Share

Bab 42

Penulis: Satama
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-08 16:44:09

 Dua hari berlalu dengan cepat. Setelah mereka mencari pendonor darah yang cocok untuk Gerry, tidak membutuhkan waktu lama bagi dokter dan Jenny untuk mendapatkannya. Itu sangat membantu Gerry untuk berjuang keluar dari masa-masa kritisnya. 

 Gerry perlahan membuka matanya, memutar mata memperhatikan sekeliling. Kemudian mendapati Jenny duduk tertidur, kepalanya bersandar pada sisi tempat Gerry berbaring. 

 Gerry memaksa tangannya bergerak membelai rambut panjang Jenny, pada saat bersamaan ingatan tentang kejadian yang menimpanya sebelumnya, sedikit demi sedikit muncul di dalam otaknya. Gerry akhirnya sepenuhnya telah sadar.

 Jenny terbangun ketika merasakan belaian lembut bergerak di atas kepalanya. Dia mengusap matanya sesaat, kemudian dengan sedikit kaget dia mengalihkan pandangannya ke arah Gerry, dan dia tersenyum. “Kau sudah sadar, sayang.” Kata Jenny dengan senyum bahagianya.

 Gerry mengangguk pelan dan tersen

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Anak Mafia   Bab 43

    Kabar tentang penembakan terhadap Gerry tidak pernah di ketahui oleh siapa pun, selain orang-orang terdekatnya. Koran dan media masa lain tidak ada yang memberitakannya. Siang itu, Gerry sedang menikmati makan siangnya. Jenny dengan sabar menyuapi suaminya. “Apa yang sedang kau pikirkan, Gerry?” Jenny bertanya. Dia memperhatikan Gerry yang tampak sedang memikirkan sesuatu. “Oh, tidak.” Jawab Gerry yang terkejut. “Sepertinya aku hanya merasakan firasat yang tidak baik.” “Tentang apa itu? Kau membuatku merasa cemas.” Tanya Jenny. Gerry bisa melihat dengan jelas kekhawatiran mulai terpancar dari wajah Jenny. “Entahlah, mungkin aku hanya berpikir terlalu berlebihan. Tidak perlu kau pikirkan, sayang.” Kata Gerry menenangkan istrinya. “Tolong panggilkan Dedi dan Dodi untuk menemuiku. Aku ingin berbicara dengan mereka.” “Baiklah, akan aku lakukan nanti setelah kamu menyelesaikan makan siang dan minum

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-09
  • Anak Mafia   Bab 44

    Pagi hari setelahnya, mereka sudah menyiapkan semua yang di perlukan, dan Gerry menyelesaikan semua urusannya di rumah sakit. Meskipun Dokter awalnya tidak mengizinkannya meninggalkan rumah sakit karena luka Gerry yang belum sembuh, namun itu tidak cukup untuk menghentikan Gerry untuk melakukan apa pun sesuai keinginannya. Dodi membantu Gerry menuju mobil, yang sudah di siapkan Dedi di depan rumah sakit, menggunakan kursi roda. Sedangkan Jenny yang hanya bisa mengikuti keinginan suaminya, berjalan di depan mereka. “Sekarang masih jam enam pagi, Gerry. Sedangkan kapal akan berlayar jam tiga sore. Tidakkah ini terlalu cepat untuk meninggalkan rumah sakit?” tanya Dedi ketika dia bersiap untuk menjalankan mobil. “Ya, kau benar. Aku ingin menemui seseorang sebelum kita berangkat.” Jawab Gerry. “Tempat yang akan kita tuju cukup jauh, jadi kita harus membuang banyak waktu.” “Menemui seseorang? Bukankah kamu mengatakan kepada kam

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-10
  • Anak Mafia   Bab 45

    Pagi hari, setelah berlayar lebih dari dua belas jam, kapal yang ditumpangi Gerry, Jenny dan si kembar berlabuh di sebuah pulau kecil. Pulau itu terletak di laut Jawa, di mana Freddy membangun rumah sebagai tempat persembunyian keluarganya. Tidak banyak manusia yang hidup di pulau itu, hanya sekitar lima ratus jiwa. Maka tidak aneh jika jarak antara rumah satu dan rumah yang lainnya sangat jauh, karena sebagian besar daratannya berupa ladang, sawah dan hutan. Dan satu-satunya akses yang bisa di lalui untuk ke pulau itu hanya menggunakan kapal. Ketika kapal hendak berlabuh, Jenny memandang pulau dari atas kapal, dia tidak bisa menahan perasaannya yang mulai khawatir. Bagaimanapun dia adalah wanita yang dibesarkan dalam suasana keramaian kota, dan membayangkan bahwa dia harus hidup di tempat terpencil untuk pertama kali seumur hidupnya, mau tidak mau hal itu membuatnya merasakan ketakutan. Gerry bisa memahami apa yang dipikirkan istrinya hanya dengan

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-12
  • Anak Mafia   Bab 46

    Sore harinya, Jenny ikut bersama Gerry pergi ke rumah si kembar. Jenny tidak terkejut ketika mendengar yang akan mereka kunjungi adalah mertua Gerry, karena dia telah mengetahui hal itu sejak lama. Sebelum mereka menikah, Gerry sudah menceritakan tentangnya yang pernah menikah dengan seorang gadis desa bernama Dewi. Awalnya Jenny murka ketika mengetahui kenyataan pernikahan itu, dia merasa seperti seorang yang kesetiaannya telah dikhianati. Namun, Freddy turut membantu Gerry menjelaskan tentang itu kepada Jenny, meskipun sangat sulit, akhirnya Jenny bisa dengan ikhlas menerimanya. Apalagi ketika mengetahui Dewi telah mati terbunuh, dia pun berempati terhadap nasibnya. Gerry menatap rumah Handoyo dengan tatapan sedih ketika keluar dari mobilnya. Dia memutar matanya ke sekeliling, tampak tidak ada yang berubah dengan lingkungan rumah itu sejauh yang bisa dia ingat. Tapi tatapan Gerry terhenti pada salah satu ujung halaman rumah itu. Seketika dia tidak

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-12
  • Anak Mafia   Bab 47

    Malam itu, Gerry terbangun dari tidurnya. Ketika dia melirik jam yang tergantung di dinding kamar masih menunjukkan pukul satu kurang sepuluh menit. Dia mencoba membenamkan kepalanya pada bantal supaya bisa melanjutkan tidurnya. Matanya masih terasa mengantuk, tapi seberapa keras pun dia menutup mata, ada sesuatu yang mengganjal di pikirannya membuat Gerry tidak bisa tidur. Dengan malas Gerry memaksa tubuhnya untuk bangkit, lalu duduk di atas ranjangnya. Dia menatap kosong ke arah depan, seperti sedang memperkerjakan otaknya dengan sangat keras untuk berpikir. Beberapa saat kemudian ekspresi wajahnya tampak murung, dia mengacak-acak rambutnya dengan kasar menggunakan kedua tangannya seperti seorang yang sedang frustrasi. Dia mungkin bisa bersikap tenang seolah tidak ada hal berat yang ia pikirkan ketika di depan semua orang. Tapi yang sebenarnya terjadi adalah Gerry merasa sangat stres dengan apa yang ada di otaknya. Dia merasa m

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-16
  • Anak Mafia   Bab 48

    Gerry merasakan keraguan. Dia memandang Gatot dengan tatapan kosong, sambil beberapa kali menghisap rokoknya dengan lebih cepat. Sebenarnya dia sendiri tidak bisa merasakan secara pasti apa yang mengganggu pikirannya, tapi yang sengat jelas adalah dia bisa merasakan ketakutannya atas kematian. “Meskipun hanya sekali kau mengalami hal buruk di dalam hidupmu, itu bisa saja mengakibatkan trauma psikologis yang sangat parah.” Kata Gatot menjelaskan. “Yang harus kau ketahui adalah bahwa trauma psikologis bisa saja sembuh dengan sendirinya jika kau bisa mengendalikan pikiranmu sendiri untuk melupakan trauma itu." Gerry tetap diam mendengarkan penjelasan pamannya dengan saksama. “Tapi, akan lebih buruk jika kau membiarkan trauma terus menerus mengendalikan pikiranmu, dan itu akan menimbulkan efek trauma berkepanjangan, yang akan mengakibatkan gangguan kejiwaan lain seperti post-traumatic stress disorder atau PTSD, gangguan kecemasan berlebih dan bahkan dep

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-16
  • Anak Mafia   Bab 49

    Gerry sangat menikmati tidur nyenyaknya hingga menjelang siang dia baru terbangun. Raut wajahnya terlihat lebih cerah daripada hari-hari sebelumnya. Dia merasa seolah terlahir kembali dalam hidupnya. Jenny memasuki kamar hendak membangunkan Gerry. Dia membawa baskom berisi air yang akan digunakan untuk membersihkan tubuh suaminya serta mengganti perban yang membalut luka-lukanya. Dia terlihat sedikit terkejut ketika mendapati suaminya sudah terbangun dengan ekspresi wajahnya yang tampak berseri-seri. Jenny merasa bahwa suaminya terlihat lebih tampan dari sebelumnya. Tentu saja, Jenny tidak mengetahui apa pun kecemasan yang dipikirkan Gerry sebelumnya, dan apalagi sekarang bahwa suaminya sudah bisa mengendalikan otaknya sendiri untuk berpikir lebih positif setelah mendapatkan pencerahan dari pamannya. “Kamu terlihat sangat bahagia hari ini, sayang. Apakah kamu habis memenangkan lotre?” tanya Jenny dengan nada bercanda menggoda suaminya.

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-17
  • Anak Mafia   Bab 50

    Sebuah cerita rakyat sejak dulu telah mengalir secara turun menurun di pulau tempat Gerry dan keluargannya mengasingkan diri. Menurut ceritanya, dahulu kala pulau itu hanya di huni oleh sepasang suami istri. Mereka berasal dari kota yang melarikan diri dari keluarganya karena hubungan percintaan mereka tidak mendapatkan restu. Kemudian mereka menikah diam-diam sebelum akhirnya memutuskan untuk mengasingkan diri di pulau itu hingga akhirnya beranak pinak sampai saat ini. Sedangkan untuk bertahan hidup, mereka hanya memanfaatkan bahan makanan apa pun yang ada di hutan dan juga berburu. Beruntungnya karena si pria adalah seorang yang tangguh baik secara fisik maupun kebatinan. Dia terus menerus mengasah kemampuannya hingga akhirnya dia mampu menguasai ilmu bela diri yang sangat mahir menggunakan pedang, yang selanjutnya di ajarkan kepada anak cucunya hingga sekarang. Gerry merasakan kegembiraan yang tidak terukur muncul di dalam benaknya ketika m

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-17

Bab terbaru

  • Anak Mafia   Bab 68

    DING DING Ponsel Tommy di atas meja berbunyi, layarnya menyala menampilkan sebuah nama yang meneleponnya. “Jenny.” Gumam Tommy menatap layar ponselnya mengenali identitas si penelepon. Tommy mengangkat ponsel dan mendekatkan ke telinganya setelah menerima panggilan telepon itu. Dia mengangkat salah satu tangannya sebagai instruksi agar orang-orang di sekitarnya diam. Suasana menjadi hening dalam sekejap. Meskipun berada di dalam area night club, ruang VIP itu hampir sepenuhnya terisolasi dari kebisingan luar karena diselimuti peredam suara. “Apa kabar, Jen?” sapa Tommy dengan lembut. “Apa yang sebenarnya terjadi dengan Helen, Tom?” tanya Jenny terdengar lirih dari ponsel Tommy. Tommy sejenak terdiam tanpa ekspresi mendengar pertanyaan Jenny yang tanpa basa-basi. “Jawab aku, Tom.” Jenny mendesak Tommy. “Kau sudah mengetahui beritanya, Jen?” Tommy balik bertanya. “Apa maksudmu berbalik menanyaiku?” Jenny mulai terdengar marah. “Semua saluran berita menyiarkan ke

  • Anak Mafia   Bab 67

    Gatot sedang rebahan dia atas sofa panjang sambil menonton televisi di ruang keluarga rumahnya ketika hari menjelang gelap. Tiba-tiba dia terperanjat duduk. Matanya terbelalak menatap tajam ke arah televisi yang menayangkan siaran berita tentang kecelakaan. Tanpa dia sadari tubuhnya mulai bergetar saat matanya fokus memperhatikan dua gambar potret wajah orang yang sepertinya dia kenali. Itu adalah dua foto wajah Jordi dan Helen, keponakan Gatot. “Tidak mungkin.” Bisiknya lirih kepada dirinya sendiri seolah dia belum bisa menerima kebenaran dari kabar siaran berita yang ditontonnya. Beberapa saat Gatot terpaku menyaksikan siaran televisi dengan tidak percaya. “Kakak ipar!” teriak Gatot yang masih duduk tercengang menatap televisinya. “Kakak ipar! Kakak ipar!” Gatot terus berteriak memanggil Luciana dengan panik karena tidak segera mendapatkan respons. Luciana keluar dari dalam kamarnya yang tidak jauh dari tempat Gatot berada. “Ada apa, Gatot? Kau berisik sekali” kata Luciana

  • Anak Mafia   Bab 66

    Jordi mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang melaju di tengah padatnya jalanan. Di dalam mobil suasana tampak canggung. Jordi dan Helen tidak berbicara satu sama lain. Sunyi. Hanya terdengar deru suara mesin kendaraan yang melaju di jalanan. Helen diam bersandar pada jok dan menatap keluar melalui kaca jendela mobil. Banyak hal yang sedang dia pikirkan. Jordi fokus menyetir sambil sesekali melirik ke arah Helen. Dia masih menganalisis sikap istrinya itu yang berbeda setelah bertemu dengan Albert. Jordi merasa seolah tidak mengenal dengan sosok cantik yang duduk di sampingnya. Ding Ding Ponsel Jordi berbunyi memecah keheningan. Rangkaian nomor terpampang di layar. Itu sebuah panggilan telepon dari nomor yang tidak dikenanya. Helen seketika melirik layar ponsel suaminya dengan ekspresi penuh selidik. “Kenapa tidak diterima?” tanya Helen saat melihat Jordi yang hanya menatap layar ponselnya. “Oh. Hanya sebuah nomor, aku tidak mengenalnya.” Jawab Jordi ragu-ragu. “Mungkin

  • Anak Mafia   Bab 65

    Jordi dan Helen memasuki sebuah rumah mewah yang terletak di pusat kota ketika hari menjelang siang. Itu adalah rumah Albert. Albert yang sudah menunggu kedatangan mereka sedang duduk di ruang tamu rumahnya. Beberapa pria berdiri di belakang Albert. Albert bangkit dan tersenyum menyambut Jordi dan Helen. Jordi membalas senyuman itu saat menjabat tangan Albert. Mereka terlihat sangat akrab. Sedangkan Helen tampak canggung melihat pemandangan itu. Dia awalnya merasa biasa saja, namun sekarang dia merasa ada yang aneh. Jordi sebelumnya bilang tidak mengenal pria paruh baya itu. Namun, ketika Helen memperhatikan lebih lama Jordi dan Albert, mereka tampak mirip. ‘Siapa pria ini?’ ‘Apa hubungan dia dengan Jordi?’ “Jadi kamu Helen?” pertanyaan Albert membuyarkan pikiran Helen. Helena memaksakan senyumnya. “Betul.” Jawabnya singkat. Mereka berjabat tangan sejenak. Albert menatap lekat mengenali Helen. Secara naluriah dia mengagumi sosok cantik dan tenang yang diperlihatkan oleh

  • Anak Mafia   Bab 64

    Jam di pergelangan tangan Dedi menunjukkan pukul dua lewat empat puluh lima menit dini hari, ketika dia dan Dodi selesai mengemasi barang-barang bawaannya. Dedi dan Dodi sudah menggendong ransel masing-masing dan bersiap untuk pergi dari rumah Jhony. “Kami sudah siap berangkat, paman.” Kata Dedi hendak berpamitan kepada Jack. “Apakah Anda yakin akan tetap di sini?” Tanyanya untuk memastikan kembali keputusan Jack. “Pergilah! Jaga diri kalian baik-baik. Dan kalian tidak perlu mengkhawatirkanku.” Jawab Jack meyakinkan si kembar. “Baiklah, paman. Anda juga harus menjaga diri.” Kata Dodi tersenyum kepada Jack. “Jika terjadi sesuatu, Anda bisa menghubungi nomor saya, paman.” Kata Dedi mengingatkan Jack. “Kami akan segera membicarakannya dengan Gerry sesampainya di sana.” Jack tersenyum kepada si kembar. “Berhati-hatilah!” katanya dengan singkat sesaat sebelum akhirnya Dedi dan Dodi pergi menin

  • Anak Mafia   Bab 63

    Setelah Tommy dan anak buahnya pergi, terlihat jelas sekali Jack menampilkan ekspresi wajah yang tidak senang. Dia merasa tidak puas atas perlakuan Tommy kepadanya. Begitu juga dengan Dedi dan Dodi. Namun, mereka tidak memikirkan tentang terbongkarnya persembunyiannya dari Tommy, melainkan mereka lebih memikirkan semua ucapan Tommy sebelum dia pergi. Untuk beberapa waktu mereka bertiga hanya duduk dalam keheningan di dalam ruangan itu. Mereka terlalu sibuk dengan pikiran masing-masing. “Apa yang harus kita lakukan selanjutnya, paman?” tanya Dedi yang memecah keheningan meminta pendapat dari Jack. Pertanyaan dari Dedi seketika menyadarkan Jack dari lamunannya. “Aku juga sedang memikirkannya.” Jawab Jack yang masih terlihat kebingungan. “Aku masih memikirkan perkataan Tommy. Entah kenapa aku merasa dia orang yang bersih.” Kata Dedi menyampaikan asumsinya. “Ya. Aku juga.” Dodi menimpali untuk mene

  • Anak Mafia   Bab 62

    Jack tidak menjawab pertanyaan dari Tommy. Dia membiarkan Tommy meluapkan segala bentuk emosinya. Dia berpikir dengan cara itu mungkin Tommy akan dapat menenangkan dirinya sendiri. Jadi Jack hanya tetap diam. Namun, apa yang dilakukan Jack adalah sebuah kesalahan. Tommy terlalu sakit hati menerima kenyataan. Dan sakit hati yang dia rasakan tidak dapat terobati semudah yang dipikirkan oleh Jack. Bahkan tidak hanya hatinya, tapi egonya juga terluka. “Kenapa kau tidak menjawabku? Apa kau mencoba mempermainkanku?” Tommy terus berteriak kepada Jack berharap mendapatkan penjelasan untuk memberi makan emosinya. “Kau tahu? Aku semalaman berkendara mengelilingi kota sambil menangis saat mendapatkan kabar kematianmu.” Kata Tommy sambil menunjuk ke arah Jack. “Ternyata aku salah. Kau hanya menganggapku seperti orang bodoh.” Tommy semakin brutal. Setelah selesai mengucapkan kalimatnya, dia memukul Jack dengan sekuat tenaga tepat

  • Anak Mafia   Bab 61

    Jack dan si kembar yang masih berbincang di dalam rumah Jhony tidak menyadari bahwa sekelompok orang sedang berjalan menghampiri mereka. Tommy menyadari ada sesuatu yang tidak beres di dalam rumah Jhony ketika dia mendapati pintu utama rumah itu dalam keadaan tidak terkunci. Perlahan Tommy membuka pintu rumah. Dia memicingkan kedua matanya menatap tajam ke arah dalam rumah. Tidak ada tanda-tanda aktivitas seorang pun, bahkan tidak ada suara yang terdengar dari dalam rumah. Suasana rumah itu begitu gelap dan hening. Namun itu tidak menyurutkan rasa kecurigaan Tommy. “Sepertinya apa yang kau katakan benar, Rey.” Kata Tommy berbisik-bisik. “Ada seseorang yang memasuki rumah ini.” “Apakah mungkin itu maling atau perampok, bos?” Tanya Rey berbisik kepada Tommy untuk memastikan dugaannya. Tommy menatap tajam ke arah Rey. “Sejak kapan kau menjadi bodoh, Rey?” Tanya Tommy dengan suara pelan namun teras

  • Anak Mafia   Bab 60

    Jack menemui Dedi dan Dodi sesuai kesepakatan mereka. Sesaat sebelum tengah malam, Jack sudah memasuki rumah Jhony. Sebuah rumah mewah, namun tampak menyeramkan jika dilihat dari luar saat malam hari. Begitu gelap tanpa penerangan lampu, seolah tidak ada tanda-tanda kehidupan di dalamnya. Disalah satu ruangan di dalam rumah itu, Jack bersama Dedi dan Dodi sedang bertemu. Mereka bertiga tengah duduk dan berbincang di ruangan bekas tempat kerja Jhony. “Hal penting apa yang ingin Anda bicarakan dengan kami, paman?” tanya Dodi tanpa berbasa-basi sesaat setelah mereka saling berbicara tentang kabar masing-masing. Jack tersenyum sebagai tanggapan atas pertanyaan Dodi. “Sebelum kita membicarakan hal itu, aku ingin mengetahui apa yang Gerry perintahkan kepada kalian?” kata Jack balik bertanya. Dodi mengalihkan tatapannya ke arah Dedi, sebagai tanda agar saudara kembarnya itu yang memberikan jawaban ata

DMCA.com Protection Status