Home / Romansa / Metamorfosa Kupu-Kupu Malam / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Metamorfosa Kupu-Kupu Malam: Chapter 31 - Chapter 40

66 Chapters

Part 31

Part 31"Mencari saya? Ada apa emangnya?" tanya Melody merasa tidak paham dengan kedatangan pria yang dulu adalah santri ayahnya dan kini sudah menjadi pengajar seperti dirinya.Pria itu terlihat gugup, tatapannya lurus memandang sisa kopi yang baru saja ditenggaknya. "Hmm, sebenarnya saya hanya ingin silaturrahmi saja," ujarnya kemudian."Oh, begitu rupanya. Sebentar saya panggilkan Abah dulu, Kang. Nggak enak kalau bicara berdua kaya gini." Melody berlalu pergi sebelum lawan bicaranya menjawab.Tak berselang lama, Bunda Soraya menghampiri pria tampan dengan tampilan sederhana tersebut.Dia adalah Kang Asep, salah satu santri kepercayaan Abah Mas'ud--Abah dari Melody. Kang Asep berasal dari desa, dia sudah mengabdi di pondok Abah Mas'ud sejak kecil.Dulu saat dia dan Melody masih kanak-kanak mereka sering main bersama. Namun, dia merasa entah mengapa kini Melody sengaja membatasi diri darinya.Melihat kehadiran Bunda Soraya, Kang Ase
Read more

Part 32

Siapa bilang seseorang yang dihinakan akan selamanya menjadi buruk? Kita tidak pernah tahu kejutan apa yang akan Allah SWT hadirkan sebagai bentuk rahmat dan kasih sayangnya diwaktu mendatang.Maka sebisa mungkin cegah lisan kita agar tidak mencela orang lain. Karena bisa jadi suatu hari mereka yang kita anggap hina justru derajatnya lebih tinggi di mata Allah SWT.Khair duduk bersandar di kursi kerjanya. Laptop yang dia gunakan layarnya masih menyala menampilkan bentuk diagram warna-warni. Cangkir berukuran sedang bekas cappuccino masih bertengger manis di meja. Meskipun isinya sudah lenyap tak tersisa."Semoga bisa menjadi istri shalihah juga Mama yang baik untuk putra-putri kita," ujar Khair seraya memandangi pigura kecil yang tidak bermotif, hanya berbingkai warna putih dibagian pinggirnya.Seulas senyum terbit dari bibirnya kala melihat perempuan manis tengah memakai kebaya pengantin berdiri di samping dan memeluknya.Dia adalah Lena, perempua
Read more

Part 33

"Nggak apa-apa, Mbak lagi butuh aja. Lagipula Mas Khair sudah belikan yang baru," ujar Lena yang pasti berdusta."Oh gitu? Ya udah, Mbak kita pulang sekarang aja. Oh, ya ngomong-ngomong tentang rahasia tadi jangan bilang dulu ke siapa-siapa ya, Mbak. Soalnya saya takut Mas Khair marah," pinta Fatimah."Hmm, ya tenang saja. Ayo kita pulang!" Lena berjalan ke luar toko diikuti Fatimah.***Waktu berjalan begitu cepat, tak terasa usia pernikahan Lena dan Khair sudah hampir setengah tahun.Fatimah telah kembali ke luar negeri. Dia sempat menelepon Lena kalau tidak terjadi apa-apa dengan dirinya. Sepertinya perempuan itu tidak hamil, sayangnya kesucian yang terenggut itu juga tak akan pernah kembali. Dia sengaja menghindar dari Rehan untuk menenangkan hatinya. "Sayang, lagi apa?" tanya Khair saat melihat Lena sedang menjerang air, tetapi pandangannya seperti kosong."Sayang?!" panggil Khair lagi, tetapi Lena masih tak kunjung menoleh
Read more

Part 34 Ucapannya Setajam Belati

"Rumah sakit? Kamu lagi sakit, Sayang?" tanya Khair sambil menatap dalam ke arah Lena. "Bukan, Mama mau istrimu itu periksa kandungan. Soalnya kalian sudah lama menikah dan belum ada tanda-tanda kalau dia hamil. Jangan-jangan dia mandul," tebak Mama Reta sambil menyipitkan matanya. Memang benar ketika mata dan hati kita sudah tertutup oleh rasa tidak suka, sebaik apapun perbuatan orang tersebut pada kita tetap saja terlihat buruk. Lisan itu serupa belati yang begitu tajam, hingga saat disengaja maupun tidak melukai hati rasa sakitnya akan sulit disembuhkan. "Astaghfirullah, Ma. Maaf sebelumnya, Khair tidak bermaksud kurang ajar, tapi kami menikah belum ada satu tahun. Tolong jangan seperti ini, Ma. Kasihan Lena dia pasti tertekan," ujar Khair. Dia paham mengapa perempuan itu sampai tanpa sengaja menumpahkan air panas. Terkadang membicarakan perihal anak memang membuat hati wanita
Read more

Part 35 Setangguh Nabi Zakaria

"Enggak, Sayang. Ya Allah makin salah paham deh," sahut Khair sambil menghela napas dalam."Habis Mas Khair bilangnya gitu, gimana nggak bingung coba?" Lena mencebik kesal."Duduk dulu biar tenang." Khair menarik tangan Lena agar perempuan itu mengikuti dirinya."Diceritakan pada saat itu Nabi Zakaria AS dan istrinya sudah berusia lanjut dan belum memiliki keturunan. Sebagai seorang nabi, beliau tentu khawatir siapa yang akan menjadi penerusnya kelak dalam berdakwah ketika dirinya sudah tiada." Khair mulai menjelaskan maksud dari ucapannya agar sang istri tidak terus salah paham."Nabi Zakaria AS pun selalu berdoa kepada Allah SWT agar dikaruniai keturunan sebagaimana dalam kisah Nabi Ibrahim AS yang telah dikaruniai putra dari istri pertamanya yaitu Siti Sarah. Doa yang dipanjatkan Nabi Zakaria AS penuh dengan kesabaran juga kepasrahan. Beliau memohon agar segera diberi keturunan yang shaleh sehingga kelak bisa menggantikannya dalam mengajak kaumnya untu
Read more

Part 36 Diagnosa Dokter

"Kamu kok ngomongnya gitu, sih Zoy?" tanya Lena dengan mata berkaca-kaca."Aduh, salah ngomong lagi gue," gumam Zoya sambil memalingkan wajah. "Emm, maaf ya Len, gue nggak ada maksud apa-apa kok. Udah nggak usah sedih ini udah sampai rumah sakit. Yuk turun, ntar suami lo marah lagi kalau pulang kelamaan."***"Bagaimana hasilnya, Dok? Apa saya bisa memiliki anak dalam waktu cepat?" tanya Lena dengan hati berdebar-debar."Haduh, pertanyaan Lo itu bikin gue pening tahu nggak. Perasaan baru nikah kemarin," timpal Zoya."Udah diam!" sentak Lena.Zoya hanya bisa menelan saliva kasar, ternyata Lena belum sepenuhnya berubah. Dia kadang masih sama arogannya seperti dulu."Maaf sebelumnya, apa Ibu Lena ini dulunya seorang perokok atau suka mengonsumsi minuman yang mengandung alkohol?" tanya Dokter di hadapan Lena yang membuat perasaannya semakin tidak enak."Iya, Dokter," jawabnya begitu lirih."Begini, Bu. Pola hidup kadang juga
Read more

Part 37 Benarkah Dia Wanita Itu?

Terkadang manusia suka lupa kalau Allah SWT akan memberikan sesuatu pada waktu yang tepat. Yaitu saat raga dan batin kita telah siap menerima dan mengemban nikmat tersebut. Jangan pernah berpikir untuk putus asa, sebab pada tempat paling rendah sekalipun kamu masih punya lantai untuk bersujud.***"Dari mana aja kamu? Kelayapan mulu, Mama suruh ke rumah sakit udah berangkat belum?" tanya Mama Reta yang terus mencerocos."Hmm, Lena capek, Ma! Lena istirahat dulu," sahut Lena sambil berjalan menuju kamar. Tubuh yang lemah dan mata yang masih menyimpan sisa-sisa genangan tak mungkin dia bisa meladeni mertuanya itu."Dasar menantu rese! Main pergi aja!" teriak Mama Reta kesal.Lena berusaha menutup telinganya dan tidak mendengarkan ucapan Mama mertuanya yang super menjengkelkan itu.Direbahkannya tubuh ramping itu di kasur dengan posisi telungkup. Lalu, jemari Lena mulai membuka kembali isi surat dari rumah sakit beberapa jam yang lalu.H
Read more

Part 38 Maaf, Saya Tidak Mandul!

"Hmm, nggak. Cuma tadi nggak sengaja lihat di ponsel saja," jawab Azzam dengan kikuk. "Oh, begitu rupanya." "Kapan-kapan boleh saya main ke rumah kamu? Ya, buat silaturrahmi aja," ujar Azzam. Rasa penasarannya pada Lena mulai membawanya ke arah sesuatu yang salah. Padahal tidak sepantasnya seorang lelaki masih berusaha mengejar perempuan yang telah bersuami walaupun dengan alasan sangat mencintainya.  "Boleh, Bang dengan senang hati. Abang sudah menikah?" tanya Khair balik. Dia tidak segan sebab pria di hadapannya terlihat sangat ramah dan royal. Lagipula seperti yang Azzam katakan, Khair akan menganggap lelaki itu seperti saudaranya. "Belum, masih mempersiapkan diri. InsyaAllah nanti kalau sudah sama-sama siap langsung on the way buat jemput." Azzam berdusta. Mana mungkin dia mengatakan kalau sampai sekarang hatinya masih terpaku pada satu orang yaitu istri dari Khair.
Read more

Part 39 Tidak Bermaksud Menyembunyikan Kebenaran

"Suami kan bukan dukun, Sayang," canda Khair pada istrinya. "Serah!" jawab Lena cuek. Dia malas meladeni suaminya yang selalu tidak bisa bertindak tegas pada mamanya itu. Lena yang belum memahami kalau surga seorang suami meski telah menikah masih terletak pada ibunya itu mulai berprasangka buruk pada Khair.  "Kenapa sih istri Mas ini? Ada masalah apa, cerita sama Mas ya!" Khair memutar tubuh Lena agar menghadapnya lalu menembak kedua bola mata perempuan itu dengan tatapan lembut dan menyejukkan. "Oh, ya gimana hasil cek dari rumah sakit tadi?" sambung Khair yang membuat jantung Lena seketika seperti sedang berolahraga. Lena memalingkan wajahnya, tidak mungkin dia berani menatap mata sang suami saat menjawab pertanyaan itu. "Semua baik-baik saja," lirihnya. 'Ya Allah semoga Engkau berkenan mengampuni dosaku pada lelaki yang bergelar suamiku ini. Lelaki y
Read more

Part 40 Rasa Tidak Sabar

"Gimana hasilnya?" tanya Mama Reta saat Lena dan Khair sedang menonton televisi di ruang tamu. "Alhamdulillah, baik kok, Ma," jawab Khair sambil mengusap puncak kepala istrinya. "Kamu yakin nggak dibohongi sama dia?" tanya Mama Reta curiga. "InsyaAllah enggak, Ma. Khair percaya sama istri Khair ini!" ujar Khair lalu memandang Lena yang masih menunduk. "Iya kan, Sayang?" tanyanya dengan senyum mengembang. "Hem," sahut Lena pendek. Sungguh, dia merasa sangat bersalah telah membohongi suaminya yang begitu baik. Sekarang kebohongan itu menciptakan kebohongan-kebohongan yang lainnya. "Terus kalau kamu sehat, kenapa sampai saat ini belum hamil juga?" tanya Mama Reta lagi. Seolah di dunia ini yang mengatur urusan adalah manusia. Padahal seingin apapun manusia kalau Allah SWT belum berkehendak maka semuanya masih menjadi sebuah rencana dan harapan saja. Lena hanya ma
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status