Bab 29 – Rencana Boy
Lumatan yang diberikan Boy semakin intens, cumbuannya begitu memabukkan hingga kini membuat Milly mengalungkan lengannya dengan spontan pada leher Boy, seolah-olah tak ingin Boy meninggalkan bibirnya.
Keduanya mulai dimabuk oleh gairah. Milly bahkan sudah sesekali mengerang diantara cumbuannya, sedangkan Boy pun demikian. Boy merasakan pangkal pahanya sudah mulai mengetat dan ingin segera dilepaskan. Pada akhirnya, Boy melepaskan tautan bibirnya pada Milly. Dia tak sanggup lagi untuk menahan gairahnya lebih lama lagi. Akhirnya, Boy bangkit, dia melucuti pakaiannya sendiri hingga kini dirinya sudah polos tanpa busana.
Boy lalu menuju pada tubuh Milly, membantu Milly melucuti pakaiannya sendiri hingga kini Millypun sama, sudah polos tanpa busana.
Boy mengamati tubuh mungil Milly yang tampak lebih brisi dari sebelumnya. Perut hamil istrinya itu semakin tampak, membuat Boy tak kuasa menahan diri mendar
Bab 30 – Tidak SiapMakan malam terjadi dengan suasana yang kurang nyaman. Setelah tadi, Boy mengenalkan Milly dan Andre dengan cara yang tak biasa, hal tersebut membuat suasana menjadi sedikit canggung dan hening.Andre tahu bahwa Boy tahu tentang perasaannya dengan Milly. Karena itulah, Andre tak tahu harus bersikap seperti apa saat ini. Sedangkan Milly hanya bisa diam. Milly juga bingung harus bersikap seperti apa. Diantaranya semuanya, hanya Boy lah yang bersikap sangat santai seolah-olah tak terjadi apapun diantara mereka.“Oh iya, gue ada wine, lo mau? Gue ambilin dulu ya,” ucap Boy sembari bangkit dari duduknya dan menuju ke area bar dapurnya.Boy sengaja meninggalkan Andre hanya berdua dengan Milly, karena dia ingin tahu bagaimana reaksi temannya itu.Andre sendiri tampak menatap tajam ke arah Milly, sebelum dia bertanya “Jadi Boy suami kamu?” tanya Andre pada Mily.Milly m
Bab 31 – BertengkarMilly tidak tahu, apa yang terjadi dengan Boy. Sepanjang hari ini, Boy memang tampak berbeda. Kemudian tadi, saat makan malam tiba, Boy seolah-olah ingin menunjukkan pada Andre bahwa Milly adalah istri yang begitu dipuja oleh Boy. Milly tidak tahu apa yang direncanakan Boy. Dan kini lihat, ketika Milly masih sibuk mencuci piring, Boy memeluk tubuhnya erat-erat seolah-olah tak ingin Milly pergi meninggalkannya.Apa yang terjadi dengan Boy? Apa yang sedang direncanakan pria ini? Ketika Milly masih bertanya-tanya dalam hati, dia mendengar Boy membuka suaranya.“Apa kamu bahagia hidup denganku seperti ini?”Pertanyaan Boy tersebut terdengar tak biasa di telinga Milly. Boy tak pernah mempertanyakan hal-hal seperti itu sebelumnya. Boy biasanya tidak peduli dengan hal-hal pribadi yang dirasakan oleh Milly. Namun, kenapa sekarang Boy berubah? Apa yang kini sedang dipikirkan oleh Boy?&ldq
Bab 32 – Rasa cemburuSetelah mendapatkan pencerahan dari ibunya, Boy lantas segera bangkit, lalu mandi dan mengganti pakaiannya. Ketika Boy akan pergi meninggalkan kamarnya, dia teringat dengan sesuatu. Diamatinya kamarnya, kemudian Boy melakukan tindakan yang seharusnya dia lakukan sejak lama.Boy mulai mengumpulkan foto-foto Clara yang masih ada di sana, dan dia berencan untuk menyingkirkannya. Ya, tiba-tiba saja dia sadar, bahwa apa yang dia lakukan selama ini pasti menyakiti Milly. Boy jelas-jelas tahu bahwa Milly sudah lama menyukainya. Namun Milly malah mendapatkan perlakukan seperti ini darinya.Boy kemudian merogoh ponselnya, dia bersiap untuk menghubungi Milly, namunrupanya ponsel perempuan itu tidak aktif. Akhirnya, Boy menghubungi ponsel ibu Milly, karena entah kenapa Boy yakin bahwa Milly kini sudah pulang ke rumah ibunya.“Nak Bobby? Ada apa ya? Kok pagi-pagi telepon?”“I
Bab 33 – Mencurahkan rasaMilly sudah selesai makan. Dia sudah menghabiskan satu mangkuk mie instan dengan Boy yang setia mengamatinya. Sebenarnya, Milly malu. Tapi, mau bagaimana lagi. Tak mungkin Milly memutuskan untuk pindah tempat.Boy sendiri masih duduk dengan tenang sembari melipat lengannya di atas meja. Matanya seolah-olah tak ingin meninggalkan Milly, membuat Milly salah tingkah dibuatnya.Milly meminum jus jeruk yang sudah dia siapkan di sebelah piringnya, kemudian dia bangkit dan akan membereskan sisa makanannya.“Aku beresin ini dulu ya,” ucap Milly pada Boy sebelum dia pergi meninggalkan Boy menuju ke arah dapur.Boy mengamatinya saja. Dengan spontan Boy bangkit, kemudian kakinya melngkah menuju ke arah Mily. Boy berdiri tepat di sebelah Milly, menyandarkan tubuhnya di sana sebelum dia berkata. “Maaf karena sudah meninggalkanmu semalam.”Milly sempat menghentikan perg
Bab 34 - Pengakuan“Boy? Kenapa kamu ngomong gitu?” tanya Milly kemudian. “Apa kamu mau tinggalin aku?”“Enggak!” Boy menjawab cepat. “Aku berkata begitu karena yang kulihat, kamu tak cukup bahagia denganku.”“Tidak ada hal yang lebih membahagiakan selain bisa hidup bersama dengan orang yang kita cintai. Aku bahagia bisa hidup denganmu meski tanpa cinta yang tak akan mungkin bisa kugapai.”“Kata siapa kamu tidak bisa menggapainya?” tanya Boy dengan cepat.Milly menunduk dengan ekspresi sedihnya. “Aku tahu, Boy. Selera kamu cukup tinggi. Mantan kekasih kamu biasanya adalah model, dan juga bukan orang biasa seperti aku. Mencintai kamu seperti pungguk yang merindukan bulan. Kamu terlalu jauh aku gapai, karena itulah, meski aku cinta kamu, aku tidak akan pernah berharap lebih agar kamu membalas cintaku.”“Dasar p
Bab 35 – Akhir BahagiaSetelah urusannya dengan Kirana selesai, Boy tak mengajak Milly kembali pulang. Dia malah membawa Milly menuju ke studio fotonya, tempat dimana dirinya bekerja. Milly menatap Boy seketika saat mobil suaminya itu sudah terparkir di sana.“Boy, kenapa kita ke sini?”“Kenapa? Kamu memangnya mikirnya kita ngapain ke sini?”“Aku nggak tahu apa rncana kamu.”“Aku nggak punya rencana apapun. Lagian memangnya salah ya? Kalau aku ngajak istriku ke tempat kerjaku?” tanya Boy kemudian.“Ya… nggak salah, sih…”“Tapi?” tanya Boy saat dia tahu bahwa Milly belum menyelesaikan kalimatnya.“Boy, di sini kan banyak model papan atas yang dulunya kenal aku. Para pegawai kamu juga kebanyakan kenal aku, dan tahuya aku ini adalah mantan asisten Clara. Apa… kamu nggak malu?” tanya Milly de
EPILOGBoy keluar dari kamar Milly, dan dia sudah mendapati makanan yang tertata di meja makan keluarga Milly. Memang, semalam Boy dan Milly menginap di rumah keluarga Milly, karena Boylah yang meminta. Milly tidak thu apa rencana Boy, bahkan saat Boy meminta ayah dan ibunya izin untuk tidak masuk kerja hari ini.“Kamu sudah siap? Ayo kita sarapan.” Ajak Milly sembari menyiapkan tempat duduk Boy.Boy akhirnya duduk di sana. Tepat di sebuah kursi di sebelah kursi Milly. Sedangkan kedua orang tuma Milly duduk berhadapan dengan mereka.“Ibu sama Bapak beneran sudah izin nggak masuk kerja, kan?” tanya Boy setelah dia duduk.“Iya, kan kamu yang minta semalam. Jadi ayah sama ibu enggak masuk kerja hari ini, memangnya ada apa, sih?” tanya Milly sembari mengambilkan Boy menu sarapan di piringnya.“Rahasia. Kita akan berangkat bersama setelah sarapan.”“Dih&he
Milly mengamati segala penjuru ruangan. Itu adalah Apartmen baru milik Boy, pria yang baru saja memperistrinya. Sebenarnya, Milly sudah pernah ke apartmen lama Boy, namun, apartmen yang akan dia tinggali ini rupanya apartmen baru yang telah disiapkan oleh Boy untuknya.Ya, tentu saja. Boy bisa dengan mudah membeli apapun yang diinginkan oleh pria itu. Boy merupakan anak dari pengusaha kaya raya, ditambah lagi, karirnya menjadi seorang fotografer ternama membuat kekayaan pria itu tak diragukan lagi. Milly tahu, jangankan unit apartmen ini, gedung apartmen ini pun Boy bisa membelinya.Milly tahu bahwa Boy memang kaya, tapi dia baru tahu kemarin, ketika dirinya menginjakkan kaki di rumah orang tua Boy dan menyaksikan bahwa Boy ternyata adalah putra salah satu konglongmerat ternama di negeri ini.“Masuklah, dan bawa barang-barangmu ke sana. Kamarmu di sana,” ucap Boy sembari menunjukkan sebuah pintu yang ada di sebelah kanannya. Dengan santai, pria itu b