Home / Romansa / Seadanya / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Seadanya: Chapter 1 - Chapter 10

14 Chapters

Bab 1. Hidup Tanpa Ayah

     Erika masih berkutat dengan berkas-berkas lamaran yang akan ia masukan esok pagi ke beberapa tempat, bermodalkan ijazah smanya. Erika sendiri masih mahasiswa semester dua yang masuk tahun lalu di kepeguruan tinggi swasta dengan modal beasiswa, beruntung sma kemaren satu yayasan dengan kepeguruan tersebut. Jadi erika bisa lanjut kuliah karena ia termasuk siswa berprestasi dan tergolong keluarga kurang mampu.     "Ada saja jalan tuhan, jika ingin mengangkat derajat hambanya". Kalimat inilah yang selalu jadi pedoman erika dengan yakin suatu saat nasibnya akan berubah.     "Belum tidur nak?". Pintu kamar erika dibuka oleh ibu yang melihat lampu kamarnya masih menyala     "Belum buk.". Erika membuka pintu     "Kenapa? Jangan suka begadang nggak baik lo ka. Udah jam 10 malam".     "Hehe ya buk maaf, ini erika lagi siapi b
Read more

Bab 2. Tidak Semua Baik, Tidak Semua Jahat

Pagi yang cerah disambut oleh erika dengan semangat. Cahaya matahari pagi yang ikut menyinari wajah cantiknya.  Ada harapan besar erika hari ini,  beberapa amplop coklat yang dipegang menunjukkan bahwa ia sudah siap untuk hari ini.      "Buk erika pamit dulu ya". Erika mencium punggung tangan ibunya, yang sedang berbelanja sayur di tukang sayur langganan.      "Hati-hati nak,  semoga lancar".       Senyum merekah ibu erika selalu jadi support system yang sangat hebat untuk erika sendiri.      "Kemana erika rapi sekali, inikan hari sabtu nggak kuliah". Sahut para tetangga lainnya yang ikut berbelanja sayur.     "Mau cari kerja buk,  untung-untung ada yang nerima kan lumayan bisa bantu-bantu ibuku nantinya". Erika melempar senyum kesemua yang juga berbelanja.      "Waduh,
Read more

Bab 3. Setara ataupun Sama

Erika melirik jam diponsel yang sudah pukul 11.40 yang berarti sekitar setengah jam lagi akan masuk waktu solat zuhur dan makan siang, hari ini hari sabtu dimana memang aktivitas kuliah libur,. Jadi erika bisa mengantar lamaran kerjanya selesai hari ini, "Sepertinya lebih baik aku menunggu dimasjid kampus saja, selesai zuhuran baru lanjutkan lagi antar lamaran ke tempat laundry dan toko buku". Guman erika,  yang beranjak pergi meningalkan cafe tersebut.Erika menuju masjid kampus yang tak jauh dari cafe dan tempat fotocopy yang ia masuki lamaran kerja tadi, kampus erika memang tergolong kampus swasta yang elit ditambah berada di pusat kota,  dilengkapi fasilitas-fasilitas lainnya membuat erika beruntung sekaligus sengsara karena hampir seluruh mahasiswa anak orang kaya yang sangat jauh berbeda dengan erika."Eh pak mamad,  sabtu masuk ya pak kerja ?? erika pikir kalo orang nggak kuliah bapak libur juga", Erika yang ber
Read more

Bab 4. Nasehat Bocah Penjual Koran

Erika melangkahkan kaki meninggalkan masjid kampus,  mencari angkot menuju laundry dan toko buku yang ingin di masuki lamaran. Matahari sedang terik - teriknya kulihat dihandphone pukul 12.40 WIB"Pak berhenti disimpang empat lampu merah depan ya." Pinta erika pada supir angkot yang ku naikiKakinya melangkah menuju toko buku yang tak jauh dari lampu merah,  toko buku besar dipinggir jalan yang cukup terkenal dikota ini, biasanya mahasiswa-mahasiswa yang sedang mengerjakan penelitian akan membeli buku disini.Toko cukup ramai erika melihat muda-mudi berkacamata sibuk dengan bacaan dimeja. "Permisi kak,  maaf menganggu? Beberapa hari yang lalu saya lihat dihalaman sosmed bahwa toko ini sedang mencari pegawai? Jadi apa masih bisa saya melamar pekerjaan yang ditawarkan tersebut". Tanya erika kepada salah satu pegawai toko tersebut"Oh kalo untuk itu lamaran bisa dititipkan di kasir kak,  nanti jika berkasn
Read more

Bab 5. Tambah Susah, Apa Aku Jahat

Erika pergi meninggalkan minimarket dengan kata - kata bijak bocah penjual koran yang masih membekas,  melangkah menuju laundry target terakhir yang akan dimasuki lamaran,  tak jauh sekitar 15 meter dari minimarket disebrang jalan sana. Erika memandangi bagian depan laundry tersebut,  sudah tak ada lagi papan iklan yang bertuliskan karyawan. Kakinya melangkah dengan ragu menghampiri karyawan  laundry."Mau lamar kerja ya?", Pertanyaan laki - laki separuh baya dari belakang dengan seutas senyum ketika erika berbalik melihatnya"Eh iya pak, niatannya begitu". Jawab erika membalas senyumnya"Waduh maaf, nak kamu terlambat sudah keduluan orang bapak sedang butuh cepat soalnya". Jawabnya menjelaskanTernyata bapak tersebut pemilik laundry yang akan erika masuki lamaran. "Nggak perlu minta maaf pak, bukan rezeki saya berarti disini hehe". "Kalo begitu saya pa
Read more

Bab 6. Bagi Tiga

Erika sedang menkmati udara pagi,  entah kenapa untuknya dapat menghirup udara pagi begitu disenanginya dan menjadi rutinitas, karena baginya setelah pagi berganti yang ada diudara hanyalah polusi."Erika hari ini nggak kemana - manakan,  nanti nenek kemungkinan sekitar jam 10.00 WIB sudah tiba dirumah,  ibu nggak bisa nyambut mau jualan kue kekomplek - komplek perumahan sana".Jelas ibu yang tengah bersiap untuk jualan"Iya bu, nggak kemana - mana kok".Keputusan semalam yang erika sampaikan ke ibu atas pilihan yang diberikan nenek sudah ibu sampaikan ke nenek apa yang erika dan ibu pilih,  jadi hari ini nenek akan pindah. Bagaimana pun sikap nenek nanti kita lihat saja kedepannya, tapi doakan nenek sudah berubah tak seperti dulu lagi. "Nanti barang-barang nenek tarok dikamar ibu saja,  sama jangan lupa nanti kamu masak ya belanja beli lauk sama sayur".Ibu menyodorkan uang 50 ribu kepada erika
Read more

Bab 7. Nasehat dan Berjuang

Sudah tiga hari erika dan ibu tinggal satu atap, erika merasa nenek sudah jauh berubah dari sikapnya dahulu, nenek sudah tidak berteriak dan memaki, meski belum ada kata maaf dari mulutnya yang keluar kepada erika dan ibu. Tapi itu tak jadi masalah yang penting nenek tidak membuat kegaduhan. "Kamu jangan menyia - yiakan waktu, meski waktu muda cuma datang sekali jangan sampai terlena, harus ada masa depan yang lebih cerah erika, kamu ingat kata nenek". Nenek menasehati erika"Iya nek,  doakan saja erika ya erika membalas tatapan nenek"."Kalau cuma doa tanpa usaha yah nihil, satu lagi kalian berdua ini jangan mau saja direndahkan sekali-kali balas". Nenek melengos meninggalkan aku dan ibu yang masih menikmati makan malam. ..."Ibu erika berangkat kuliah ya","Nenek mana?"."Nenek keluar tadi cari angin katanya","ohh,  yasudah pergi dulu ya".."Hati - hati, 
Read more

Bab 8. Melangkah

Erika sangat bahagia mendengar bahwa ia sudah diterima dan bekerja besok,  sungguh ia tak menyangka jika akan diterima dan tak mengira jika nomor hp yang diberikannya salah mungkin karena sudah mengantuk ia bisa keliru . Tentu jika dia tidak ikut sisil,  doni,  dan riski mungkin tidak akan ada kelanjutan jika dia hanya menunggu panggilan di hp. Karena nomor hp yang diberikan salah tentu ia juga tak akan menerima panggilan dari toko buku karen sampai saat ini juga belum ada panggilan dari toko teesebut. Tapi karena sudah diterima dicafe ini, erika juga tak begitu mengharapkan untuk bekerja di toko buku itu.  "Eh kenapa lu dipanggil ka, lama banget ilangnya?? ". Sisil langsung melempar pertanyaan  kepada erima yang sudah kembali ke meja, yah erika memang cukup lama meninggalkan mereka bertiga untung saja erika tak ditinggalkan. "Lu nggak ada masalah kan??, sampe dipanggil kasir segala. Atau jangan-jangan lu makan tapi nggak bayar?? ". Selid
Read more

Bab 9. Berbeda

Erika berjalan  mengikuti riski sampai kemobilnya, ketimbang harus membayar apa yang riski bicarakan tadi. "Jadi pulang sama gue??".Riski yang menyadari erika yang mengikutinya keparkiran kampus. "Gue nggak ada duit buat bayar traktiran tadi, tau gitu gue bakal nolak ditraktir lo."Riski tersenyum melihat erika yang bicara menunduk kebawah.  Dengan suara yang cukup lantang, erika bukan tidak terlihat merutuk ke riski namun terlihat seperti merutuki diri sendiri di mata riski dengan caranya seperti itu."Gue bercanda kali soal traktiran tadi"."Maksud lo apa?,  jelas - jelas tadi lo bikin dua opsi? ""Jadi lo pikir gue serius?,  gue nggak sejahat itu kalo meras orang kayak lo"."Yaudah masuk gue antar lo pulang kalo yang ini nggak bercanda dari awal".....Mobil sport riski yang seharusnya bisa membawa erika lebih cepat sampai kerumah,  justru
Read more

Bab 10. Tersadar

Erika sudah siap untuk berangkat kuliah dengan dandanan seadanya namum tak memungkiri wajah cantik akan tetap cantik meski tidak didandani pakaian mewah ataupun make up mahal.  "Ibu, nenek. Erika berangkat kuliah dulu ya"."Pulang jam berapa nanti??", "Nanti erika kabari ya bu"."Emang anak kamu mau kemana? Pake ditanya pulang jam berapa? Dia kuliahkan ya pulang seperti biasa"."Dia ada kerjaan buk katanya kemaren habis kuliah""Kerjaan?""....Erika masih berdiri menunggu angkot, tapi pikirannya dipenuhi pesan dari riski semalam, akan menjemputnya kekampus hari ini. Meski erika sudah menolaknya semalam namun tak ada jawaban yang membuat erika ragu, bagaimana jika riski tetap menjemputnya. "Gue naik angkot apa nunggu dia jemput ya,  tapi kan semalaman udah gue tolak tapi nggak ada balasan, Gimana nanti kalo dia jemput?? Terus gue udah pergi?? Nan
Read more
PREV
12
DMCA.com Protection Status