Sudah tiga hari erika dan ibu tinggal satu atap, erika merasa nenek sudah jauh berubah dari sikapnya dahulu, nenek sudah tidak berteriak dan memaki, meski belum ada kata maaf dari mulutnya yang keluar kepada erika dan ibu. Tapi itu tak jadi masalah yang penting nenek tidak membuat kegaduhan.
"Kamu jangan menyia - yiakan waktu, meski waktu muda cuma datang sekali jangan sampai terlena, harus ada masa depan yang lebih cerah erika, kamu ingat kata nenek". Nenek menasehati erika"Iya nek, doakan saja erika ya erika membalas tatapan nenek"."Kalau cuma doa tanpa usaha yah nihil, satu lagi kalian berdua ini jangan mau saja direndahkan sekali-kali balas". Nenek melengos meninggalkan aku dan ibu yang masih menikmati makan malam. ..."Ibu erika berangkat kuliah ya","Nenek mana?"."Nenek keluar tadi cari angin katanya","ohh, yasudah pergi dulu ya".."Hati - hati, selesai kuliah langsung pulang""Oke" kukedipkan mata genit ini kepada ibu. ..."Erika pak eko nggak jadi masuk ngapain lu kekampus, nggak liat grup kelas ya", teriak sisil salah satu teman sekelas erika"yah kok bapak nggak masuk sil","yah mana gue tau, kalo tau aku nggak bakal disini sekarang. Aryo baru ngabari pas gue udah dikampus seharusnya lo bisa liat tadi", erika melihat pesan yang tak dibaca olehnya di grup kelas. "Nongkrong aja yuk cafe dekat kampus, masih pukul 09.30 wib. Masa pada pulang?", seru doni kepada sisil dan riskiSisil, Doni, Riski mereka satu geng karena kudengar sudah bersahabat sejak SMA sedangkan erika hanya kenal mereka karena sering diminta untuk satu kelompok setiap ada tugas. Yah erika tentu saja mau meski yang kerja lebih banyak dirinya tapi erika sama sekali tak keberatan dan juga takkan ada orang yang ingin berkelompok dengannya selain mereka meski terkesan memanfaatkan kepintaran erika. Mereka termasuk jarang membercandai kehidupan erika walau pernah tapi tidak sering seperti mahasiswa lainnya yang tidak hanya bercanda tapi memang menghina."Ikut nggak ka? " tanya riski kepada erika, satu - satunya orang yang belum pernah mencecar erika atau sekedar bercanda seperti sisil dan doni mungkin karena sifatnya yang terkesan cuek tak terlalu banyak bicara. "boleh?". Erika bertanya kepada mereka "Ya boleh lah, kami nggak pilih-pilih temen loh". Tawa sisil menatap erika Erika paham akan maksud sisil yang secara tidak langsung bilang jika status sosial kami berbeda. ....Erika sengaja ikut mereka bukan karena benar - benar mau bergabung tapi karena cafe yang mereka tuju tempat yang ia masuki lamaran beberapa hari lalu yang tak kunjung ada panggilan sampai saat ini, mungkin dengan kesini ia bisa cari info. "Pesan apa aja, nanti semuanya gua yang bayar". Kami bertiga menoleh pada riski, "Serius lo?? Tumben njir" teriak doni sumringah. "Ngga usah ribut!". Mata riski tajam melihat doni"Lu pesan apa ka", Tanya sisil"orange jus aja, erika menunjuk pada buku menu yang disodorkan sisil","Nggak makan?? Pesen aja jarang-jarang riski kayak gini lo kwkkw", balas doni kepada erika yang tertawa dengan melirik riski"Maksud lu apa??". Lirik riski kepada doni"Berisik amet, dah gue samain aja semuanya ribettt". Sisil memanggil pelayan menyebutkan pesanan kami..."Permisi, kakak yang kemarin kan?? Boleh ikut saya kita bicara sebentar? ". Seseorang menghampiri erika, pria yang menjadi kasir kemarin sepertinya dia menyadari keberadaan erika disitu"Ada apa ya kak??"."Kakak yang kemaren lamar kerja kan kak, seperti nya nomor hp yang kak lampiran kan salah. Soalnya sudah beberapa kali dihubungi tidak bisa? ". Pria itu menjelaskan kepada erika yang membuat erika paham mengapa tak kunjung ada panggilan "Ah iya ya kak, saya pikir memang belum ada panggilan untuk saya". Erika tersenyum sekaligus bahagia mendengarnya"Yaudah karena kak udah disini, kakak bisa temui bagian HRD yang akan interview kakak ya, ayo kak ikut saya"."Hah, sekarang ya kak? " erika kaget mendengar penuturannya. "Iya kak sekarang, ayo kak senyumnya mengantar erika ke ruangan yang ia maksud"...Erika tak menyangka diterima kerja di cafe ini sesuai yang disampaikan orang yang menginterviewnya, dia hanya bertanya jam kuliah agar bisa disesuaikan dengan jam kerja erika sendiri, menjelaskan libur, apa pekerjaan erika dan gaji setelah itu erika diterima, sungguh keberuntungan hari ini. Tak sia - sia erika ikut sisil, doni, dan riski ke sini."Besok kamu sudah bisa kerja ya, jam kerja kamu sesuai yang sampaikan tadi. Besok langsung saja temui tori orang yang tadi. Jika tidak ada pertanyaan kamu boleh pergi." oh ternyata pria tadi namanya tori, pria manis dengan tinggi semampai." Terimakasih mbak, saya permisi dulu". Erila meninggalkan HRD tsb, bukan pemiliknya kemarin.Terimakasih tuhan ada harapan didepan sanaa. BersambungAkhirnya erika keterima suatu kebetulan ia ikut sisil, doni dan riaki.?
Erika sangat bahagia mendengar bahwa ia sudah diterima dan bekerja besok, sungguh ia tak menyangka jika akan diterima dan tak mengira jika nomor hp yang diberikannya salah mungkin karena sudah mengantuk ia bisa keliru . Tentu jika dia tidak ikut sisil, doni, dan riski mungkin tidak akan ada kelanjutan jika dia hanya menunggu panggilan di hp. Karena nomor hp yang diberikan salah tentu ia juga tak akan menerima panggilan dari toko buku karen sampai saat ini juga belum ada panggilan dari toko teesebut. Tapi karena sudah diterima dicafe ini, erika juga tak begitu mengharapkan untuk bekerja di toko buku itu. "Eh kenapa lu dipanggil ka, lama banget ilangnya?? ". Sisil langsung melempar pertanyaan kepada erima yang sudah kembali ke meja, yah erika memang cukup lama meninggalkan mereka bertiga untung saja erika tak ditinggalkan. "Lu nggak ada masalah kan??, sampe dipanggil kasir segala. Atau jangan-jangan lu makan tapi nggak bayar?? ". Selid
Erika berjalan mengikuti riski sampai kemobilnya, ketimbang harus membayar apa yang riski bicarakan tadi."Jadi pulang sama gue??".Riski yang menyadari erika yang mengikutinya keparkiran kampus."Gue nggak ada duit buat bayar traktiran tadi, tau gitu gue bakal nolak ditraktir lo."Riski tersenyum melihat erika yang bicara menunduk kebawah. Dengan suara yang cukup lantang, erika bukan tidak terlihat merutuk ke riski namun terlihat seperti merutuki diri sendiri di mata riski dengan caranya seperti itu."Gue bercanda kali soal traktiran tadi"."Maksud lo apa?, jelas - jelas tadi lo bikin dua opsi? ""Jadi lo pikir gue serius?, gue nggak sejahat itu kalo meras orang kayak lo"."Yaudah masuk gue antar lo pulang kalo yang ini nggak bercanda dari awal".....Mobil sport riski yang seharusnya bisa membawa erika lebih cepat sampai kerumah, justru
Erika sudah siap untuk berangkat kuliah dengan dandanan seadanya namum tak memungkiri wajah cantik akan tetap cantik meski tidak didandani pakaian mewah ataupun make up mahal."Ibu, nenek. Erika berangkat kuliah dulu ya"."Pulang jam berapa nanti??","Nanti erika kabari ya bu"."Emang anak kamu mau kemana? Pake ditanya pulang jam berapa? Dia kuliahkan ya pulang seperti biasa"."Dia ada kerjaan buk katanya kemaren habis kuliah""Kerjaan?""....Erika masih berdiri menunggu angkot, tapi pikirannya dipenuhi pesan dari riski semalam, akan menjemputnya kekampus hari ini. Meski erika sudah menolaknya semalam namun tak ada jawaban yang membuat erika ragu, bagaimana jika riski tetap menjemputnya."Gue naik angkot apa nunggu dia jemput ya, tapi kan semalaman udah gue tolak tapi nggak ada balasan, Gimana nanti kalo dia jemput?? Terus gue udah pergi?? Nan
Erika sudah siap untuk berkerja hari ini, dipikirannya masih terpikir akan perkataan yang riski ucapkan tadi. Apakah dia begitu lemah selama ini dimata orang-orang.Erika sudah sampai di luar cafe, kondisi cafe tidak begitu ramai, hanya ada beberapa penggunjung yang sepertinya mahasiswa. Mungkin karena belum jam makan siang jadi belum terlalu ramaiTanpa langkah ragu erika melangkahkan kaki memasuki cafe tiada gengsi atau malu yang menganggu pikirannya jika akan bertemu dengan orang yang akan mengenalinya.Erika menyemangati dirinya sendiri,"Okeh erika fighting, gue bisa semangat jangan sampai mengecewakan hari ini. Okay"Erika meletakkan tangannya didada......"Permisi kak",Erika menghampiri kasir."Eh iya, udah siap kerja hari ini kak? ""Siap kak, jadi saya boleh mulai dari mana?? "."Ini kak di ganti dulu bajunya, bisa ganti dibelakang ada khusus karyawan".Sikasi
Sudah pukul sembilan malam. Erika masih mengobrol bersama tori, dika dan pak wiranto yang baru sempat berkenalan dan bicara banyak dengannya. Sungkan erika meninggalkan obrolan tersebut ditambah pak wiranto orang yang senang bicara."Udah yok pak pulang, udah jam sembilan lewat nih"Dika memotong pembicaraan pak wiranto yang asik bicara tentang banyak hal, kata tori pak wiranto memang seperti itu terlebih jika bertemu orang baru seperti erika.Laki - laki umur 40an itu melirik jam tangannya.Kemudia tertawa " Oh yaampun kebanyakan ya cerita bapak. Yaudah kita lanjut besok lagi ya" yang kembali ia akhiri dengan tawa menatap semua orang."Iya kebanyakan, udah malem nih" Dika mendorong badan pak wiranto menuju pintu keluar."Eh tunggu" pak wiranto membalik tubuhnya menoleh kepada erika dan tori yang berjala
Rintik - rintik gerimis sudah berubah menjadi tetes hujan. Erika memeluk erat tas yang sudah dimantelkan agar tidak terlalu basah, gadis tersebut masih enggan meneduhkan dirinya. Lalu lalang kendaraan melaju begitu cepat dijalanan tak peduli ada dia yang sedang kehujanan. Erika tidak tahu sudah pukul berapa sekarang, hpnya disimpan ditas agar tidak ikut basah. Ia sendiri sudah basah keseluruhan badan. Beberapa mobil melaju kencang digenangan air jalan menambah penderitaan dengan cipratan, tidak ada makian atau umpatan kepada pengendara. Erika sibuk memikirkan nasibnya dan berharap akan ada angkot meski dikeaadaan seperti ini. Erika mengangkat kakinya berbalik badan menuju emperan toko yang sudah tutup setelah berapa lama dia berdiri dia hujan. Dia menyerah menunggu angkot dipikiran erika tidak akan ada lagi angkot yang lewat melihat sudah berapa lama ia berdiri menunggu, dirinya sekarang har
Erika sudah berada dirumah riski, ia mengamati rumah dua lantai tersebut dari ruang tamu yang bisa melihat kesemua sisi, matanya tak menemukan siapapun selain dirinya yang berdiri mengigil kedinginan. Riski sudah hampir 10 menit meninggalkannya pergi kekamar."Ngapain berdiri disitu?"Suara riski mengagetkan erika."Lo yang nyuruh gue tunggu disini"Erika mengernyitkan dahi atas pertanyaan riskiRiski tertawa, "Maksud gue kenapa nggak duduk aja, takut kursinya basah? "Erika berdehem mendengar riski yang memberikan pertanyaan yang di jawab sendiri."Udah ada balasan dari ibu lo?""Belum, tapi dia pasti khawatir banget".Erika menatap handphonenya, ketika di mobil tadi erika sudah mengirimkan pesan ke ibu untuk menandakan dirinya baik - baik saja. Namun, sampai sekarang belum ada balasan. Erika sudah berusaha menelpon tapi tidak ada jawaban dari ibunya. Perasaan bersal
Erika masih berkutat dengan berkas-berkas lamaran yang akan ia masukan esok pagi ke beberapa tempat, bermodalkan ijazah smanya. Erika sendiri masih mahasiswa semester dua yang masuk tahun lalu di kepeguruan tinggi swasta dengan modal beasiswa, beruntung sma kemaren satu yayasan dengan kepeguruan tersebut. Jadi erika bisa lanjut kuliah karena ia termasuk siswa berprestasi dan tergolong keluarga kurang mampu. "Ada saja jalan tuhan, jika ingin mengangkat derajat hambanya".Kalimat inilah yang selalu jadi pedoman erika dengan yakin suatu saat nasibnya akan berubah. "Belum tidur nak?".Pintu kamar erika dibuka oleh ibu yang melihat lampu kamarnya masih menyala "Belum buk.".Erika membuka pintu "Kenapa? Jangan suka begadang nggak baik lo ka. Udah jam 10 malam". "Hehe ya buk maaf, ini erika lagi siapi b
Erika sudah berada dirumah riski, ia mengamati rumah dua lantai tersebut dari ruang tamu yang bisa melihat kesemua sisi, matanya tak menemukan siapapun selain dirinya yang berdiri mengigil kedinginan. Riski sudah hampir 10 menit meninggalkannya pergi kekamar."Ngapain berdiri disitu?"Suara riski mengagetkan erika."Lo yang nyuruh gue tunggu disini"Erika mengernyitkan dahi atas pertanyaan riskiRiski tertawa, "Maksud gue kenapa nggak duduk aja, takut kursinya basah? "Erika berdehem mendengar riski yang memberikan pertanyaan yang di jawab sendiri."Udah ada balasan dari ibu lo?""Belum, tapi dia pasti khawatir banget".Erika menatap handphonenya, ketika di mobil tadi erika sudah mengirimkan pesan ke ibu untuk menandakan dirinya baik - baik saja. Namun, sampai sekarang belum ada balasan. Erika sudah berusaha menelpon tapi tidak ada jawaban dari ibunya. Perasaan bersal
Rintik - rintik gerimis sudah berubah menjadi tetes hujan. Erika memeluk erat tas yang sudah dimantelkan agar tidak terlalu basah, gadis tersebut masih enggan meneduhkan dirinya. Lalu lalang kendaraan melaju begitu cepat dijalanan tak peduli ada dia yang sedang kehujanan. Erika tidak tahu sudah pukul berapa sekarang, hpnya disimpan ditas agar tidak ikut basah. Ia sendiri sudah basah keseluruhan badan. Beberapa mobil melaju kencang digenangan air jalan menambah penderitaan dengan cipratan, tidak ada makian atau umpatan kepada pengendara. Erika sibuk memikirkan nasibnya dan berharap akan ada angkot meski dikeaadaan seperti ini. Erika mengangkat kakinya berbalik badan menuju emperan toko yang sudah tutup setelah berapa lama dia berdiri dia hujan. Dia menyerah menunggu angkot dipikiran erika tidak akan ada lagi angkot yang lewat melihat sudah berapa lama ia berdiri menunggu, dirinya sekarang har
Sudah pukul sembilan malam. Erika masih mengobrol bersama tori, dika dan pak wiranto yang baru sempat berkenalan dan bicara banyak dengannya. Sungkan erika meninggalkan obrolan tersebut ditambah pak wiranto orang yang senang bicara."Udah yok pak pulang, udah jam sembilan lewat nih"Dika memotong pembicaraan pak wiranto yang asik bicara tentang banyak hal, kata tori pak wiranto memang seperti itu terlebih jika bertemu orang baru seperti erika.Laki - laki umur 40an itu melirik jam tangannya.Kemudia tertawa " Oh yaampun kebanyakan ya cerita bapak. Yaudah kita lanjut besok lagi ya" yang kembali ia akhiri dengan tawa menatap semua orang."Iya kebanyakan, udah malem nih" Dika mendorong badan pak wiranto menuju pintu keluar."Eh tunggu" pak wiranto membalik tubuhnya menoleh kepada erika dan tori yang berjala
Erika sudah siap untuk berkerja hari ini, dipikirannya masih terpikir akan perkataan yang riski ucapkan tadi. Apakah dia begitu lemah selama ini dimata orang-orang.Erika sudah sampai di luar cafe, kondisi cafe tidak begitu ramai, hanya ada beberapa penggunjung yang sepertinya mahasiswa. Mungkin karena belum jam makan siang jadi belum terlalu ramaiTanpa langkah ragu erika melangkahkan kaki memasuki cafe tiada gengsi atau malu yang menganggu pikirannya jika akan bertemu dengan orang yang akan mengenalinya.Erika menyemangati dirinya sendiri,"Okeh erika fighting, gue bisa semangat jangan sampai mengecewakan hari ini. Okay"Erika meletakkan tangannya didada......"Permisi kak",Erika menghampiri kasir."Eh iya, udah siap kerja hari ini kak? ""Siap kak, jadi saya boleh mulai dari mana?? "."Ini kak di ganti dulu bajunya, bisa ganti dibelakang ada khusus karyawan".Sikasi
Erika sudah siap untuk berangkat kuliah dengan dandanan seadanya namum tak memungkiri wajah cantik akan tetap cantik meski tidak didandani pakaian mewah ataupun make up mahal."Ibu, nenek. Erika berangkat kuliah dulu ya"."Pulang jam berapa nanti??","Nanti erika kabari ya bu"."Emang anak kamu mau kemana? Pake ditanya pulang jam berapa? Dia kuliahkan ya pulang seperti biasa"."Dia ada kerjaan buk katanya kemaren habis kuliah""Kerjaan?""....Erika masih berdiri menunggu angkot, tapi pikirannya dipenuhi pesan dari riski semalam, akan menjemputnya kekampus hari ini. Meski erika sudah menolaknya semalam namun tak ada jawaban yang membuat erika ragu, bagaimana jika riski tetap menjemputnya."Gue naik angkot apa nunggu dia jemput ya, tapi kan semalaman udah gue tolak tapi nggak ada balasan, Gimana nanti kalo dia jemput?? Terus gue udah pergi?? Nan
Erika berjalan mengikuti riski sampai kemobilnya, ketimbang harus membayar apa yang riski bicarakan tadi."Jadi pulang sama gue??".Riski yang menyadari erika yang mengikutinya keparkiran kampus."Gue nggak ada duit buat bayar traktiran tadi, tau gitu gue bakal nolak ditraktir lo."Riski tersenyum melihat erika yang bicara menunduk kebawah. Dengan suara yang cukup lantang, erika bukan tidak terlihat merutuk ke riski namun terlihat seperti merutuki diri sendiri di mata riski dengan caranya seperti itu."Gue bercanda kali soal traktiran tadi"."Maksud lo apa?, jelas - jelas tadi lo bikin dua opsi? ""Jadi lo pikir gue serius?, gue nggak sejahat itu kalo meras orang kayak lo"."Yaudah masuk gue antar lo pulang kalo yang ini nggak bercanda dari awal".....Mobil sport riski yang seharusnya bisa membawa erika lebih cepat sampai kerumah, justru
Erika sangat bahagia mendengar bahwa ia sudah diterima dan bekerja besok, sungguh ia tak menyangka jika akan diterima dan tak mengira jika nomor hp yang diberikannya salah mungkin karena sudah mengantuk ia bisa keliru . Tentu jika dia tidak ikut sisil, doni, dan riski mungkin tidak akan ada kelanjutan jika dia hanya menunggu panggilan di hp. Karena nomor hp yang diberikan salah tentu ia juga tak akan menerima panggilan dari toko buku karen sampai saat ini juga belum ada panggilan dari toko teesebut. Tapi karena sudah diterima dicafe ini, erika juga tak begitu mengharapkan untuk bekerja di toko buku itu. "Eh kenapa lu dipanggil ka, lama banget ilangnya?? ". Sisil langsung melempar pertanyaan kepada erima yang sudah kembali ke meja, yah erika memang cukup lama meninggalkan mereka bertiga untung saja erika tak ditinggalkan. "Lu nggak ada masalah kan??, sampe dipanggil kasir segala. Atau jangan-jangan lu makan tapi nggak bayar?? ". Selid
Sudah tiga hari erika dan ibu tinggal satu atap, erika merasa nenek sudah jauh berubah dari sikapnya dahulu, nenek sudah tidak berteriak dan memaki, meski belum ada kata maaf dari mulutnya yang keluar kepada erika dan ibu. Tapi itu tak jadi masalah yang penting nenek tidak membuat kegaduhan."Kamu jangan menyia - yiakan waktu, meski waktu muda cuma datang sekali jangan sampai terlena, harus ada masa depan yang lebih cerah erika, kamu ingat kata nenek". Nenek menasehati erika"Iya nek, doakan saja erika ya erika membalas tatapan nenek"."Kalau cuma doa tanpa usaha yah nihil, satu lagi kalian berdua ini jangan mau saja direndahkan sekali-kali balas". Nenek melengos meninggalkan aku dan ibu yang masih menikmati makan malam...."Ibu erika berangkat kuliah ya","Nenek mana?"."Nenek keluar tadi cari angin katanya","ohh, yasudah pergi dulu ya".."Hati - hati,
Erika sedang menkmati udara pagi, entah kenapa untuknya dapat menghirup udara pagi begitu disenanginya dan menjadi rutinitas, karena baginya setelah pagi berganti yang ada diudara hanyalah polusi."Erika hari ini nggak kemana - manakan, nanti nenek kemungkinan sekitar jam 10.00 WIB sudah tiba dirumah, ibu nggak bisa nyambut mau jualan kue kekomplek - komplek perumahan sana".Jelas ibu yang tengah bersiap untuk jualan"Iya bu, nggak kemana - mana kok".Keputusan semalam yang erika sampaikan ke ibu atas pilihan yang diberikan nenek sudah ibu sampaikan ke nenek apa yang erika dan ibu pilih, jadi hari ini nenek akan pindah. Bagaimana pun sikap nenek nanti kita lihat saja kedepannya, tapi doakan nenek sudah berubah tak seperti dulu lagi."Nanti barang-barang nenek tarok dikamar ibu saja, sama jangan lupa nanti kamu masak ya belanja beli lauk sama sayur".Ibu menyodorkan uang 50 ribu kepada erika