Bab 21 – Pindah Kamar
Milly masih membereskan sisa makan malam mereka. Dia juga membersihkan area dapur dan perlengkapan makan tadi, ketika Boy datang menghampirinya dalam keadaan yang sudah segar karena baru selesai mandi.
Boy hanya bertelanjang dada, dan mengenakan celana piyamanya saja. Dia mendekat ke arah Milly dan bertanya “Sudah selesai?”
Milly menatap Boy, dan dia sedikit terpengaruh ketika melihat Boy sudah bertelanjang dada di dekatnya “Ehh, ini. Tinggal dikit.”
“Mau dibantu?”
“Nggak usah. Jangan. Ini sudah mau selesai.”
Boy hanya mengangguk, dia menyandarkan tubuhnya dengan santai di meja dapur, sedangkan matanya tak berhenti mengamati Milly yang masih berada di tempat pencucian piring. Milly tampak rajin dan cekatan, entah kenapa membuat Boy merasa bangga karena sudah memperistri Milly.
“Selesai,”Milly sedang mencuci tanganya k
Bab 22 – “Terlihat cantik di mataku.”“Ada yang kamu pikirkan?” tanya Boy karena dia mendapati Milly yang tampak sedang memikirkan sesuatu.Milly hanya menggelengkan kepalanya. Dia tak ingin memberitahu Boy bahwa kini dirinya sedang merasa tak nyaman dengan kedekatan mereka. Milly takut bahwa Boy akan tersinggung. Padahal Milly merasa tak nyaman bukan karena tidak suka dengan Boy, tapi lebih karena Milly takut berharap terlalu lebih dengan pria di hadapannya itu.Boy lalu memulai aksinya. Setelah melucuti sisa kain di tubuhnya, Boy juga membantu Milly melucuti sisa pakaian yang membalut tubuh istrinya itu. Tubuh Milly kini sudah polos tanpa busana, sama persis dengan tubuh Boy.Boy tak kuasa menahan diri untuk mengamati tubuh Milly. Terlihat sangat indah dengan perut hamilnya. Dengan sponta, Boy bahkan sudah mengulurkan jemarinya, mengusap lembut perut Milly, dan merasakan sesuatu bergerak-gerak
Bab 23 – Pesta“Ehhhh! Kamu mau ngapain?” itu adalah Mira, yang segera memisahkan Boy dari Milly, bahkan menengahi keduanya. Boy tersadar sepenuhnya. Sungguh, dia benar-benar merasa menjadi orang tolol saat ini.Dia melirik ke arah Milly, perempuan itu kini sedang menunduk malu dengan wajah yang sudah merah padam karena ulahnya.“Mau nyium? Enak aja. Nanti riasannya berantakan.” Lanjut Mira dengan kesal.Boy mencoba mengendalikan dirinya, dia melirik ke arah jam tangannya, kemudian berkata “Ya sudah, aku dan Milly pergi dulu. Pesta sudah mau dimulai.”“Nggak ngasih pujian buat aku?” tanya Mira kemudian.Boy mengangkat sebelah alisnya, kemudian dia tersenyum dan berkata “Terima kasih.” Setelahnya, dia mendekat ke arah Milly lagi, meraih pergelangan tangan Milly, kemudian mengajak istrinya itu pergi meninggalkan butik Mira.Mira hanya bisa m
Bab 24 – Ajakan menikahMilly akhirnya sampai di depan gang rumah kedua orang tuanya. Ya, mau tidak mau, Milly minta di antar ke sana. Dia tak mungkin minta di antar ke apartmen mewah milik Boy.“Kamu yakin, rumahmu di dalam sana?” tanya Andre mencoba meyakinkan dirinya sendiri.“Iya. Kenapa? Gangnya kumuh ya?” tanya Milly sembari tersenyum malu.“Enggak. Memangnya siapa yang bilang begitu?” tanya Andre balik.Milly menggelengkan kepalanya “Nggak ada.” Milly lalu melepas sabuk pengamannya, dan dia bersiap-siap untuk pergi dari sana. Namun, Andre lebih dulu menghentikannya dengan mencekal pergelangan tangannya, membuat Milly menatap seketika pada Andre dengan tatapan penuh tanya.“Seperti Lolita dan Kirana, aku juga ingin tahu, bagaimana kamu bisa berada di sana.”Milly tampak salah tingkah. Dia kemudian tersenyum setenang mungkin, lalu dia
Bab 25 – Boy yang MurkaBoy tahu bahwa Milly pasti minta diantar ke rumah orang tuanya, karena itu, kini Boy sudah meninggalkan pesta dan mengemudikan mobilnya menuju ke rumah Milly. Sampai di depan gang Milly, Boy melihat mobil yang cukup dia kenal terparkir di sana.Itu adalah mobil Andre. Jelas, Boy tahu karena mobil tersebut dimodifikasi hingga berbeda dengan mobil lainnya. Rupanya, Andre memang mengantar Milly hingga sampai ke rumahnya.Dengan spontan, Boy mencengkeram kemudinya. Dia sangat kesal saat membayangkan bahwa Andre berduaan dengan Milly. Lebih kesal lagi saat dia mengingat bahwa dia tak bisa melakukan apapun karena hal tersebut.Tak lama, Boy melihat Andre keluar dari dalam gang. Temannya itu tampak tersenyum-senyum sendiri seperti orang gila sembari sesekali menggelengkan kepalanya. Ekspresi wajah Andre terlihat sangat bahagia. Kenapa? Apa Andre baru saja melakukan sesuatu pada Milly?Tiba-tiba
Bab 26 – Kebohongan Milly“Boy?” dengan spontan Milly memangil nama Boy, seolah-olah bertanya, apa yang sedang dilakukan Boy di sini.Boy mengangkat sebelah alisnya. “Ya, aku. Kenapa kamu terlihat terkejut mendapati aku di sini?” Boy bertanya balik.“Ehhh, enggak… aku…” Milly kesulitan menjawab pertanyaan Boy. Karena nyatanya, pertanyaan Boy sangat tepat. Milly memang terkejut mendapati Boy tiba-tiba berada di hadapannya, karena sejak tadi pikirannya jatuh pada sosok lainnya.Tanpa banyak bicara, Boy masuk ke dalam kamar Milly, mengunci pintu kamar Milly sebelum dia menghadap pada Milly lagi. “Kenapa kamu pulang duluan?” tanya Boy dengan nada tajam.“Uummm, itu… tadi aku nggak enak badan.” Milly berbohong. Dia tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya, bahwa dia bertemu dengan Lolita dan Kirana lalu shock, kemudian dia diant
Bab 27 – Pendekatan AndreMilly jadi merasa tak enak, karena sudah mengajak Andre yang tampak keren dan elegant ini ke warung mie ayam sederhana yang letaknya tak jauh dari butik milik Kirana. Ya, bagaimana lagi, Milly benar-benar sedang mengidamkan mie ayam tersebut. Karena itulah, persetan jika Andre memilih pergi dari tempat ini, Milly malah suka membayangkannya, karena itu tandanya, dia bisa makan sebanyak mungkin tanpa malu atau canggung.Nyatanya, Andre memilih menemani Milly. Hingga Milly yang tadinya mau pesan dua porsi sekaligus, kini harus menahan diri dan memesan satu porsi saja.“Kamu suka makan di sini ya?” tanya Andre sembari mengamati wajah Milly.“Iya. Mienya enak, dan juga sesuai sama kantong aku,” jawab Milly dengan jujur.Andre tersenyum lembut. “Bagi aku, mienya juga enak kok.” Andre setuju dengan pendapat Milly.Milly sendiri tampak malu-malu. Mungk
Bab 28 – Dinner ManisMilly masih merasa tak nyaman. Pasalnya, Boy mengajaknya dinner di sebuah restaurant yang cukup mewah. Pria itu mungkin tak akan merasakan apa yang kini sedang dirasakan Milly. Karena Boy kini meski sepulang kerja, pria itu masih berpenampilan keren dan modis seperti biasanya. Sedangkan Milly?Ayolah… Milly lebih dari sederhana. Dia merasa tidak pantas. Seharusnya, dia mengenakan pakaian resmi atau gaun saat makan di tempat seperti ini. Barulah, Milly merasa pants.Dua orang pelayan melayani mereka berdua, membuat Milly merasa semakin tak nyaman dibuatnya. Astaga… kenapa selera Boy setinggi ini?“Ada yang kamu mau?” tanya Boy saat melihat Milly hanya diam mengamati hidangan makan malam di hadapan mereka setelah ditinggalkan oleh dua pelayan yang melayani mereka tadi. Milly tak segera mengambil makanan di hadapannya, Milly hanya tampak mengamatinya saja.“Uumm
Bab 29 – Rencana BoyLumatan yang diberikan Boy semakin intens, cumbuannya begitu memabukkan hingga kini membuat Milly mengalungkan lengannya dengan spontan pada leher Boy, seolah-olah tak ingin Boy meninggalkan bibirnya.Keduanya mulai dimabuk oleh gairah. Milly bahkan sudah sesekali mengerang diantara cumbuannya, sedangkan Boy pun demikian. Boy merasakan pangkal pahanya sudah mulai mengetat dan ingin segera dilepaskan. Pada akhirnya, Boy melepaskan tautan bibirnya pada Milly. Dia tak sanggup lagi untuk menahan gairahnya lebih lama lagi. Akhirnya, Boy bangkit, dia melucuti pakaiannya sendiri hingga kini dirinya sudah polos tanpa busana.Boy lalu menuju pada tubuh Milly, membantu Milly melucuti pakaiannya sendiri hingga kini Millypun sama, sudah polos tanpa busana.Boy mengamati tubuh mungil Milly yang tampak lebih brisi dari sebelumnya. Perut hamil istrinya itu semakin tampak, membuat Boy tak kuasa menahan diri mendar
EPILOGBoy keluar dari kamar Milly, dan dia sudah mendapati makanan yang tertata di meja makan keluarga Milly. Memang, semalam Boy dan Milly menginap di rumah keluarga Milly, karena Boylah yang meminta. Milly tidak thu apa rencana Boy, bahkan saat Boy meminta ayah dan ibunya izin untuk tidak masuk kerja hari ini.“Kamu sudah siap? Ayo kita sarapan.” Ajak Milly sembari menyiapkan tempat duduk Boy.Boy akhirnya duduk di sana. Tepat di sebuah kursi di sebelah kursi Milly. Sedangkan kedua orang tuma Milly duduk berhadapan dengan mereka.“Ibu sama Bapak beneran sudah izin nggak masuk kerja, kan?” tanya Boy setelah dia duduk.“Iya, kan kamu yang minta semalam. Jadi ayah sama ibu enggak masuk kerja hari ini, memangnya ada apa, sih?” tanya Milly sembari mengambilkan Boy menu sarapan di piringnya.“Rahasia. Kita akan berangkat bersama setelah sarapan.”“Dih&he
Bab 35 – Akhir BahagiaSetelah urusannya dengan Kirana selesai, Boy tak mengajak Milly kembali pulang. Dia malah membawa Milly menuju ke studio fotonya, tempat dimana dirinya bekerja. Milly menatap Boy seketika saat mobil suaminya itu sudah terparkir di sana.“Boy, kenapa kita ke sini?”“Kenapa? Kamu memangnya mikirnya kita ngapain ke sini?”“Aku nggak tahu apa rncana kamu.”“Aku nggak punya rencana apapun. Lagian memangnya salah ya? Kalau aku ngajak istriku ke tempat kerjaku?” tanya Boy kemudian.“Ya… nggak salah, sih…”“Tapi?” tanya Boy saat dia tahu bahwa Milly belum menyelesaikan kalimatnya.“Boy, di sini kan banyak model papan atas yang dulunya kenal aku. Para pegawai kamu juga kebanyakan kenal aku, dan tahuya aku ini adalah mantan asisten Clara. Apa… kamu nggak malu?” tanya Milly de
Bab 34 - Pengakuan“Boy? Kenapa kamu ngomong gitu?” tanya Milly kemudian. “Apa kamu mau tinggalin aku?”“Enggak!” Boy menjawab cepat. “Aku berkata begitu karena yang kulihat, kamu tak cukup bahagia denganku.”“Tidak ada hal yang lebih membahagiakan selain bisa hidup bersama dengan orang yang kita cintai. Aku bahagia bisa hidup denganmu meski tanpa cinta yang tak akan mungkin bisa kugapai.”“Kata siapa kamu tidak bisa menggapainya?” tanya Boy dengan cepat.Milly menunduk dengan ekspresi sedihnya. “Aku tahu, Boy. Selera kamu cukup tinggi. Mantan kekasih kamu biasanya adalah model, dan juga bukan orang biasa seperti aku. Mencintai kamu seperti pungguk yang merindukan bulan. Kamu terlalu jauh aku gapai, karena itulah, meski aku cinta kamu, aku tidak akan pernah berharap lebih agar kamu membalas cintaku.”“Dasar p
Bab 33 – Mencurahkan rasaMilly sudah selesai makan. Dia sudah menghabiskan satu mangkuk mie instan dengan Boy yang setia mengamatinya. Sebenarnya, Milly malu. Tapi, mau bagaimana lagi. Tak mungkin Milly memutuskan untuk pindah tempat.Boy sendiri masih duduk dengan tenang sembari melipat lengannya di atas meja. Matanya seolah-olah tak ingin meninggalkan Milly, membuat Milly salah tingkah dibuatnya.Milly meminum jus jeruk yang sudah dia siapkan di sebelah piringnya, kemudian dia bangkit dan akan membereskan sisa makanannya.“Aku beresin ini dulu ya,” ucap Milly pada Boy sebelum dia pergi meninggalkan Boy menuju ke arah dapur.Boy mengamatinya saja. Dengan spontan Boy bangkit, kemudian kakinya melngkah menuju ke arah Mily. Boy berdiri tepat di sebelah Milly, menyandarkan tubuhnya di sana sebelum dia berkata. “Maaf karena sudah meninggalkanmu semalam.”Milly sempat menghentikan perg
Bab 32 – Rasa cemburuSetelah mendapatkan pencerahan dari ibunya, Boy lantas segera bangkit, lalu mandi dan mengganti pakaiannya. Ketika Boy akan pergi meninggalkan kamarnya, dia teringat dengan sesuatu. Diamatinya kamarnya, kemudian Boy melakukan tindakan yang seharusnya dia lakukan sejak lama.Boy mulai mengumpulkan foto-foto Clara yang masih ada di sana, dan dia berencan untuk menyingkirkannya. Ya, tiba-tiba saja dia sadar, bahwa apa yang dia lakukan selama ini pasti menyakiti Milly. Boy jelas-jelas tahu bahwa Milly sudah lama menyukainya. Namun Milly malah mendapatkan perlakukan seperti ini darinya.Boy kemudian merogoh ponselnya, dia bersiap untuk menghubungi Milly, namunrupanya ponsel perempuan itu tidak aktif. Akhirnya, Boy menghubungi ponsel ibu Milly, karena entah kenapa Boy yakin bahwa Milly kini sudah pulang ke rumah ibunya.“Nak Bobby? Ada apa ya? Kok pagi-pagi telepon?”“I
Bab 31 – BertengkarMilly tidak tahu, apa yang terjadi dengan Boy. Sepanjang hari ini, Boy memang tampak berbeda. Kemudian tadi, saat makan malam tiba, Boy seolah-olah ingin menunjukkan pada Andre bahwa Milly adalah istri yang begitu dipuja oleh Boy. Milly tidak tahu apa yang direncanakan Boy. Dan kini lihat, ketika Milly masih sibuk mencuci piring, Boy memeluk tubuhnya erat-erat seolah-olah tak ingin Milly pergi meninggalkannya.Apa yang terjadi dengan Boy? Apa yang sedang direncanakan pria ini? Ketika Milly masih bertanya-tanya dalam hati, dia mendengar Boy membuka suaranya.“Apa kamu bahagia hidup denganku seperti ini?”Pertanyaan Boy tersebut terdengar tak biasa di telinga Milly. Boy tak pernah mempertanyakan hal-hal seperti itu sebelumnya. Boy biasanya tidak peduli dengan hal-hal pribadi yang dirasakan oleh Milly. Namun, kenapa sekarang Boy berubah? Apa yang kini sedang dipikirkan oleh Boy?&ldq
Bab 30 – Tidak SiapMakan malam terjadi dengan suasana yang kurang nyaman. Setelah tadi, Boy mengenalkan Milly dan Andre dengan cara yang tak biasa, hal tersebut membuat suasana menjadi sedikit canggung dan hening.Andre tahu bahwa Boy tahu tentang perasaannya dengan Milly. Karena itulah, Andre tak tahu harus bersikap seperti apa saat ini. Sedangkan Milly hanya bisa diam. Milly juga bingung harus bersikap seperti apa. Diantaranya semuanya, hanya Boy lah yang bersikap sangat santai seolah-olah tak terjadi apapun diantara mereka.“Oh iya, gue ada wine, lo mau? Gue ambilin dulu ya,” ucap Boy sembari bangkit dari duduknya dan menuju ke area bar dapurnya.Boy sengaja meninggalkan Andre hanya berdua dengan Milly, karena dia ingin tahu bagaimana reaksi temannya itu.Andre sendiri tampak menatap tajam ke arah Milly, sebelum dia bertanya “Jadi Boy suami kamu?” tanya Andre pada Mily.Milly m
Bab 29 – Rencana BoyLumatan yang diberikan Boy semakin intens, cumbuannya begitu memabukkan hingga kini membuat Milly mengalungkan lengannya dengan spontan pada leher Boy, seolah-olah tak ingin Boy meninggalkan bibirnya.Keduanya mulai dimabuk oleh gairah. Milly bahkan sudah sesekali mengerang diantara cumbuannya, sedangkan Boy pun demikian. Boy merasakan pangkal pahanya sudah mulai mengetat dan ingin segera dilepaskan. Pada akhirnya, Boy melepaskan tautan bibirnya pada Milly. Dia tak sanggup lagi untuk menahan gairahnya lebih lama lagi. Akhirnya, Boy bangkit, dia melucuti pakaiannya sendiri hingga kini dirinya sudah polos tanpa busana.Boy lalu menuju pada tubuh Milly, membantu Milly melucuti pakaiannya sendiri hingga kini Millypun sama, sudah polos tanpa busana.Boy mengamati tubuh mungil Milly yang tampak lebih brisi dari sebelumnya. Perut hamil istrinya itu semakin tampak, membuat Boy tak kuasa menahan diri mendar
Bab 28 – Dinner ManisMilly masih merasa tak nyaman. Pasalnya, Boy mengajaknya dinner di sebuah restaurant yang cukup mewah. Pria itu mungkin tak akan merasakan apa yang kini sedang dirasakan Milly. Karena Boy kini meski sepulang kerja, pria itu masih berpenampilan keren dan modis seperti biasanya. Sedangkan Milly?Ayolah… Milly lebih dari sederhana. Dia merasa tidak pantas. Seharusnya, dia mengenakan pakaian resmi atau gaun saat makan di tempat seperti ini. Barulah, Milly merasa pants.Dua orang pelayan melayani mereka berdua, membuat Milly merasa semakin tak nyaman dibuatnya. Astaga… kenapa selera Boy setinggi ini?“Ada yang kamu mau?” tanya Boy saat melihat Milly hanya diam mengamati hidangan makan malam di hadapan mereka setelah ditinggalkan oleh dua pelayan yang melayani mereka tadi. Milly tak segera mengambil makanan di hadapannya, Milly hanya tampak mengamatinya saja.“Uumm