Semua Bab Boy & Milly: Bab 11 - Bab 20

36 Bab

Bab 11 - Belas Kasih

“Jadi, lo serius sudah nikah?” Andre masih saja tak percaya dengan pengakuan Boy.“Udah deh. Kita nggak usah bahas itu lagi. Toh, elo nggak percaya, kan?”“Sialan lo. Gue masih shock! Mikirin elo nikah sama perempuan biasa saja gue hampir nggak percaya, apalagi alasan elo nikah karena bunting duluan.”“Memangnya kenapa?”“Boy! Gue kenal elo, Man!” seru Andre. “Terus gimana sama nyokap bokap elo? Mereka setuju elo nikah gini?”“Kalau yang gue lihat sih, mereka kurang setuju. Tapi mau bagaimana lagi. Nyokap bokap juga nggak ngelarang, cuma ya itu, gue neglihat di raut wajah mereka, kayaknya sih mereka kecewa.”“Terus, lo sekarang tinggalin dia di rumah cuma sama orang tua elo? Lo nggak mikir gimana canggungnya dia?”“Gue sudah ajak dia pindah ke apartmen. Jadi sekarang dia di apartmen sendiri.”“Boy! Itu lebi
Baca selengkapnya

Bab 12 - Menyatu lagi

Menjelang Pagi…Milly masih mendesakkan tubuhnya pada sesuatu yang terasa bidang dan keras. Selama hidupnya, Milly baru merasakan tidur yang terasa sangat nyaman seperti ini. Seperti sedang dipeluk seseorang hingga membuat tubuhnya hangat.Dipeluk? Tunggu dulu… Milly membuka matanya seketika, dan benar saja, rupanya saat ini dirinya sedang berada dalam pelukan seseronga.Milly menjauh seketika, namun tubuhnya membentur dinding di belakangnya hingga dia mengerang dengan spontan.“Awww…”Mendengar erangan tersebut membuat Boy membuka matanya seketika “Sudah bangun?” tanya Boy kemudian.“Boy? Kenapa kamu… di sini?” tanya Milly dengan sedikit bingung.Bukannya menjawab pertanyaan Milly, dengan spontan Boy malah sudah membalikkan posisi tubuh mereka hinggga kini Boy sudah berada di atas tubuh Milly. Milly terkejut seketika dengan apa yang sedang dilakukan Boy saat ini.
Baca selengkapnya

Bab 13 - Tak Masuk Akal

Karena tak melihat Milly akan menjawab pertanyaannya. Boy akhirnya memutuskan menuruti perintah Milly. Dia berjalan menuju ke meja makan dan duduk di sana sembari menunggu makanan yang akan disiapkan oleh Milly.Jujur saja, Boy merasa serba salah. Dan dia juga merasa salah tingkah. Kecanggungan benar-benar terasa menyebalkan. Membuat Boy mencoba untuk bersikap biasa-biasa saja seolah-olah apa yang mereka lakukan sepanjang pagi tadi di kamar Milly adalah sebuah hal yang wajar. Padahal, dika dilihat dari hubungan mereka, hal itu tak wajar dilakukan.Memang. Mereka adalah suami istri. Sudah sepatutnya mereka melakukan hal itu. namun ingat, mereka memiliki kontrak. Dan sial! Boy menikahi Milly hanya karena sebatas tanggung jawab. Kenapa dia meniduri Milly lagi? Haruskah Boy menanyakan hal ini pada Andre?Sikap Milly yang berubah menjadi pendiam memperburuk semuanya. Membuat kecanggungan terasa mencekiknya. Sialan…Boy lalu melihat Milly mulai menyuguhk
Baca selengkapnya

Bab 14 - Memeriksakan Bayi

Milly sudah menunggu kedatangan Boy cukup lama di ruang tunggu. Sebenarnya, dia sudah dipanggil sejak tadi, namun dia mengundur jadwalnya dan membiarkan ibu hamil lainnya lebih dulu karena dia masih menunggu kedatangan Boy.Kini, ibu hamil di ruang tunggu hanya tinggal dirinya saja. Namun, Boy belum juga menampakkan batang hidungnya. Tiba-tiba saja Milly merasa sedih. Setidaknya, jika Boy tak berencana hadir, pria itu tidak perlu mengatakan bahwa akan hadir.Milly menghela napas panjang. Ibu hamil di dalam ruangan dokter sudah keluar, bersamaan dengan itu, nama Milly dipanggil. Dengan sedikit lelah dan sedih, Milly bangkit dan akan masuk ke dalam ruangan tersebut. Pada saat bersamaan, seorang datang menghampirinya dengan setengah berlari. Itu adalah Boy.Ekspresi wajah Milly menjadi ceria seketika, dia sangat senang ketika mendapati Boy datang.“Boy, kamu benar-benar datang?”“Iya, memangnya kamu kira aku nggak datang?”
Baca selengkapnya

Bab 15 - Bertemu Mantan kekasih

Milly masih menunggu di dalam mobil Boy yang terparkir di depan sebuah apotik. Boy yang turun karena pria itu bersikeras melakukannya. Dia mengatakan bahwa Milly lebih baik tak banyak berjalan. Pada akhirnya Milly mengalah.Sungguh, Milly benar-benar tidak tahu kenapa Boy bisa berubah begitu banyak. Tak lama, Boy kembali. Boy memberikan bingkisan obat dan vitamin itu pada Milly. Milly menyimpan kembali ke dalam tasnya.Pada saat itu, Boy melemparkan pertanyaannya “Jadi, kamu mengalami mual muntah?” tanya Boy kemudian.“Uum, pas awal-awal kehamilan saja.”“Sekarang gimana?” tanya Boy lagi.“Sudah enggak.”Boy lalu menghela napas panjang. “Maaf, kalau selama ini ku egois.”“Eehh? Engak kok. Kamu nggak egois. Bagaimana pun juga, semua ini juga salahku.” Mily tersenyum sedih. “Malam itu, aku kan yang lebih duulu menyerang kamu.” Milly berkata sembari berus
Baca selengkapnya

Bab 16 - Mencari Milly

Bab 16 – Mencari Milly Milly menghabiskan mangkuk kedua dari Bakso yang dia pesan. Rasanya memang tak begitu sesuai seperti Bakso langganannya, namun Milly tetap senang karena hari ini dia bisa makan Bakso, meski tanpa Boy di sekitarnya.Milly tidak tahu, apa yang dilakukan Boy setelah mengantar Clara hingga tak segera menjemputnya di taman kota. Sudah satu jam lebih Milly menunggu, tapi pria itu tak kunjung datang. Sedangkan hari mulai gelap dan Jakarta mulai diguyur hujan. Akhirnya Milly memutuskan meninggalkan taman kota.Dia berjalan menelusuri trotoar, lalu berhenti pada sebuah warung yang menjual Bakso seperti yang dia idamkan sejak siang tadi.Dan kini, berakhirlah Milly di sana. Hujan semakin lebat, membuat Milly belum bisa beranjak dari warung tersebut. Karena masih lapar, Milly memesan semangkok lagi hingga kini Milly sudah menghabiskan dua mangkuk bakso pesanannya.Milly mengamati jalanan di sekitarny
Baca selengkapnya

Bab 17 - Rumah Keluarga Boy

Bab 17 – Rumah Keluarga Boy Milly sempat mengangkat wajahnya terkejut ketika Boy mengajaknya masuk ke dalam sebuah perumahan elit. Mobil Boy menuju ke sebuah rumah yang berpintu pagar tinggi. Boy membunyikan klaksonnya kemudian tampak seseorang membukakan pintu pagar tersebut.Mobil Boy menuju ke halaman rumah itu. rumah yang amat sangat besar, dan mungkin terbesar dan termegah yang pernah Milly lihat.Boy mematikan mesin mobilnya, kemudian dia keluar dari mobilnya. Milly akhirnya mengikuti Boy saja, meski Boy tak mengajaknya. Mereka menuju ke pintu utama lalu Boy memasukinya begitu saja.Seorang perempuan paruh baya datang menghampiri mereka. Milly tahu siapa orang itu. dia adalah ibu Boy —Elsa namanya. Milly pernah bertemu dengan Elsa ketika berada di hotel, saat mereka akan melangsungkan pernikahan di pencatatan sipil. Hanya itu saja. Ini adalah pertama kalinya Milly menginjakkan kaki di rumah keluarganya. Lal
Baca selengkapnya

Bab 18 - Jatah Setiap Pagi

Bab 18 – Jatah setiap Pagi Menjelang pagi, Milly merasakan ada yang aneh dengan tubuhnya. Jika semalam dia merasakan tubuhnya hangat karena kimono tebal yang dia kenakan ditambah lagi pelukan erat dari Boy, maka kini Milly merasakan tubuhnya polos, dan terasa dingin karena tertimpa AC kamar.Milly membuka matanya seketika. Rupanya benar, kimononya sudah terbuka, dan semua itu karena ulah Boy.Milly bahkan baru merasakan jika sepanjang tengkuk dan pundaknya sudah basah karena cumbuan dari Boy. Bibir pria itu sudah berkelana di sana, sedangkan jemarinya sudah berada dimana saja, mengacak-acak tubuh Milly.“Boy?” Milly bertanya-tanya.Boy tak menghiraukan Milly, bahkan Boy sudah meribah posisi Milly hingga perempuan itu sudah tak lagi miring memunggunginya. Milly sudah terbaring menatap ke atas. Sedangkan Boy secepat kilat juga sudah mengubah posisinya sendiri menindih tubuh Milly.Boy bahkan tak
Baca selengkapnya

Bab 19 - Pencuri

Bab 19 – Pencuri   Mereka turun dari kamar Boy yang berada di lantai dua, kemudian segera menuju ke meja makan yang rupanya di sana sudah tersedia sarapan. Ada banyak sekali hidangan sarapan. Boy bahkan sempat mengerutkan keningnya karena sejauh yang dia tahu, ketika sarapan biasanya keluarganya hanya menyiapkan roti, dan sejenisnya. Namun pagi ini, sepertinya sedikit berbeda.“Mama masak?” tanya Boy saat melihat ibunya membawa menu tambahan dari dapur ke meja makan.“Enggak lah… kamu tahu sendiri kalau Mama nggak pandai masak.”  Elsa —sang ibu, berkomentar.“Maksudku, Mama nyuruh pelayan rumah masak pagi ini? Kayaknya kita nggak pernah makan pagi sebanyak ini.” Boy sedikit heran.Elsa tampak ragu menjawab pertanyaan Boy, lalu dia berkata “Kamu kan pulang baw istri kamu, Mama nggak tahu apa makanan kesukaannya.”“Dia makan apa sa
Baca selengkapnya

Bab 20 - Perempuan Menarik

Bab 20 – Perempuan Menarik Milly masih mencoba menyeret pria itu menjauh bahkan keluar dari butik Kirana. Namun nihil, karena tubuh pria itu yang memang lebih besar dan lebih kuat dari Milly, ditambah lagi, pria itu tampaknya mematung karena sesuatu.“Pergi dari sini! Keluar!” Milly bahkan tak segan-segan berseru keras pada pria itu.“Mill? Apa yang kamu lakuin?” pertanyaan itu dilemparkan oleh seseorang yang berasal dari arah pintu masuk.Milly menghentikan aksinya seketika, lalu dia menolehkan kepalanya ke arah sumber suara. Milly dapat menghela napas lega ketika mendapati Kirana sudah berdiri di ambang pintu.“Mbak! Akhirnya Mbak Kirana datang juga. Ini orang ini mau nyuri,” segera Milly melaporkan pada Kirana tentang kehadiran pria di belakagnya.“Hai Ki…” sapa pria itu ramah kepada Kirana.“Andre? Ya Ampun…” segera Kiran
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status