarangan.Criss mengambil sebuah foto ukuran 4R dari tas ranselnya. Ia tersenyum menatap seorang wanita cantik yang sedang duduk di taman."Andai saja, aku lebih kaya darinya. Mungkin saja, kamu mau memilihku." kata Criss dalam hati. Dielusnya dengan sayang foto bagian wajah wanita cantik itu dengan kedua tangannya."Sebaiknya, aku percepat saja menuju ke Indonesia." lanjut Criss seraya mempercepat laju mobilnya dengan kecepatan tinggi dan tujuan utamanya yaitu untuk kembali ke mensionnya.Tin! Tin!Gerbang langsung
Keesokan harinya, Dissa dan Daniel masih menemani Diki berada di rumah sakit. Saat ini, Dissa berjalan mondar-mandir di dalam ruang rawat Diki."Sayang, duduklah. Apakah kamu tidak merasa capek berjalan terus," ucap Daniel menatap ke arah Dissa yang sedari tadi terlihat gelisah.Dissa menghentikan langkah kakinya dan ia memutar tubuhnya untuk menghadap ke arah Daniel."Hari ini, aku merasa tidak enak badan. Tubuhku ingin makan sesuatu tetapi hatiku tak menentu." jawab Dissa menatap ke arah Daniel yang duduk di atas sofaDaniel menghela nafas sejenak, ia berdiri dari duduknya dan ia berjalan mendekati ke arah Dissa.Daniel menyentuh kening Dissa menggunakan telapak tangannya. "Tidak panas, tetap normal." balas Daniel."Tapi aku merasa tidak enak badan, Daniel." sahut Dissa."Duduklah, aku akan memeriksa dirimu." titah Daniel dibalas angguk
"Ehem..." deheman Daniel mengalihkan pandangan Dissa dan Diki menuju ke arahnya."Cuma mau bilang, sekarang sudah memasuki pukul 08.00 wib pagi dan katanya pengen pergi makan keluar tapi kok belum selesai bicaranya," ucap Daniel dengan wajah polosnya.Benar saja, perkataan Daniel membuat Dissa menghela nafas panjangnya. "Jika sudah lapar, silahkan pergi dulu nanti aku menyusul." balas Dissa cetus."Kamu yakin?" tanya Daniel menatap penuh arti ke arah Dissa."Mau ikut tapi bagaimana dengan kak Diki? Dia baru bangun tidur dan jika kita pergi keluar dan tidak ada siapapun yang menjaganya." jelas Dissa berdiri di depan Daniel."Siapa bilang tidak ada siapapun yang menjaga Diki?" ucap seorang wanita di balik pintu ruangan.Ceklek!Pintu ruangan terbuka dan Dila masuk ke dalam ruangan."Memangnya kalian mau kemana?" tanya D
Pagi hari, seperti biasanya semua orang memulai melakukan aktivitas mereka dengan bekerja. Novi yang baru bangun tidur, ia berjalan menuju ke arah jendela kamarnya yang berada di tingkat dua mension.Tik... Tik...Terdengar rintikan hujan yang mulai membasahi sebagain daerah."Huft! Semoga saja hujannya lekas berhenti. Maka, aku tidak terlambat datang bekerja." gumam Novi menatap keadaan luar jendelanya."Kalaupun masih hujan, aku mana mungkin meminta izin dengan atasanku. Dia pasti tidak mengizinkanku untuk tidak bekerja. Sementara, anaknya butuh dokter pribadi yang wajib mengurus anaknya yang telah sadar dari masa kritis." lanjut Novi.Drt... Drt...Novi mengalihkan pandangannya dari luar jendela menuju ke arah ponselnya di atas meja belajarnya.Novi membalikkan tubuhnya dan ia melangkahkan kakinya mendekati ponselnya. Novi mengambil po
"Apa? Paman Diki tampan dan baik hati itu sakit," ucap Yuni mengulangi perkataan dari Kakaknya."Kakak, aku ikut menjenggukmu." lanjut Yuni."Anak kecil, cukup belajar yang benar dan datang ke sekolah saja. Untuk menjengguk Paman Diki bisa sepulang sekolah saja." tolak Novi secara halus.Yuni memutar kedua bola matanya dengan malas. "Tapi kak..." ucapannya terhenti saat Novi memotong pembicaraannya."Kamu telah selesai sarapan pagi?" tanya Novi dan dibalas anggukan oleh Yuni."Mari kakak antar ke sekolah saja." ajak Novi."Tapi kak!" ucap Yuni."Tapi apa lagi? Ini sebentar lagi kamu terlambat Atang sekolah, ayo siapkan tas ranselmu!" titah Novi berdiri di depan Yuni."Aku khawatir dengan Kakak selalu tidak sarapan pagi dan nantinya kakak sakit mag." jelas Yuni menundukkan kepalanya di depan Novi.
Dila menghentikan langkah kakinya sejenak dan ia menoleh ke arah sumber suara. "Belum." jawab Dila singkat, berdiri di depan Dissa."Ya ampun, belum datang juga lalu kemana saja dokter itu? Niat kerja gak sih masa sudah pukul 09.00 wib, belum datang kemari," ucap Dissa panjang lebar.Daniel mengelus pundak Dissa yang berada dk sebelahnya untuk menenangkan emosional yang hampir melunjak. "Sayang, bersabarlah mungkin Dokter Novi sedang di jalan." sahut Daniel.***"Oh iya, kamu tinggal dimana?" tanya Novi berdiri di depan Criss."Aku berencana untuk menyewa apartemen terdekat." jawab Criss."Tidak perlu kak, kakak bisa menginap di rumah minimalis kami. Di rumah kami masih ada kamar kosong kok di tingkat lantai satu ada 2 kamar tamu dan tingkat lantai dua ada kamar utama. Kak Diki pilih saja mau kamar yang mana tinggal bibi yang bereskan." celetuk Yuni di depan
Di dalam ruangan yang bernuansa putih terlihat berbagai macam aneka bunga yang tersusun rapi di atas lantai, bunga itu terdiri atas bunga mawar merah, mawar putih, mawar pink, mawar kuning, bunga tulip, bunga Lily, bunga Daisy, bunga melati dibentuk menjadi bentuk love. Tidak hanya bunga saja. melainkan, ada persiapan makanan ringan seperti: pizza, spaghetti dan minuman teh yang sengaja dipesan oleh Dissa yang memberikan ide makanan ala barat. Disana, terlihat keluarga Richard dan keluarga Novi Nirand telah berkumpul menjadi satu."Apakah semuanya akan berhasil?" tanya Dila berdiri di depan Dissa."Mom, semua akan berjalan sesuai dengan rencana dan kita ikuti saja sesuai alur cerita yang kita buat." jawab Dissa mantap."Dimana Novi?" tanya Dedi yang berjalan menuju ke arah Dissa dan Dila.Tok! Tok!"Bukankah Novi sudah datang." pekik Daniel dan membuat Diki menjadi salah tingkah.
Hari ini merupakan hari yang ditunggu Dissa selama ini, hari senin yang menjadi saksi bahwa Dissa pertama kali masuk kuliah sebagai Mahasiswa Pascasarjana Jurusan Ilmu Komunikasi. Kebetulan, jarak kampus dengan mension Richard memerlukan waktu 20 menit saja. Jadwal perkenalan mahasiswa baru dimulai pukul 07.30 wib pagi. Daniel yang tidak ingin Dissa terlambat, ia berinisiatif mengantarkan Dissa ke kampus ternama di London.Mobil yang dikendarai oleh Daniel telah memasuki area pekarangan kampus, Dissa menatap takjud dengan bangunan mewah nan megah hingga tidak terasa laju mobil berhenti di depan pintu utama kampus.“Sayang, aku antarkan disini. Maafkan aku belum bisa ikut masuk ke dalam,” ucap Daniel sendu.“Tidak apa-apa sayang, aku bahagia kamu mau mengantarkanku di kampus ini. Oh iya, semangat ya kerjanya, jaga mata dan hati karena hanya aku yang berhak memilikimu.” Dissa memandang Daniel dengan tatapan dalam.“Iya istriku tercinta, aku hanya milikmu seorang, kamu
Dissa memejamkan kedua bola matanya sejenak, ia butuh pikiran yang jernih untuk menimalisir semua kenyataan pahit dirinya pernah menjadi korban atas kejahatan Jesika.“Pa, sudahlah permasalahan yang pernah terjadi. Anggap saja semua yang pernah terjadi disebut takdir. Jangan pernah mudah menghakimi orang atas dasar masa lalunya karena semua orang pernah berbuat kesalahan,” ucap Dissa terdengar bijak dan Dedi tidak melanjutkan lagi perkataannya. Dedi serahkan semua yang akan terjadi cukup Dissa dan Daniel yang mengatasinya karena mereka sudah dewasa.“Okelah, kalau begitu Papa tidak ikut campur lagi kecuali Jesika berani melakukan kesalahan lagi maka Papa tidak segan-segan akan memecatkan secara tidak hormat.” sahut Dedi yang tak bisa dibantah.Setelah acara makan malamnya, Dissa dan Daniel memutuskan untuk ke kamar. Dandi memilih ikut Nenek Dila dan Kakek Dedi untuk tidur bersama. Dandi sangat dekat dan manja karena ia selalu diasuh
Setelah melewati masa test pendaftaran dan penerimaan selama 2 minggu. Akhirnya, Dissa diterima beasiswa prestasi akademik dengan nilai tertinggi di kampus ternama London. Sungguh, Dissa benar-benar bahagia atas kecerdasannya dan kegigihannya untuk melanjutkan kuliah Pascasarjana menjadi prioritasnya saat ini.Dissa yang telah sampai di Inggris, bersama Daniel dan anak kesayangannya, Mereka ingin menuju ke mension keluarganya di kota London. Awalnya Dissa menghawatirkan pekerjaan Daniel yang memiliki banyak pasien. Hal itu, membuat Dissa terniang-niang di sepanjang waktu."Bukankah kamu sedang sibuk dengan jadwal operasi pasien?" Dissa bertanya pada Daniel tapi Daniel tampak berpikir keras."Kamu yakin ingin ikut denganku dan mengorbankan pekerjaanmu?" tanya Dissa lagi dan Daniel mengangguk mantap."Iya, aku sangat yakin karena aku sebagai kepala keluarga harus bisa menjaga istri dan anakku. Meskipun, aku rela pindah bekerja ke luar negeri karena ak
Pagi telah menjelang dan ufuk timur telah terbit untuk menyinari dunia. Di dalam ruangan yang luas dan mewah terlihat seorang wanita cantik tengah asyik membaca sebuah koran di tangannya."Beasiswa S2 di London? Wow, terasa menarik bagiku untuk mendapatkan gelar Pascasarjana." batin Dissa.Saat ini, Dissa berada di ruang keluarga dan ia menikmati masa liburan akhir tahun bersama anak dan suaminya di rumah saja."Aku berhak untuk melanjutkan kuliahku karena aku masih muda dan aku pemilik perusahaan Richard. Anakku berhak mendapatkan ibu yang cerdas dan berpendidikan tinggi untuk menjamin masa depannya." Dissa membalikkan lembar koran cetak untuk melihat daftar persyaratan untuk mengikuti beasiswa luar negeri.Daniel yang sedang asyik bermain bernama Dandi di dalam dekapannya. Mereka melihat Dissa dari kejauhan. Dissa terlihat sedang serius membaca koran itu."Pa, aku mau tuyuuun." pinta Dandi dengan suara cade
Dua tahun kemudian Dissa berusaha mengejar Dandi yang berlari kesana-kemari di dalam mension mewah milik dirinya bersama Daniel. "Dandi, jangan berlari terus nanti kamu jatuh," ucap Dissa berusaha berjalan cepat mengejar anak pertamanya. "Ndakk mau, mama kejal dulu Dandi sampe dapat." sahut Dandi kecil dengan menjulurkan lidahnya di hadapan Dissa. Dissa menghela nafasnya sejenak dan ia pasti mengetahui apa yang akan dilakukan Dandi kecil selanjutnya. Dandi kecil terus berlari menuju ke arah anak tangga dengan langkah seribu kakinya tanpa melihat ke arah bawah membuat dirinya terjatuh. Dissa membantu mengangkat tubuh Dandi kecil agar mau berjalan menuju ke arah ruang kesehatan di mensionnya. Setelah diadakannya pesta pernikahan Diki dengan Novi. Mereka memutuskan pindah mension yang telah lama dibeli oleh Daniel. Dissa yang mengandung anak pertamanya dengan Daniel semaki
Hari demi hari yang dijalani Dissa hanyalah duduk diam dan termenung. Di hati kecilnya, ia selalu membayangkan betapa bahagianya ia memiliki baby yang lucu yang terlahir dari rahimnya dan ia akan dipanggil mama dan papa oleh anaknya. Tapi apalah daya, harapannya telah lenyap melayang di udara.Dissa mengusap perut ratanya, ia selalu melakukan itu saat calon anaknya masih ada."Sayang, ayo kita makan," ucap Daniel sambil mengarahkan sendok yang berisi bubur yang akan dimakan oleh Dissa.Dissa diam tak bergeming, ia asyik dengan khayalan di pikirannya. Sementara, Daniel yang berdiri di sebelahnya berusaha memberikan saran dan mengajak ia untuk membuat anak lagi."Dasar lelaki, mau enaknya saja. Kamu kira mudah apa untuk melupakan calon anakku yang telah tiada." kata Dissa dalam hati.Di ruang tamu rumah sakit, Dissa melihat ada perdebatan kecil yang dilakukan oleh mama Dila yang te
Sudah hampir 2 bulan, Dissa masih dalam kondisi yang sama. Daniel menghela nafasnya sejenak, ia menatap Dissa yang duduk termenung di atas ranjang rumah sakit. Saat ini, Daniel berniat menyuapi Dissa dengan makanan bubur dan obat-obatan. Berbagai cara Daniel lakukan untuk membujuk Dissa agar mau makan. Tetapi, Dissa tetaplah Dissa, ia tidak ingin membuka mulutnya sama sekali.Dila dan Dedi merasa sedih melihat anak perempuannya seperti itu. Dila menoleh ke arah Dedi, Dedi yang menatap ke arah Dila yang duduk di sebelahnya. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya untuk tidak menganggu Daniel untuk membujuk Dissa.Sementara di area parkiran rumah sakit ternama, mobil Alphard hitam terparkir rapi. Diki yang turun terlebih dahulu dari dalam mobil, ia memanggil Novi agar berjalan menuju ke arahnya."Sayang, cepatlah!" ucap Diki berdiri di depan mobil."Iya, tunggu dulu aku sedang mengambil tasku." Novi turun da
Pernikahan Jesika dengan Nick dilakukan di kediaman mempelai wanita di kota Sungailiat. Berbagai dekor pelaminan mewah mulai dari pelaminan mini bernuansa putih di dalam rumah sebagai akad nikah dan di luar rumah terdapat pelaminan megah dengan konsep outdoor wedding dan tenda tersusun rapi yang bermotif pink putih begitu indah dilihat. Diki dan Novi hadir dalam mengikuti acara janji suci Jesika dan Nick. Budi datang bersama wanita yang baru ia kenali dengan baju cauple berwarna abu berdominasi pink. Hanya Daniel dan Dissa yang tidak hadir mengikuti acara itu. Dissa masih dalam kondisi yang sama dan Daniel tetap menjaga Dissa di rumah sakit.Landscape matahari terbenam dengan langit yang memberikan sunset indah, semakin menyempurnakan pernikahan Jesika dengan Nick.Akad nikah Jesika dan Nick berjalan dengan lancar, Pak Hardan yang merupakan ayah kandung Jesika menikahkan anak semata wayangnya di dengan masyarakat. Ibu Lely tampak menangis ba
Dua minggu kemudian, Daniel seperti biasa menyuapi Dissa dengan makanan yang diberikan oleh rumah sakit. Kondisi Dissa semakin harinya semakin memburuk, ia tampak seperti mayat hidup yang hanya diam dan menatap kosong ke arah depan. Daniel sedih melihat tingkah laku Dissa yang tak pernah berubah untuk menerima kenyataan pahit yang menyakitkan."Sayang, makanlah nanti kamu sakit," ucap Daniel menatap wajah Dissa.Dissa tak bergeming, ia terus diam membisu.Dila dan Dedi yang sedari tadi memakan makanan yang ia pesan, lantas mereka menatap satu sama lain."Daniel, apakah Dissa mau makan?" tanya Dedi menatap ke arah Daniel yang duduk di sebelah Dissa.Daniel mengalihkan pandangannya menuju ke arah Dedi. Daniel menghela nafas panjang dan ia memberikan senyuman paksa. "Tetap belum mau makan, Pa." ucap Daniel.Dedi menoleh ke arah Dila dan Dila menggeleng-gelengkan