Pagi yang cerah disambut oleh erika dengan semangat. Cahaya matahari pagi yang ikut menyinari wajah cantiknya. Ada harapan besar erika hari ini, beberapa amplop coklat yang dipegang menunjukkan bahwa ia sudah siap untuk hari ini.
"Buk erika pamit dulu ya".
Erika mencium punggung tangan ibunya, yang sedang berbelanja sayur di tukang sayur langganan.
"Hati-hati nak, semoga lancar". Senyum merekah ibu erika selalu jadi support system yang sangat hebat untuk erika sendiri. "Kemana erika rapi sekali, inikan hari sabtu nggak kuliah". Sahut para tetangga lainnya yang ikut berbelanja sayur. "Mau cari kerja buk, untung-untung ada yang nerima kan lumayan bisa bantu-bantu ibuku nantinya". Erika melempar senyum kesemua yang juga berbelanja. "Waduh, ada yah yang mau nerima mana kamu kuliah mana bisa fokus nanti, beruntung sekali anak saya masih punya ayah jadi nggak menderita hidupnya". Tanya salah satu tetangga yang selalu saja membandingkan kehidupannya dengan erika dan ibunya hampir setiap hari. "Huss sembarangan, bagus dong seperti erika bantuin orang tua. Yang semangat ka niat baik pasti berbuah manis". Timpal satu tetangganya yang tak pernah memperlakukan keluarganya buruk. "Terimakasih buk, saya pamit nanti ketinggalan angkot". Erika berlalu meninggalkan yang lainnya dan ibu yang juga sudah pamit kerumah. Benar tak ada perlawanan, dari erika ataupun ibunya jika ada yang mencibir atau sekedar basa-basi yang menyakitkan, kata ibu biarlah toh apa yang mereka bilang memang keanyataan yang sebenarnya. Kita cuma perlu sabar kalo nggak bisa menutup mulut mereka ya kita tutup telinga kita, nasehat ibu erika sedari kecil yang membuatnya terbiasa dengan omongan tetangga seperti itu, meski begitu tak semua tetangga disekitar jahat ada juga yang baik dan bahkan mengerti keadaan ibu dan erika, seperti ibu ida selalu baik padanya.¤¤¤Helaan nafas panjang. Erika turun dari angkot yang berhenti. ya meski tinggal dikota tapi jarak tempat tinggal erika ke pusat kota sekitar 25 menit jika menggunakan angkot ditambah macetnya lalu lintas. Jalan yang juga searah dengan kampusnya. Hari ini erika akan menuju fotocopy dan cafe sekitar kampus yang jika jalan kaki sekitar 5 menit dari kampus. Dua target tempat kerja yang ingin erika masuki lamaran dan duanya lagi sekitar 15 menit dari kampus tempat laundry dan toko buku. Sengaja kucari yang sekitar atau tak jauh dari kampus agar mempermudah kuliahku juga.. "Assallamu'allaikum pak". Sapa erika pada penjaga fotocopy. "Iya kenapa neng? ". Tanyanya ramah dengan senyum dibibir "Apa ada lowongan pakdisini?. Saya mau masuki lamaran, saya pengen kerja pak". " Waduh, maaf neng nggak bisa soalnya ini fotocopy cuma punya satu mesin, komputernya memang ada tiga tapi itu biasa mahasiswa operasiin sendiri". Bapak itu menjelaskan yang tidak bisa menerima erika. "Baiklah pak, terimakasih saya pamit. Assalamualaikum ". Paham maksud bapak itu bahwa ia sudah ditolak. Target pertama erika gagal. Namun, itu tak memudarkan semangatnya. Semangat yang masih sama dengan pagi tadi ketika melangkah keluar rumah, hanya ditolak satu masih ada tiga lagi pikir erika yang mungkin bisa menerimanya. "Wa'alaikumsalam". Erika berlalu menuju target ke dua, cafe yang berjarak sekitar 10 langkah dari fotocopyan ini tempat biasa anak kampus erika makan atau sekedar nongkrong. Erika sendiri belum pernah walau hanya sekedar untuk duduk kesini karena bukan gaya hidupnya kata lain tidak sesuai dengan kantong erika. "Ada yang bisa saya bantu kak". Tegur seorang laki - laki yang kelihatannya tak begitu jauh selisih umurnya dari erika. "Iya maaf kak. Ada yang bisa saya temui untuk urusan melamar pekerjaan saya lagi butuh kerjaan soalnya". "Oh begitu kesini kak kebetulan pemiliknya ada disini, sedang ketemu klien tunggu di dalam saja nanti kalo sudah selesai saya sampaikan pada bos". Erika mengikuti lelaki itu dengan mata mengamati tampilan cafe tersebut yang berkonsep minimalis indoor dan outdoor. Ada beberapa kursi di bawah pohon rindang diluarnya yang ditata sedemikian rupa, bagian depan terbuat dari full kaca bening, didalam ada kursi dan meja dengan gaya minimalis dan wallpaper dinding yang cocok sekali untuk berselfi ria ala kekinian muda mudi sekarang. Wajar saja anak kampusnya selalu kesini pikir erika. Sekitar 15 menit erika menunggu nampak wanita muda sekitar umur 30 tahunan berjalan kearahnya, sangat elegan dengan setelan yang sangat trendi. Erika berdiri menunjukkan rasa sungkan. "Maaf ya menunggu lama, kata karyawan saya tadi ada yang ingin ketemu, Ayok duduk". Wanita tersebut mempersilahkan erika duduk. "Ah iya buk tidak apa-apa, saya berniat mau bekerja apa ada lowongan disini kata erika sopan". "Oh begitu panggil saja aku mbak, umur mbak masih 30 an, langsung saja ya karyawan mbak memang cuma ada beberapa orang dan memang sedang kekurangan. Jadi kamu bisa masuki lamaran dulu ya karena mbak lagi buru-buru nanti akan ada yang menghubungi buat panggilan, lampirkan saja no telpon kamu ya dik". Wanita itu tersenyum ramah ke erika sembari menjelaskan. "Iya mbak, terima kasih". Erika dengan perasaan tak enakan karena sudah memanggilnya ibu "Maaf ya mbak buru-buru, mbak tinggal dulu. Nanti kasih kasir saja lamaran" . Wanita tersebut menunjuk kekasir cafe". "Iya mbak, terimakasih ". Erika Melempar senyum padanya. Dengan perasaan kagum erika memandangi punggung wanita tersebut yang beranjak menuju pintu keluar. Erika merasa wanita tersebut sangat sopan tidak ada kesombongan atau melihat kecil seseorang dari nada bicaranya seperti kebanyakan orang sukses yang erika temui. Erika merasa wanita itu cukup sukses dengan menjadi pemilik dari cafe ini. Di hati erika ia sangat berharap bisa seperti wanita tersebut memiliki kesuksesan dan nilai yang dimata orang. Seperti erika melihat wanita tersebut.
Erika memberikan lamaran tersebut ke laki - laki tadi, yang ternyata kasir disini.
"Semoga ada harapan disini" batin erika menatap lekat cafe tersebut. Sebelum berlalu meninggalkannya.
BersambungSungguh perjuangan yang luar biasa erika melamar di empat tempat kerja, dimana kah ia akan diterima? Mampukah dia menjadi seperti pemilik. Cafe tersebut
Erika melirik jam diponsel yang sudah pukul 11.40 yang berarti sekitar setengah jam lagi akan masuk waktu solat zuhur dan makan siang, hari ini hari sabtu dimana memang aktivitas kuliah libur,. Jadi erika bisa mengantar lamaran kerjanya selesai hari ini,"Sepertinya lebih baik aku menunggu dimasjid kampus saja, selesai zuhuran baru lanjutkan lagi antar lamaran ke tempat laundry dan toko buku". Guman erika, yang beranjak pergi meningalkan cafe tersebut.Erika menuju masjid kampus yang tak jauh dari cafe dan tempat fotocopy yang ia masuki lamaran kerja tadi, kampus erika memang tergolong kampus swasta yang elit ditambah berada di pusat kota, dilengkapi fasilitas-fasilitas lainnya membuat erika beruntung sekaligus sengsara karena hampir seluruh mahasiswa anak orang kaya yang sangat jauh berbeda dengan erika."Eh pak mamad, sabtu masuk ya pak kerja ?? erika pikir kalo orang nggak kuliah bapak libur juga",Erika yang ber
Erika melangkahkan kaki meninggalkan masjid kampus, mencari angkot menuju laundry dan toko buku yang ingin di masuki lamaran. Matahari sedang terik - teriknya kulihat dihandphone pukul 12.40 WIB"Pak berhenti disimpang empat lampu merah depan ya." Pinta erika pada supir angkot yang ku naikiKakinya melangkah menuju toko buku yang tak jauh dari lampu merah, toko buku besar dipinggir jalan yang cukup terkenal dikota ini, biasanya mahasiswa-mahasiswa yang sedang mengerjakan penelitian akan membeli buku disini.Toko cukup ramai erika melihat muda-mudi berkacamata sibuk dengan bacaan dimeja."Permisi kak, maaf menganggu? Beberapa hari yang lalu saya lihat dihalaman sosmed bahwa toko ini sedang mencari pegawai? Jadi apa masih bisa saya melamar pekerjaan yang ditawarkan tersebut". Tanya erika kepada salah satu pegawai toko tersebut"Oh kalo untuk itu lamaran bisa dititipkan di kasir kak, nanti jika berkasn
Erika pergi meninggalkan minimarket dengan kata - kata bijak bocah penjual koran yang masih membekas, melangkah menuju laundry target terakhir yang akan dimasuki lamaran, tak jauh sekitar 15 meter dari minimarket disebrang jalan sana.Erika memandangi bagian depan laundry tersebut, sudah tak ada lagi papan iklan yang bertuliskan karyawan.Kakinya melangkah dengan ragu menghampiri karyawan laundry."Mau lamar kerja ya?", Pertanyaan laki - laki separuh baya dari belakang dengan seutas senyum ketika erika berbalik melihatnya"Eh iya pak, niatannya begitu". Jawab erika membalas senyumnya"Waduh maaf, nak kamu terlambat sudah keduluan orang bapak sedang butuh cepat soalnya". Jawabnya menjelaskanTernyata bapak tersebut pemilik laundry yang akan erika masuki lamaran."Nggak perlu minta maaf pak, bukan rezeki saya berarti disini hehe"."Kalo begitu saya pa
Erika sedang menkmati udara pagi, entah kenapa untuknya dapat menghirup udara pagi begitu disenanginya dan menjadi rutinitas, karena baginya setelah pagi berganti yang ada diudara hanyalah polusi."Erika hari ini nggak kemana - manakan, nanti nenek kemungkinan sekitar jam 10.00 WIB sudah tiba dirumah, ibu nggak bisa nyambut mau jualan kue kekomplek - komplek perumahan sana".Jelas ibu yang tengah bersiap untuk jualan"Iya bu, nggak kemana - mana kok".Keputusan semalam yang erika sampaikan ke ibu atas pilihan yang diberikan nenek sudah ibu sampaikan ke nenek apa yang erika dan ibu pilih, jadi hari ini nenek akan pindah. Bagaimana pun sikap nenek nanti kita lihat saja kedepannya, tapi doakan nenek sudah berubah tak seperti dulu lagi."Nanti barang-barang nenek tarok dikamar ibu saja, sama jangan lupa nanti kamu masak ya belanja beli lauk sama sayur".Ibu menyodorkan uang 50 ribu kepada erika
Sudah tiga hari erika dan ibu tinggal satu atap, erika merasa nenek sudah jauh berubah dari sikapnya dahulu, nenek sudah tidak berteriak dan memaki, meski belum ada kata maaf dari mulutnya yang keluar kepada erika dan ibu. Tapi itu tak jadi masalah yang penting nenek tidak membuat kegaduhan."Kamu jangan menyia - yiakan waktu, meski waktu muda cuma datang sekali jangan sampai terlena, harus ada masa depan yang lebih cerah erika, kamu ingat kata nenek". Nenek menasehati erika"Iya nek, doakan saja erika ya erika membalas tatapan nenek"."Kalau cuma doa tanpa usaha yah nihil, satu lagi kalian berdua ini jangan mau saja direndahkan sekali-kali balas". Nenek melengos meninggalkan aku dan ibu yang masih menikmati makan malam...."Ibu erika berangkat kuliah ya","Nenek mana?"."Nenek keluar tadi cari angin katanya","ohh, yasudah pergi dulu ya".."Hati - hati,
Erika sangat bahagia mendengar bahwa ia sudah diterima dan bekerja besok, sungguh ia tak menyangka jika akan diterima dan tak mengira jika nomor hp yang diberikannya salah mungkin karena sudah mengantuk ia bisa keliru . Tentu jika dia tidak ikut sisil, doni, dan riski mungkin tidak akan ada kelanjutan jika dia hanya menunggu panggilan di hp. Karena nomor hp yang diberikan salah tentu ia juga tak akan menerima panggilan dari toko buku karen sampai saat ini juga belum ada panggilan dari toko teesebut. Tapi karena sudah diterima dicafe ini, erika juga tak begitu mengharapkan untuk bekerja di toko buku itu. "Eh kenapa lu dipanggil ka, lama banget ilangnya?? ". Sisil langsung melempar pertanyaan kepada erima yang sudah kembali ke meja, yah erika memang cukup lama meninggalkan mereka bertiga untung saja erika tak ditinggalkan. "Lu nggak ada masalah kan??, sampe dipanggil kasir segala. Atau jangan-jangan lu makan tapi nggak bayar?? ". Selid
Erika berjalan mengikuti riski sampai kemobilnya, ketimbang harus membayar apa yang riski bicarakan tadi."Jadi pulang sama gue??".Riski yang menyadari erika yang mengikutinya keparkiran kampus."Gue nggak ada duit buat bayar traktiran tadi, tau gitu gue bakal nolak ditraktir lo."Riski tersenyum melihat erika yang bicara menunduk kebawah. Dengan suara yang cukup lantang, erika bukan tidak terlihat merutuk ke riski namun terlihat seperti merutuki diri sendiri di mata riski dengan caranya seperti itu."Gue bercanda kali soal traktiran tadi"."Maksud lo apa?, jelas - jelas tadi lo bikin dua opsi? ""Jadi lo pikir gue serius?, gue nggak sejahat itu kalo meras orang kayak lo"."Yaudah masuk gue antar lo pulang kalo yang ini nggak bercanda dari awal".....Mobil sport riski yang seharusnya bisa membawa erika lebih cepat sampai kerumah, justru
Erika sudah siap untuk berangkat kuliah dengan dandanan seadanya namum tak memungkiri wajah cantik akan tetap cantik meski tidak didandani pakaian mewah ataupun make up mahal."Ibu, nenek. Erika berangkat kuliah dulu ya"."Pulang jam berapa nanti??","Nanti erika kabari ya bu"."Emang anak kamu mau kemana? Pake ditanya pulang jam berapa? Dia kuliahkan ya pulang seperti biasa"."Dia ada kerjaan buk katanya kemaren habis kuliah""Kerjaan?""....Erika masih berdiri menunggu angkot, tapi pikirannya dipenuhi pesan dari riski semalam, akan menjemputnya kekampus hari ini. Meski erika sudah menolaknya semalam namun tak ada jawaban yang membuat erika ragu, bagaimana jika riski tetap menjemputnya."Gue naik angkot apa nunggu dia jemput ya, tapi kan semalaman udah gue tolak tapi nggak ada balasan, Gimana nanti kalo dia jemput?? Terus gue udah pergi?? Nan
Erika sudah berada dirumah riski, ia mengamati rumah dua lantai tersebut dari ruang tamu yang bisa melihat kesemua sisi, matanya tak menemukan siapapun selain dirinya yang berdiri mengigil kedinginan. Riski sudah hampir 10 menit meninggalkannya pergi kekamar."Ngapain berdiri disitu?"Suara riski mengagetkan erika."Lo yang nyuruh gue tunggu disini"Erika mengernyitkan dahi atas pertanyaan riskiRiski tertawa, "Maksud gue kenapa nggak duduk aja, takut kursinya basah? "Erika berdehem mendengar riski yang memberikan pertanyaan yang di jawab sendiri."Udah ada balasan dari ibu lo?""Belum, tapi dia pasti khawatir banget".Erika menatap handphonenya, ketika di mobil tadi erika sudah mengirimkan pesan ke ibu untuk menandakan dirinya baik - baik saja. Namun, sampai sekarang belum ada balasan. Erika sudah berusaha menelpon tapi tidak ada jawaban dari ibunya. Perasaan bersal
Rintik - rintik gerimis sudah berubah menjadi tetes hujan. Erika memeluk erat tas yang sudah dimantelkan agar tidak terlalu basah, gadis tersebut masih enggan meneduhkan dirinya. Lalu lalang kendaraan melaju begitu cepat dijalanan tak peduli ada dia yang sedang kehujanan. Erika tidak tahu sudah pukul berapa sekarang, hpnya disimpan ditas agar tidak ikut basah. Ia sendiri sudah basah keseluruhan badan. Beberapa mobil melaju kencang digenangan air jalan menambah penderitaan dengan cipratan, tidak ada makian atau umpatan kepada pengendara. Erika sibuk memikirkan nasibnya dan berharap akan ada angkot meski dikeaadaan seperti ini. Erika mengangkat kakinya berbalik badan menuju emperan toko yang sudah tutup setelah berapa lama dia berdiri dia hujan. Dia menyerah menunggu angkot dipikiran erika tidak akan ada lagi angkot yang lewat melihat sudah berapa lama ia berdiri menunggu, dirinya sekarang har
Sudah pukul sembilan malam. Erika masih mengobrol bersama tori, dika dan pak wiranto yang baru sempat berkenalan dan bicara banyak dengannya. Sungkan erika meninggalkan obrolan tersebut ditambah pak wiranto orang yang senang bicara."Udah yok pak pulang, udah jam sembilan lewat nih"Dika memotong pembicaraan pak wiranto yang asik bicara tentang banyak hal, kata tori pak wiranto memang seperti itu terlebih jika bertemu orang baru seperti erika.Laki - laki umur 40an itu melirik jam tangannya.Kemudia tertawa " Oh yaampun kebanyakan ya cerita bapak. Yaudah kita lanjut besok lagi ya" yang kembali ia akhiri dengan tawa menatap semua orang."Iya kebanyakan, udah malem nih" Dika mendorong badan pak wiranto menuju pintu keluar."Eh tunggu" pak wiranto membalik tubuhnya menoleh kepada erika dan tori yang berjala
Erika sudah siap untuk berkerja hari ini, dipikirannya masih terpikir akan perkataan yang riski ucapkan tadi. Apakah dia begitu lemah selama ini dimata orang-orang.Erika sudah sampai di luar cafe, kondisi cafe tidak begitu ramai, hanya ada beberapa penggunjung yang sepertinya mahasiswa. Mungkin karena belum jam makan siang jadi belum terlalu ramaiTanpa langkah ragu erika melangkahkan kaki memasuki cafe tiada gengsi atau malu yang menganggu pikirannya jika akan bertemu dengan orang yang akan mengenalinya.Erika menyemangati dirinya sendiri,"Okeh erika fighting, gue bisa semangat jangan sampai mengecewakan hari ini. Okay"Erika meletakkan tangannya didada......"Permisi kak",Erika menghampiri kasir."Eh iya, udah siap kerja hari ini kak? ""Siap kak, jadi saya boleh mulai dari mana?? "."Ini kak di ganti dulu bajunya, bisa ganti dibelakang ada khusus karyawan".Sikasi
Erika sudah siap untuk berangkat kuliah dengan dandanan seadanya namum tak memungkiri wajah cantik akan tetap cantik meski tidak didandani pakaian mewah ataupun make up mahal."Ibu, nenek. Erika berangkat kuliah dulu ya"."Pulang jam berapa nanti??","Nanti erika kabari ya bu"."Emang anak kamu mau kemana? Pake ditanya pulang jam berapa? Dia kuliahkan ya pulang seperti biasa"."Dia ada kerjaan buk katanya kemaren habis kuliah""Kerjaan?""....Erika masih berdiri menunggu angkot, tapi pikirannya dipenuhi pesan dari riski semalam, akan menjemputnya kekampus hari ini. Meski erika sudah menolaknya semalam namun tak ada jawaban yang membuat erika ragu, bagaimana jika riski tetap menjemputnya."Gue naik angkot apa nunggu dia jemput ya, tapi kan semalaman udah gue tolak tapi nggak ada balasan, Gimana nanti kalo dia jemput?? Terus gue udah pergi?? Nan
Erika berjalan mengikuti riski sampai kemobilnya, ketimbang harus membayar apa yang riski bicarakan tadi."Jadi pulang sama gue??".Riski yang menyadari erika yang mengikutinya keparkiran kampus."Gue nggak ada duit buat bayar traktiran tadi, tau gitu gue bakal nolak ditraktir lo."Riski tersenyum melihat erika yang bicara menunduk kebawah. Dengan suara yang cukup lantang, erika bukan tidak terlihat merutuk ke riski namun terlihat seperti merutuki diri sendiri di mata riski dengan caranya seperti itu."Gue bercanda kali soal traktiran tadi"."Maksud lo apa?, jelas - jelas tadi lo bikin dua opsi? ""Jadi lo pikir gue serius?, gue nggak sejahat itu kalo meras orang kayak lo"."Yaudah masuk gue antar lo pulang kalo yang ini nggak bercanda dari awal".....Mobil sport riski yang seharusnya bisa membawa erika lebih cepat sampai kerumah, justru
Erika sangat bahagia mendengar bahwa ia sudah diterima dan bekerja besok, sungguh ia tak menyangka jika akan diterima dan tak mengira jika nomor hp yang diberikannya salah mungkin karena sudah mengantuk ia bisa keliru . Tentu jika dia tidak ikut sisil, doni, dan riski mungkin tidak akan ada kelanjutan jika dia hanya menunggu panggilan di hp. Karena nomor hp yang diberikan salah tentu ia juga tak akan menerima panggilan dari toko buku karen sampai saat ini juga belum ada panggilan dari toko teesebut. Tapi karena sudah diterima dicafe ini, erika juga tak begitu mengharapkan untuk bekerja di toko buku itu. "Eh kenapa lu dipanggil ka, lama banget ilangnya?? ". Sisil langsung melempar pertanyaan kepada erima yang sudah kembali ke meja, yah erika memang cukup lama meninggalkan mereka bertiga untung saja erika tak ditinggalkan. "Lu nggak ada masalah kan??, sampe dipanggil kasir segala. Atau jangan-jangan lu makan tapi nggak bayar?? ". Selid
Sudah tiga hari erika dan ibu tinggal satu atap, erika merasa nenek sudah jauh berubah dari sikapnya dahulu, nenek sudah tidak berteriak dan memaki, meski belum ada kata maaf dari mulutnya yang keluar kepada erika dan ibu. Tapi itu tak jadi masalah yang penting nenek tidak membuat kegaduhan."Kamu jangan menyia - yiakan waktu, meski waktu muda cuma datang sekali jangan sampai terlena, harus ada masa depan yang lebih cerah erika, kamu ingat kata nenek". Nenek menasehati erika"Iya nek, doakan saja erika ya erika membalas tatapan nenek"."Kalau cuma doa tanpa usaha yah nihil, satu lagi kalian berdua ini jangan mau saja direndahkan sekali-kali balas". Nenek melengos meninggalkan aku dan ibu yang masih menikmati makan malam...."Ibu erika berangkat kuliah ya","Nenek mana?"."Nenek keluar tadi cari angin katanya","ohh, yasudah pergi dulu ya".."Hati - hati,
Erika sedang menkmati udara pagi, entah kenapa untuknya dapat menghirup udara pagi begitu disenanginya dan menjadi rutinitas, karena baginya setelah pagi berganti yang ada diudara hanyalah polusi."Erika hari ini nggak kemana - manakan, nanti nenek kemungkinan sekitar jam 10.00 WIB sudah tiba dirumah, ibu nggak bisa nyambut mau jualan kue kekomplek - komplek perumahan sana".Jelas ibu yang tengah bersiap untuk jualan"Iya bu, nggak kemana - mana kok".Keputusan semalam yang erika sampaikan ke ibu atas pilihan yang diberikan nenek sudah ibu sampaikan ke nenek apa yang erika dan ibu pilih, jadi hari ini nenek akan pindah. Bagaimana pun sikap nenek nanti kita lihat saja kedepannya, tapi doakan nenek sudah berubah tak seperti dulu lagi."Nanti barang-barang nenek tarok dikamar ibu saja, sama jangan lupa nanti kamu masak ya belanja beli lauk sama sayur".Ibu menyodorkan uang 50 ribu kepada erika