Home / Romansa / Anak Mafia / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Anak Mafia: Chapter 41 - Chapter 50

68 Chapters

Bab 41

 Beberapa saat si kembar menatap Gerry dengan khawatir, sebelum kemudian Dedi segera memeriksa kondisi Gerry. Dedi mendapati dirinya menghela nafas lega setelah mengetahui Gerry masih hidup. Namun luka yang di terima cukup parah, enam peluru menembus dada dan punggungnya, juga dua peluru lain melukai lengannya. Itu mengakibatkan pendarahan yang sangat serius.  “Dia masih hidup. Kita harus cepat membawanya ke rumah sakit sebelum terlambat.” Kata Dedi yang membuat Jenny merasa sedikit lega mendapatkan secercah harapan untuk suaminya selamat.  Ketika Dedi dan Dodi hendak mengangkat tubuhnya, tiba-tiba Gerry terbatuk dan memuntahkan seteguk darah dari mulutnya. Seketika itu membuat Jenny dan si kembar panik. Mereka terdiam menatap Gerry dengan perasaan khawatir yang tidak terkira.   Perlahan Gerry membuka matanya, dia merasakan kesakitan di seluruh tubuhnya. Otot-ototnya seakan mati rasa. “Kenapa kalian hanya memandangiku? Apa kalian berh
last updateLast Updated : 2021-09-08
Read more

Bab 42

 Dua hari berlalu dengan cepat. Setelah mereka mencari pendonor darah yang cocok untuk Gerry, tidak membutuhkan waktu lama bagi dokter dan Jenny untuk mendapatkannya. Itu sangat membantu Gerry untuk berjuang keluar dari masa-masa kritisnya.   Gerry perlahan membuka matanya, memutar mata memperhatikan sekeliling. Kemudian mendapati Jenny duduk tertidur, kepalanya bersandar pada sisi tempat Gerry berbaring.   Gerry memaksa tangannya bergerak membelai rambut panjang Jenny, pada saat bersamaan ingatan tentang kejadian yang menimpanya sebelumnya, sedikit demi sedikit muncul di dalam otaknya. Gerry akhirnya sepenuhnya telah sadar.  Jenny terbangun ketika merasakan belaian lembut bergerak di atas kepalanya. Dia mengusap matanya sesaat, kemudian dengan sedikit kaget dia mengalihkan pandangannya ke arah Gerry, dan dia tersenyum. “Kau sudah sadar, sayang.” Kata Jenny dengan senyum bahagianya.  Gerry mengangguk pelan dan tersen
last updateLast Updated : 2021-09-08
Read more

Bab 43

 Kabar tentang penembakan terhadap Gerry tidak pernah di ketahui oleh siapa pun, selain orang-orang terdekatnya. Koran dan media masa lain tidak ada yang memberitakannya.  Siang itu, Gerry sedang menikmati makan siangnya. Jenny dengan sabar menyuapi suaminya.  “Apa yang sedang kau pikirkan, Gerry?” Jenny bertanya. Dia memperhatikan Gerry yang tampak sedang memikirkan sesuatu.  “Oh, tidak.” Jawab Gerry yang terkejut. “Sepertinya aku hanya merasakan firasat yang tidak baik.”  “Tentang apa itu? Kau membuatku merasa cemas.” Tanya Jenny.  Gerry bisa melihat dengan jelas kekhawatiran mulai terpancar dari wajah Jenny. “Entahlah, mungkin aku hanya berpikir terlalu berlebihan. Tidak perlu kau pikirkan, sayang.” Kata Gerry menenangkan istrinya. “Tolong panggilkan Dedi dan Dodi untuk menemuiku. Aku ingin berbicara dengan mereka.”  “Baiklah, akan aku lakukan nanti setelah kamu menyelesaikan makan siang dan minum
last updateLast Updated : 2021-09-09
Read more

Bab 44

 Pagi hari setelahnya, mereka sudah menyiapkan semua yang di perlukan, dan Gerry menyelesaikan semua urusannya di rumah sakit. Meskipun Dokter awalnya tidak mengizinkannya meninggalkan rumah sakit karena luka Gerry yang belum sembuh, namun itu tidak cukup untuk menghentikan Gerry untuk melakukan apa pun sesuai keinginannya.  Dodi membantu Gerry menuju mobil, yang sudah di siapkan Dedi di depan rumah sakit, menggunakan kursi roda. Sedangkan Jenny yang hanya bisa mengikuti keinginan suaminya, berjalan di depan mereka.  “Sekarang masih jam enam pagi, Gerry. Sedangkan kapal akan berlayar jam tiga sore. Tidakkah ini terlalu cepat untuk meninggalkan rumah sakit?” tanya Dedi ketika dia bersiap untuk menjalankan mobil.  “Ya, kau benar. Aku ingin menemui seseorang sebelum kita berangkat.” Jawab Gerry. “Tempat yang akan kita tuju cukup jauh, jadi kita harus membuang banyak waktu.”  “Menemui seseorang? Bukankah kamu mengatakan kepada kam
last updateLast Updated : 2021-09-10
Read more

Bab 45

 Pagi hari, setelah berlayar lebih dari dua belas jam, kapal yang ditumpangi Gerry, Jenny dan si kembar berlabuh di sebuah pulau kecil. Pulau itu terletak di laut Jawa, di mana Freddy membangun rumah sebagai tempat persembunyian keluarganya. Tidak banyak manusia yang hidup di pulau itu, hanya sekitar lima ratus jiwa. Maka tidak aneh jika jarak antara rumah satu dan rumah yang lainnya sangat jauh, karena sebagian besar daratannya berupa ladang, sawah dan hutan. Dan satu-satunya akses yang bisa di lalui untuk ke pulau itu hanya menggunakan kapal.  Ketika kapal hendak berlabuh, Jenny memandang pulau dari atas kapal, dia tidak bisa menahan perasaannya yang mulai khawatir. Bagaimanapun dia adalah wanita yang dibesarkan dalam suasana keramaian kota, dan membayangkan bahwa dia harus hidup di tempat terpencil untuk pertama kali seumur hidupnya, mau tidak mau hal itu membuatnya merasakan ketakutan.  Gerry bisa memahami apa yang dipikirkan istrinya hanya dengan
last updateLast Updated : 2021-09-12
Read more

Bab 46

 Sore harinya, Jenny ikut bersama Gerry pergi ke rumah si kembar. Jenny tidak terkejut ketika mendengar yang akan mereka kunjungi adalah mertua Gerry, karena dia telah mengetahui hal itu sejak lama. Sebelum mereka menikah, Gerry sudah menceritakan tentangnya yang pernah menikah dengan seorang gadis desa bernama Dewi. Awalnya Jenny murka ketika mengetahui kenyataan pernikahan itu, dia merasa seperti seorang yang kesetiaannya telah dikhianati. Namun, Freddy turut membantu Gerry menjelaskan tentang itu kepada Jenny, meskipun sangat sulit, akhirnya Jenny bisa dengan ikhlas menerimanya. Apalagi ketika mengetahui Dewi telah mati terbunuh, dia pun berempati terhadap nasibnya.  Gerry menatap rumah Handoyo dengan tatapan sedih ketika keluar dari mobilnya. Dia memutar matanya ke sekeliling, tampak tidak ada yang berubah dengan lingkungan rumah itu sejauh yang bisa dia ingat.  Tapi tatapan Gerry terhenti pada salah satu ujung halaman rumah itu. Seketika dia tidak
last updateLast Updated : 2021-09-12
Read more

Bab 47

 Malam itu, Gerry terbangun dari tidurnya. Ketika dia melirik jam yang tergantung di dinding kamar masih menunjukkan pukul satu kurang sepuluh menit. Dia mencoba membenamkan kepalanya pada bantal supaya bisa melanjutkan tidurnya. Matanya masih terasa mengantuk, tapi seberapa keras pun dia menutup mata, ada sesuatu yang mengganjal di pikirannya membuat Gerry tidak bisa tidur.  Dengan malas Gerry memaksa tubuhnya untuk bangkit, lalu duduk di atas ranjangnya. Dia menatap kosong ke arah depan, seperti sedang memperkerjakan otaknya dengan sangat keras untuk berpikir. Beberapa saat kemudian ekspresi wajahnya tampak murung, dia mengacak-acak rambutnya dengan kasar menggunakan kedua tangannya seperti seorang yang sedang frustrasi.   Dia mungkin bisa bersikap tenang seolah tidak ada hal berat yang ia pikirkan ketika di depan semua orang. Tapi yang sebenarnya terjadi adalah Gerry merasa sangat stres dengan apa yang ada di otaknya.  Dia merasa m
last updateLast Updated : 2021-09-16
Read more

Bab 48

 Gerry merasakan keraguan. Dia memandang Gatot dengan tatapan kosong, sambil beberapa kali menghisap rokoknya dengan lebih cepat. Sebenarnya dia sendiri tidak bisa merasakan secara pasti apa yang mengganggu pikirannya, tapi yang sengat jelas adalah dia bisa merasakan ketakutannya atas kematian.  “Meskipun hanya sekali kau mengalami hal buruk di dalam hidupmu, itu bisa saja mengakibatkan trauma psikologis yang sangat parah.” Kata Gatot menjelaskan. “Yang harus kau ketahui adalah bahwa trauma psikologis bisa saja sembuh dengan sendirinya jika kau bisa mengendalikan pikiranmu sendiri untuk melupakan trauma itu."  Gerry tetap diam mendengarkan penjelasan pamannya dengan saksama. “Tapi, akan lebih buruk jika kau membiarkan trauma terus menerus mengendalikan pikiranmu, dan itu akan menimbulkan efek trauma berkepanjangan, yang akan mengakibatkan gangguan kejiwaan lain seperti post-traumatic stress disorder atau PTSD, gangguan kecemasan berlebih dan bahkan dep
last updateLast Updated : 2021-09-16
Read more

Bab 49

 Gerry sangat menikmati tidur nyenyaknya hingga menjelang siang dia baru terbangun. Raut wajahnya terlihat lebih cerah daripada hari-hari sebelumnya. Dia merasa seolah terlahir kembali dalam hidupnya.  Jenny memasuki kamar hendak membangunkan Gerry. Dia membawa baskom berisi air yang akan digunakan untuk membersihkan tubuh suaminya serta mengganti perban yang membalut luka-lukanya. Dia terlihat sedikit terkejut ketika mendapati suaminya sudah terbangun dengan ekspresi wajahnya yang tampak berseri-seri. Jenny merasa bahwa suaminya terlihat lebih tampan dari sebelumnya.  Tentu saja, Jenny tidak mengetahui apa pun kecemasan yang dipikirkan Gerry sebelumnya, dan apalagi sekarang bahwa suaminya sudah bisa mengendalikan otaknya sendiri untuk berpikir lebih positif setelah mendapatkan pencerahan dari pamannya.  “Kamu terlihat sangat bahagia hari ini, sayang. Apakah kamu habis memenangkan lotre?” tanya Jenny dengan nada bercanda menggoda suaminya.
last updateLast Updated : 2021-09-17
Read more

Bab 50

 Sebuah cerita rakyat sejak dulu telah mengalir secara turun menurun di pulau tempat Gerry dan keluargannya mengasingkan diri. Menurut ceritanya, dahulu kala pulau itu hanya di huni oleh sepasang suami istri. Mereka berasal dari kota yang melarikan diri dari keluarganya karena hubungan percintaan mereka tidak mendapatkan restu. Kemudian mereka menikah diam-diam sebelum akhirnya memutuskan untuk mengasingkan diri di pulau itu hingga akhirnya beranak pinak sampai saat ini.   Sedangkan untuk bertahan hidup, mereka hanya memanfaatkan bahan makanan apa pun yang ada di hutan dan juga berburu. Beruntungnya karena si pria adalah seorang yang tangguh baik secara fisik maupun kebatinan. Dia terus menerus mengasah kemampuannya hingga akhirnya dia mampu menguasai ilmu bela diri yang sangat mahir menggunakan pedang, yang selanjutnya di ajarkan kepada anak cucunya hingga sekarang.  Gerry merasakan kegembiraan yang tidak terukur muncul di dalam benaknya ketika m
last updateLast Updated : 2021-09-17
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status