Home / Romansa / Metamorfosa Kupu-Kupu Malam / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Metamorfosa Kupu-Kupu Malam: Chapter 51 - Chapter 60

66 Chapters

Part 51 Akting Yang Luar Biasa

Lena keluar dari ruangan dengan langkah gontai. Sepasang mata tua Mama Reta yang tampak berkaca-kaca membuatnya bimbang untuk mempertahankan keputusan. Ada nyeri sekaligus sesak di dalam sana yang tak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Apakah salahnya kalau dia sulit memiliki keturunan? Bukankah itu diluar kemampuannya sebagai hamba? "Assalamualaikum, gimana kabarnya?" sapaan dari Melody seolah tak memiliki pengaruh apa-apa pada Lena. Perempuan itu sengaja menulikan telinganya seolah indra pendengarannya tak lagi memantulkan bunyi dengan sempurna. Lena tetap berjalan seraya menatap lurus ke depan, menganggap kehadiran Melody hanyalah sebatas angin yang ingin dia hempaskan begitu saja. Lena memasuki kamar dengan perasaan yang sulit digambarkan. Seolah dunia dengan sengaja menghakiminya, membiarkan hatinya dalam keadaan terlunta-lunta dan tak ada yang mampu menenangkannya. Sementar
Read more

Part 52. Keputusan Berat

Khair melepaskan pegangan tangan Lena dan menatap perempuan itu lekat. "Kamu bicara apa, Sayang?" tanyanya lembut seolah ingin menghapus jarak yang sempat dia ciptakan di hati Lena. Lena tak bicara lagi, perempuan itu menarik pergelangan tangan Khair dan mengajaknya masuk ke dalam kamar. Lalu, perempuan itu memutar anak kunci pintu dari dalam. "Ada apa ini, Lena?" tanya Khair saat melihat perempuan itu berjalan maju dan melepaskan tautan tangan mereka. "Apa Mama memaksamu melakukan sesuatu?" tanyanya.  "Menikahlah dengan Melody, Mas! Aku merestui hubungan kalian!" ungkap Lena akhirnya. "Kamu mengatakan ini atas perintah Mama?" "Tidak, Mas! Ini murni keinginanku untuk membuatmu bahagia." "Kamu ini bicara apa? Tidak akan ada yang terikat janji suci denganku kecuali dirimu," jawab Khair seraya bergerak menghampiri Lena. Lena mendongakka
Read more

Part 53. Hidayah Adalah Bukti Cinta Yang Mahakuasa

Akhirnya hati Lena benar-benar hancur lebur tak menyisakan kepingan. Keinginannya bersambut, sebentar lagi apa yang akan menjadi pengorbanan terbesarnya akan segera dimulai. Sayangnya, ada sesak luar biasa yang seolah menghimpit dadanya, menjalar ke seluruh tubuh hingga menimbulkan lemas tak tertahan.  Sebulir air mata jatuh dari sudut mata berbulu lentik itu, dengan tanpa aba-aba dia gegas menghapusnya. Dan berharap tak ada satu orang pun yang tahu betapa remuknya hati saat ini. "Benarkah? Mama nggak salah dengar?" tanya Mama Reta dengan tatapan terharu, terlihat jelas kalau rasa sakitnya langsung hilang dalam sekejap. Khair hanya bisa mengangguk lemah. Hati lelaki itu sama hancurnya dengan perempuan yang berdiri mematung di sebelah. Melody tersenyum penuh kemenangan saat menatap Lena memundurkan tubuhnya selangkah dengan pandangan kosong. Ya, dia telah menang selangkah dar
Read more

Part 54. Dosa Masa Lalu

"Kamu kapan pulang lagi?" tanya Rehan pada perempuan di seberang sana via sambungan telephone. "Entahlah, sepertinya masih agak lama. Hemm, gimana kabar keluargaku?" tanya Fatimah. Kini mereka sudah kembali menjalin hubungan setelah lama saling berseteru mempertahankan ego. "Memangnya Khair tidak meneleponmu?" Rehan balik bertanya. "Menelepon sih, tapi nggak sesering kamu. Maklum dia kan punya banyak kesibukan, belum lagi waktu sama Mbak Lena," jawab Fathimah. Rehan mengembuskan napas kasar, sepertinya Fathimah masih belum tahu tentang permasalahan keluarganya. Entah Khair sengaja menutupinya atau memang dia belum punya waktu untuk bercerita. "Halo, kamu masih di sana?" tanya Fatimah saat Rehan tak merespon ucapannya.  Rehan tergagap, dengan buru-buru dia berusaha mengembalikan konsentrasi. "Ah, ya, maaf aku kurang fokus!" jawabnya kemudian. 
Read more

Part 55. Diserang

Khair berjalan dengan terburu-buru memasuki rumah Lena yang pintunya tidak ditutup. Sekilas dia menoleh masih ada cangkir kopi yang isinya tinggal ampas di meja yang terletak pada sudut beranda. "Lena ...." Mata Khair langsung melebar saat melihat Lena duduk di ruang tamu dengan hijab berantakan dan kedua bahunya berguncang.  Khair segera menghampiri perempuan itu. "Apa yang terjadi, Lena? Siapa yang menyakitimu?" tanya Khair seraya membuka tangan Lena yang menutupi wajah. Sayangnya, Lena menepis tangan Khair. Seolah dia tak ingin Khair melakukan hal itu.  Namun, Khair masih bisa melihat dengan jelas baru saja ada yang menampar pipi sang istri. Karena bekas kemerah-merahannya masih tersisa. "Ada apa, Sayang?" tanya Khair dan berharap kali ini Lena menjawab pertanyaannya.  Lena tak mengeluarkan sepatah kata pun, tak ada yang ingin dia jelaskan m
Read more

Part 56. Ujian Rumah Tangga

"Mama kenapa nyuruh Mas Khair menikah lagi?" tanya Fatimah via telepon."Karena kakak iparmu mandul," jawab Mama Reta lugas."Itu bukan alasan untuk membuat hubungan mereka bercerai berai, Ma. Maaf, Mas Khair sangat mencintai Mbak Lena begitu juga sebaliknya. Mama juga seorang istri gimana kalau seandainya Mama-lah yang ada di posisi itu. Apa Mama rela dimadu?" tanya Fathimah kesal dengan keputusan ibunya yang selalu ingin menang sendiri. "Itu masalahnya Mama nggak pernah ada di posisi dia. Makanya Mama nggak peduli. Lagipula, ya jelas beda, Mama ini perempuan yang subur dan bisa kasih banyak anak. Dasar papamu aja yang egois," curhat Mama Reta."Tapi tetap aja Mama nggak bisa mengatur rumah tangga mereka." Fathimah menggelengkan kepala mendengar ucapan sang mama yang keras kepala. "Kamu anak kecil nggak usah ikut campur! Makanya cepetan pindah ke sini dan kuliah di Indonesia, jangan kelamaan tinggal sama papamu. Sikapmu jadi terkontami
Read more

Part 57. Partner Kerja Mas Khair

Pada akhirnya segala di dunia ini adalah tentang pilihan, melanjutkan perubahan atau berhenti berjuang. Ibarat kata Lena sudah memantapkan hati untuk merubah dirinya, dan sudah sepatutnya dia belajar istiqomah. Walaupun hati kadang masih sering goyah, semoga itu tak menyurutkan langkah untuk terus berbenah. Sementara angin bertiup semilir menerpa wajah Aida yang duduk di teras rumah bersama perempuan paruh baya yang telah merawatnya sejak kecil. Dia mengembuskan napas berat, lebih berat daripada saat dia mengejar Khair dan sinyalnya tak berbalas. Seharusnya dari awal dia paham posisinya, tetapi mau bagaimana lagi. Semua orang mengatasnamakan cinta tak pernah salah sebagai lantaran memenuhi ambisi. Tak pernah terbayang dalam pikirannya, kalau kini dadanya benar-benar berdenyar saat ingin mereguk asmara bersama Khair. Meski kemungkinan itu sangat kecil. "Tidak
Read more

Part 58. Sebuah Kerelaan

Katanya cinta bisa membuat yang sulit menjadi mudah. Lalu, mengapa kisah cinta Lena begitu menyesakkan? Rasa yang luluh lantak masih terus dia perjuangkan pada malam-malam senyap. Rindu-rindu yang sebentar lagi terbagi masih tetap dia semai. Mengalah bukanlah hal mudah saat dia baru saja mereda dari rasa dahaga bernama kasih sayang. Merelakan adalah hal yang menyakitkan, apalagi merelakan suami yang begitu mencintainya. Tak pernah merasakan kasih sayang seorang ibu saat tubuhnya memerlukan selimut hangat, dan kini mertuanya justru membencinya. Bukankah ini terlalu pedih bagi perempuan yang ingin berubah menjadi lebih baik, perempuan yang pernah terjebak pada dosa kelam dari masa lalu yang hitam. "Sepertinya wajah istrimu tak asing," ucap Azzam sambil melirik Lena yang sedari tadi tak berani menatapnya. "Oh, ya? Mungkin karena aku sering mengajaknya keluar, Ba
Read more

Part 59. Penolakan

 Pagi jatuh lagi di kota ini. Dengan angin bertiup semilir juga sinar mentari yang begitu cerah. Burung-burung berkicau riang, pepohonan melambai dengan santai menandakan begitu luasnya ciptaan Yang Mahakuasa di bumi pertiwi ini. Beberapa hadiah yang telah dibungkus cantik duduk rapi di atas meja. Hari ini akan menjadi awal kisah dan perjuangan Lena yang baru.  "Nak Lena, boleh Abah bertanya sesuatu?" Suara bariton milik Abah Mas'ud terdengar begitu menggelegar di telinga Lena. Tentu saja dia sudah tahu apa yang akan ditanyakan lelaki paruh baya yang dipenuhi wibawa itu. "Silakan, Bah," jawab Lena seraya menunduk sopan. Berhari-hari dia telah menyiapkan diri untuk melakukan acara peminangan ini. Melewati ribuan detik melawan sepinya hati. Lena sangat terluka, tetapi tak akan membiarkan siapa pun melihat luka itu.  "Begini, terus terang
Read more

Part 60. Rasa Sakit

"Kamu harus mengerti Mel, kalau nggak semua yang kamu inginkan bisa kamu dapatkan," tutur Bunda Soraya pada putrinya saat Khair dan keluarganya telah pulang. "Kamu harus menghargai keputusan Abah juga belajar mengerti perasaan istri pertamanya. Bagaimana seandainya suami yang begitu kamu cintai dan mencintaimu akan menikah dengan orang lain?" tanya Bunda Soraya. Melody mengerungkan wajahnya. "Aku tidak peduli apa pun lagi, Bun. Kalau keputusan Abah sudah bulat, aku juga sama. Aku tak akan menikah dengan lelaki mana pun selain Mas Khair," jawab perempuan itu. "Cinta itu bisa datang setelah ikatan kalian halal. Lihatlah Abah dan Bunda, kami dijodohkan tapi cinta itu bersemi justru setelah akad terlaksana," papar Bunda Soraya berharap putrinya mengerti akan keadaan. "Mudah saja karena waktu itu Bunda tak mencintai siapa pun. Sementara aku sudah memiliki Mas Khair dalam hatiku," sahut Melody.&nbs
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status