Beranda / Romansa / Jatuh Terlalu Jauh / Bab 31 - Bab 40

Semua Bab Jatuh Terlalu Jauh: Bab 31 - Bab 40

72 Bab

Mendapatkan Kembali Pekerjaan

Seolah dia tahu kalau aku akan datang. Aku sudah memutuskan akan langsung pergi ke ruang makan dan mencari Jery. Aku rasa Jery tahu di mana aku harus menemukan Raka. Tetapi raka sudah menungguku di pintu saat aku membuka pintu masuk kantor belakang klub."Dan dia kembali. Sejujurnya aku pikir kau sudah tidak akan kembali lagi." Kata Raka saat pintu tertutup di belakangku."Mungkin hanya sebentar." Jawabku.Raka berkedip padaku dan menganggukkan kepalanya menuju ruangan yang mengarah ke kantornya. "Ayo kita bicara.""Oke." Kataku sambil mengikutinya."Beti sudah menelponku dua kali hari ini. Dia ingin tahu apakah aku sudah ebertemu denganmu. Memastikan kau mendapat pekerjaanmu kembali." Kata Rasa sambil membuka pintu kantornya dan menahannya supaya aku bisa masuk ke dalam. "Tapi yang tidak kusangka adalah telepon yang baru saja ku terima sekita sepuluh menit yang lalu. Itu mengejutkanku. Dari caramu melarikan diri dari sini tiga minguu lalu dan meni
Baca selengkapnya

Mendapatkan Kembali Pekerjaan

Seolah dia tahu kalau aku akan datang. Aku sudah memutuskan akan langsung pergi ke ruang makan dan mencari Jery. Aku rasa Jery tahu di mana aku harus menemukan Raka. Tetapi raka sudah menungguku di pintu saat aku membuka pintu masuk kantor belakang klub."Dan dia kembali. Sejujurnya aku pikir kau sudah tidak akan kembali lagi." Kata Raka saat pintu tertutup di belakangku."Mungkin hanya sebentar." Jawabku.Raka berkedip padaku dan menganggukkan kepalanya menuju ruangan yang mengarah ke kantornya. "Ayo kita bicara.""Oke." Kataku sambil mengikutinya."Beti sudah menelponku dua kali hari ini. Dia ingin tahu apakah aku sudah ebertemu denganmu. Memastikan kau mendapat pekerjaanmu kembali." Kata Rasa sambil membuka pintu kantornya dan menahannya supaya aku bisa masuk ke dalam. "Tapi yang tidak kusangka adalah telepon yang baru saja ku terima sekita sepuluh menit yang lalu. Itu mengejutkanku. Dari caramu melarikan diri dari sini tiga minguu lalu dan meni
Baca selengkapnya

Mendapatkan Kembali Pekerjaan

Seolah dia tahu kalau aku akan datang. Aku sudah memutuskan akan langsung pergi ke ruang makan dan mencari Jery. Aku rasa Jery tahu di mana aku harus menemukan Raka. Tetapi raka sudah menungguku di pintu saat aku membuka pintu masuk kantor belakang klub."Dan dia kembali. Sejujurnya aku pikir kau sudah tidak akan kembali lagi." Kata Raka saat pintu tertutup di belakangku."Mungkin hanya sebentar." Jawabku.Raka berkedip padaku dan menganggukkan kepalanya menuju ruangan yang mengarah ke kantornya. "Ayo kita bicara.""Oke." Kataku sambil mengikutinya."Beti sudah menelponku dua kali hari ini. Dia ingin tahu apakah aku sudah ebertemu denganmu. Memastikan kau mendapat pekerjaanmu kembali." Kata Rasa sambil membuka pintu kantornya dan menahannya supaya aku bisa masuk ke dalam. "Tapi yang tidak kusangka adalah telepon yang baru saja ku terima sekita sepuluh menit yang lalu. Itu mengejutkanku. Dari caramu melarikan diri dari sini tiga minguu lalu dan meni
Baca selengkapnya

Tawaranku

Aku membutuhkan barang-barangku dan aku harus menjual trukku. Truk itu tidak bisa berjalan jauh lagi. Bobi sudah memeriksanya untukku minggu lalu setelah tahu kalau truk itu sudah rusak dan dia mengatakan kalau dia bisa memperbaikinya. Namun biaya untuk memperbaiki segala kerusakannya akan menghabiskan lebih banyak dari yang bisa aku keluarkan. Jika aku menelepon dan bertanya kepada oma atau Bobi untuk mengirim barang-barangku dan menjual trukku sepertinya tidak benar. Mereka layak mendapat penjelasan atau setidaknya oma harus mendapat penjelasan. Dia memberikanku tempat tinggal, dan memberiku makan selama tiga minggu. Aku sudah harus kembali ke sana untuk mengambil sendiri barang-barangku dan mengucapkan selamat tinggal pada oma. Raka sudah memberiku beberapa hari untuk menyelesaikan semua urusanku sebelum aku mulai kembali bekerja.Beti sudah meminta izin kemarin untuk membawaku mengajukan pemeriksaan untuk kandungan. Sudah waktunya aku untuk memeriksakan diri ke dokter, ta
Baca selengkapnya

Berpisah Dengan Teman Lama

Aku berjalan keluar dari apartemen Beti sambil membawa dua gelas kopi. Aku membuat teh untuk diriku sendiri dan satunya lagi kopi untuk Rudy. Aku masih berpikir kafein tidak bagus untuk si bayi. Aku melihat Rudy berjalan keluar dari sisi pengemudi mobilnya. Dia memakai celana jeans hitam dan kaos biru dengan jaket kulit dan kacamata hitam. Dia terlihat seperti seorang rockstar."Aku membawakanmu kopi karena kau sudah bangun pagi-pagi untukku. Aku tahu kalau bangun cepat bukanlah kebiasaanmu." Kataku tidak yakin dengan apa yang kukatakan setelah aku mendapatinya sedang sibuk melihat kakiku."Terima kasih." Jawabnya sambil tersenyum dan menerima gelas kopi yang kusodorkan.Aku cemas dan tidak bisa tidur sampai pagi. Berada dekat dengannya tanpa melewati kecanggungan sepertinya sangat tidak mungkin. Aku harap aku bisa naik bus. Rudy membukakan pintu mobil untukku agar aku bisa masuk. Aku tersenyum singkat yang dia balas dengan senyuman lebar sebelum menutup pintu d
Baca selengkapnya

Kembali Bekerja

Hari pertama kembali bekerja dan Raka menugaskan aku di ruang makan. Untuk shift sarapan dan makan siang. Tidak baik. Aku berdiri di luar dapur secara mental mempersiapkan diri untuk tidak berpikir tentang bau masakan. Bangun pagi disertai mual, aku memaksakan diriku untuk makan dua biskuit asin dan minum teh jahe , hanya itu yang bisa masuk ke perutku.Saat aku berjalan memasuki dapur, bau masakan masuk ke hidungku. Telur goreng… Oh Tuhan…“Kau tahu rasanya menyenangkan kalau kau sebenarnya disuruh bekerja disana,” kata Jery dari belakangku. Aku berbalik, terkejut dari konflik di batinku dan melihat dia tersenyum geli kepadaku. “Para juru masak tidak begitu buruk. Kau akan bisa mengatasi teriakannya dalam waktu yang singkat. Selain itu, terakhir kali kau membuat mereka akan melakukan apapun yang kau minta.”Aku memaksakan diri untuk tersenyum. “Kau benar. Aku bisa melakukan ini. Kurasa, aku hanya belum siap pada orang
Baca selengkapnya

Apartemen Baru

Beti mengulurkan tangannya dan meremas tanganku. Dia berada di sampingku ketika aku duduk menunggu di dalam ruang dokter. Aku kencing di wadah kecil dan sekarang kami menunggu untuk mendengar hasilnya. Jantungku berdetak dengan kencang. Ada kemungkinan tapi sangat tipis kalau aku mungkin tidak hamil. Aku sudah mencari tahu mengenai hal itu semalam. Tes kehamilan yang beli di apotik dan di tes di rumah bisa saja salah dan bisa saja aku hanya merasa sakit karena di benakku berpikir aku hamil.Pintu terbuka dan seorang perawat masuk ke dalam. Dia tersenyum saat melirik dari Beti lalu ke arahku. “Selamat. Hasilnya positif. Anda hamil.”Beti meremas erat tanganku. Aku sudah tahu ini jauh di lubuk hatiku tetapi mendengar perawat mengatakannya membuat hal itu menjadi lebih nyata. Aku tidak akan menangis. Bayiku tidak perlu tahu kalau aku menangis ketika aku tahu aku hamil. Aku menginginkan dia baik laki-laki atau perempuan yang akan selalu merasa di cintai. Ini bu
Baca selengkapnya

Kebenaran Yang Terbongkar

Ini adalah hari kedua dimana aku bangun tanpa merasa sakit. Aku bahkan meminta Beti memasak telur goreng dan sosis untuk mengujiku sebelum aku pergi untuk shift makan siang. Kupikir jika aku bisa bertahan dengan bau dari telur goreng maka aku dapat melakukan ini. Perutku berputar dan aku merasa mual tetapi aku tidak muntah. Aku merasa lebih baik.Aku menelepon Raka dan meyakinkan dia bahwa aku akan baik-baik saja. Dia mengatakan padaku untuk datang karena kami kekurangan staff dan dia membutuhkanku. Jery berdiri di dapur tersenyum lebar ketika aku berjalan masuk tiga puluh menit sebelum shift makan siang.“Ini dia gadisku. Senang virus di perutmu telah pergi. Kau terlihat seperti kehilangan berat sepuluh kilogram. Berapa lama kau sakit?”Raka telah mengatakan pada Jery dan siapapun yang bertanya bahwa aku sedang sakit karena virus dan aku sedang dalam masa penyembuhan. Aku hanya bekerja dua shift selama penyajian dan aku tidak pernah pergi ke dapur s
Baca selengkapnya

Kesempatan Kedua

Aku masih berlari. Menuju ke apartemen. Aku memilih untuk kembali dan bersembunyi di sana.“Aileen, berhenti. Tunggu,” Rudy berteriak di belakangku, suaranya cukup dekat denganku. Aku memperlambat kakiku dan akhirnya berhenti saat tangannya yang besar berhasil menangkapku.“Aku minta maaf,” kataku sambil terisak dengan wajahnya di tanganku. Aku tidak lagi bisa mengontrol diriku. “Untuk apa kau minta maaf?” tanyanya.Dia menutup jarak di antara kami dan aku membiarkan dia menarik diriku padanya.“Ini. Segalanya. Kehamilanku,” bisikku, kaku di lengannya.Aku minta maaf padanya. Aku merasa sangat buruk karena telah berbohong padanya.“Kau tidak punya kesalahanapapun untuk dimaafkan. Jangan pernah meminta maaf padaku lagi. Apa kau mendengarku?”“Tetapi aku tidak memberitahukannya padamu.""Aku berharap kau melakukannya. Aku tidak seharusnya
Baca selengkapnya

Kesempatan Kedua (2)

Aku tidak membutuhkan lebih dari ranjang full size. Namun, Rudy menolak membeli kurang dari ranjang berukuran king, dua meja kecil di setiap sisi tempat tidur dan satu lemari yang serasi dengan sebuah cermin yang cantik. Aku membuat kesalahan dengan terlalu lama memandangi pada sehelai selimut berwarna lavender dan peach yang serasi. Sebelum aku tahu apa yang terjadi dia telah membeli seluruh perlengkapan alas tidur lengkap dengan sprei dan bantal baru. Aku mendebatnya sepanjang waktu tapi dia bersikap seakan-akan aku sedang tidak berbicara. Dia hanya berkedip padaku dan terus saja menempatkan pesanannya dan memberikan pengarahan kepada sang salesman.Sekembalinya kami dari makan malam, yang mana dia bersikeras untuk memberiku makan, semua furniturnya telah diantarkan. Beti berdiri di pintu ketika kami naik. Dia menyukai ini.“Terima kasih telah memperbolehkanku melakukan semuanya hari ini. Aku membutuhkannya. Kau mungkin tidak me
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
DMCA.com Protection Status