Bab 18 – Jatah setiap Pagi
Menjelang pagi, Milly merasakan ada yang aneh dengan tubuhnya. Jika semalam dia merasakan tubuhnya hangat karena kimono tebal yang dia kenakan ditambah lagi pelukan erat dari Boy, maka kini Milly merasakan tubuhnya polos, dan terasa dingin karena tertimpa AC kamar.
Milly membuka matanya seketika. Rupanya benar, kimononya sudah terbuka, dan semua itu karena ulah Boy.
Milly bahkan baru merasakan jika sepanjang tengkuk dan pundaknya sudah basah karena cumbuan dari Boy. Bibir pria itu sudah berkelana di sana, sedangkan jemarinya sudah berada dimana saja, mengacak-acak tubuh Milly.
“Boy?” Milly bertanya-tanya.
Boy tak menghiraukan Milly, bahkan Boy sudah meribah posisi Milly hingga perempuan itu sudah tak lagi miring memunggunginya. Milly sudah terbaring menatap ke atas. Sedangkan Boy secepat kilat juga sudah mengubah posisinya sendiri menindih tubuh Milly.
Boy bahkan tak
Bab 19 – Pencuri Mereka turun dari kamar Boy yang berada di lantai dua, kemudian segera menuju ke meja makan yang rupanya di sana sudah tersedia sarapan. Ada banyak sekali hidangan sarapan. Boy bahkan sempat mengerutkan keningnya karena sejauh yang dia tahu, ketika sarapan biasanya keluarganya hanya menyiapkan roti, dan sejenisnya. Namun pagi ini, sepertinya sedikit berbeda.“Mama masak?” tanya Boy saat melihat ibunya membawa menu tambahan dari dapur ke meja makan.“Enggak lah… kamu tahu sendiri kalau Mama nggak pandai masak.” Elsa —sang ibu, berkomentar.“Maksudku, Mama nyuruh pelayan rumah masak pagi ini? Kayaknya kita nggak pernah makan pagi sebanyak ini.” Boy sedikit heran.Elsa tampak ragu menjawab pertanyaan Boy, lalu dia berkata “Kamu kan pulang baw istri kamu, Mama nggak tahu apa makanan kesukaannya.”“Dia makan apa sa
Bab 20 – Perempuan MenarikMilly masih mencoba menyeret pria itu menjauh bahkan keluar dari butik Kirana. Namun nihil, karena tubuh pria itu yang memang lebih besar dan lebih kuat dari Milly, ditambah lagi, pria itu tampaknya mematung karena sesuatu.“Pergi dari sini! Keluar!” Milly bahkan tak segan-segan berseru keras pada pria itu.“Mill? Apa yang kamu lakuin?” pertanyaan itu dilemparkan oleh seseorang yang berasal dari arah pintu masuk.Milly menghentikan aksinya seketika, lalu dia menolehkan kepalanya ke arah sumber suara. Milly dapat menghela napas lega ketika mendapati Kirana sudah berdiri di ambang pintu.“Mbak! Akhirnya Mbak Kirana datang juga. Ini orang ini mau nyuri,” segera Milly melaporkan pada Kirana tentang kehadiran pria di belakagnya.“Hai Ki…” sapa pria itu ramah kepada Kirana.“Andre? Ya Ampun…” segera Kiran
Bab 21 – Pindah KamarMilly masih membereskan sisa makan malam mereka. Dia juga membersihkan area dapur dan perlengkapan makan tadi, ketika Boy datang menghampirinya dalam keadaan yang sudah segar karena baru selesai mandi.Boy hanya bertelanjang dada, dan mengenakan celana piyamanya saja. Dia mendekat ke arah Milly dan bertanya “Sudah selesai?”Milly menatap Boy, dan dia sedikit terpengaruh ketika melihat Boy sudah bertelanjang dada di dekatnya “Ehh, ini. Tinggal dikit.”“Mau dibantu?”“Nggak usah. Jangan. Ini sudah mau selesai.”Boy hanya mengangguk, dia menyandarkan tubuhnya dengan santai di meja dapur, sedangkan matanya tak berhenti mengamati Milly yang masih berada di tempat pencucian piring. Milly tampak rajin dan cekatan, entah kenapa membuat Boy merasa bangga karena sudah memperistri Milly.“Selesai,”Milly sedang mencuci tanganya k
Bab 22 – “Terlihat cantik di mataku.”“Ada yang kamu pikirkan?” tanya Boy karena dia mendapati Milly yang tampak sedang memikirkan sesuatu.Milly hanya menggelengkan kepalanya. Dia tak ingin memberitahu Boy bahwa kini dirinya sedang merasa tak nyaman dengan kedekatan mereka. Milly takut bahwa Boy akan tersinggung. Padahal Milly merasa tak nyaman bukan karena tidak suka dengan Boy, tapi lebih karena Milly takut berharap terlalu lebih dengan pria di hadapannya itu.Boy lalu memulai aksinya. Setelah melucuti sisa kain di tubuhnya, Boy juga membantu Milly melucuti sisa pakaian yang membalut tubuh istrinya itu. Tubuh Milly kini sudah polos tanpa busana, sama persis dengan tubuh Boy.Boy tak kuasa menahan diri untuk mengamati tubuh Milly. Terlihat sangat indah dengan perut hamilnya. Dengan sponta, Boy bahkan sudah mengulurkan jemarinya, mengusap lembut perut Milly, dan merasakan sesuatu bergerak-gerak
Bab 23 – Pesta“Ehhhh! Kamu mau ngapain?” itu adalah Mira, yang segera memisahkan Boy dari Milly, bahkan menengahi keduanya. Boy tersadar sepenuhnya. Sungguh, dia benar-benar merasa menjadi orang tolol saat ini.Dia melirik ke arah Milly, perempuan itu kini sedang menunduk malu dengan wajah yang sudah merah padam karena ulahnya.“Mau nyium? Enak aja. Nanti riasannya berantakan.” Lanjut Mira dengan kesal.Boy mencoba mengendalikan dirinya, dia melirik ke arah jam tangannya, kemudian berkata “Ya sudah, aku dan Milly pergi dulu. Pesta sudah mau dimulai.”“Nggak ngasih pujian buat aku?” tanya Mira kemudian.Boy mengangkat sebelah alisnya, kemudian dia tersenyum dan berkata “Terima kasih.” Setelahnya, dia mendekat ke arah Milly lagi, meraih pergelangan tangan Milly, kemudian mengajak istrinya itu pergi meninggalkan butik Mira.Mira hanya bisa m
Bab 24 – Ajakan menikahMilly akhirnya sampai di depan gang rumah kedua orang tuanya. Ya, mau tidak mau, Milly minta di antar ke sana. Dia tak mungkin minta di antar ke apartmen mewah milik Boy.“Kamu yakin, rumahmu di dalam sana?” tanya Andre mencoba meyakinkan dirinya sendiri.“Iya. Kenapa? Gangnya kumuh ya?” tanya Milly sembari tersenyum malu.“Enggak. Memangnya siapa yang bilang begitu?” tanya Andre balik.Milly menggelengkan kepalanya “Nggak ada.” Milly lalu melepas sabuk pengamannya, dan dia bersiap-siap untuk pergi dari sana. Namun, Andre lebih dulu menghentikannya dengan mencekal pergelangan tangannya, membuat Milly menatap seketika pada Andre dengan tatapan penuh tanya.“Seperti Lolita dan Kirana, aku juga ingin tahu, bagaimana kamu bisa berada di sana.”Milly tampak salah tingkah. Dia kemudian tersenyum setenang mungkin, lalu dia
Bab 25 – Boy yang MurkaBoy tahu bahwa Milly pasti minta diantar ke rumah orang tuanya, karena itu, kini Boy sudah meninggalkan pesta dan mengemudikan mobilnya menuju ke rumah Milly. Sampai di depan gang Milly, Boy melihat mobil yang cukup dia kenal terparkir di sana.Itu adalah mobil Andre. Jelas, Boy tahu karena mobil tersebut dimodifikasi hingga berbeda dengan mobil lainnya. Rupanya, Andre memang mengantar Milly hingga sampai ke rumahnya.Dengan spontan, Boy mencengkeram kemudinya. Dia sangat kesal saat membayangkan bahwa Andre berduaan dengan Milly. Lebih kesal lagi saat dia mengingat bahwa dia tak bisa melakukan apapun karena hal tersebut.Tak lama, Boy melihat Andre keluar dari dalam gang. Temannya itu tampak tersenyum-senyum sendiri seperti orang gila sembari sesekali menggelengkan kepalanya. Ekspresi wajah Andre terlihat sangat bahagia. Kenapa? Apa Andre baru saja melakukan sesuatu pada Milly?Tiba-tiba
Bab 26 – Kebohongan Milly“Boy?” dengan spontan Milly memangil nama Boy, seolah-olah bertanya, apa yang sedang dilakukan Boy di sini.Boy mengangkat sebelah alisnya. “Ya, aku. Kenapa kamu terlihat terkejut mendapati aku di sini?” Boy bertanya balik.“Ehhh, enggak… aku…” Milly kesulitan menjawab pertanyaan Boy. Karena nyatanya, pertanyaan Boy sangat tepat. Milly memang terkejut mendapati Boy tiba-tiba berada di hadapannya, karena sejak tadi pikirannya jatuh pada sosok lainnya.Tanpa banyak bicara, Boy masuk ke dalam kamar Milly, mengunci pintu kamar Milly sebelum dia menghadap pada Milly lagi. “Kenapa kamu pulang duluan?” tanya Boy dengan nada tajam.“Uummm, itu… tadi aku nggak enak badan.” Milly berbohong. Dia tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya, bahwa dia bertemu dengan Lolita dan Kirana lalu shock, kemudian dia diant