Home / Romansa / Aku Melihatmu Saat Melihat Bunga / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Aku Melihatmu Saat Melihat Bunga: Chapter 41 - Chapter 50

57 Chapters

41 | Cobalah Mengerti

TISSA “Hidup memang nggak bisa di atur, tapi hidup bisa di nikmati. Supaya kita bisa menikmati hidup caranya adalah dengan belajar mengerti.” Sesi curhat dadakan dengan Ibuku sedang aku lakukan, tak lama setelah Syailendra pulang tadi Ibuku mengatakan kalau dia ingin mengobrol denganku. Lantas, kuiyakan saja permintaannya tetapi kubilang aku harus mengganti pakaianku dan menghapus makeup ku dulu barulah kami bisa mengobrol. Setelah mendapat persetujuan dari Ibuku, aku langsung mengganti pakaianku dan menghapus makeup ku. Kukira memang ada obrolan penting yang ingin Ibuku sampaikan padaku tetapi ternyata hanya obrolan perihal Lhambang saja dan barusan Ibuku membeikan aku sebuah nasehat yang bijak supaya aku bisa memaafkan Lhambang. “Iya iya, Tissa nggak akan dendam sama dia. Lagipula, emang Tissa udah pengen putus dari lama sama dia cuman ya itu tadi bingung mau putus dengan alasan apa, karena kalau Tiss
Read more

42 | Berdamailah

GHEA Aku sedang berada di apartemen bersama dengan Lhambang, hari ini kami memutuskan untuk kembali menginap di sini alih-alih pulang ke rumah. Lhambang bilang dia sedang bosan berada di rumah, dia ingin menghabiskan banyak waktu bersamaku hari ini padahal aku sudah bilang kepadanya kalau aku ingin sekali berkenalan dengan Ibu dan Adiknya, siapa tahu kami bisa cepat akrab kalau cepat bertemu dan Lhambang bilang besok dia akan mengajak aku ke rumahnya, hari ini dia hanya ingin aku bersama dengan dirinya saja. Dan aku pun setuju untuk itu, kami baru saja berpacaran mungkin Lhambang sedang ingin menikmati masa-masa berdua denganku saja dulu tanpa digangu oleh siapapun. “Kamu mikirin apa?” aku bertanya pada Lhambang yang sedang tidur telentang disebalahku tanpa menggunakan pakaian, tubuhnya dan tubuhku hanya ditutupi oleh selimut. “Tissa.” Aku sempat kesal sebentar saat mendengar
Read more

43 | Memandang Rendah

SYAILENDRA  Hari ini aku janjian sama Tissa buat nonton film, katanya Tissa ada film bagus yang lagi pengen banget dia tonton. Semalam kami bertukar kabar, Tissa lalu menanyakan padaku apakah hari ini aku free tau tidak dan setelah aku mengecek jadwalku ternyata aku bisa keluar dari siang sampai sore karena tak ada klien yang akan datang dan aku pun tak ada janji temu dengan siapapun hari ini. Karena itulah kuiyakan saja permintaannya semalam untuk pergi menonton film bersama, dan kata Tissa aku harus menjemputnya di kantor karena dia harus mengambil barang-barangnya di meja kerja yang belum sempat dia bawa kemarin dan sekarang di sinilah aku berada di loby kantor Tissa. “Lo udah lihat videonya?” ucap salah seorang laki-laki kepada temannya, mereka duduk persis di sebelahku jadi aku bisa tahu dengan jelas apa yang sedang mereka bicarakan dan dari name tag nya aku tahu kalau mereka berdua adalah salah satu karyawan da
Read more

44 | Sesuatu Yang Harus Diselesaikan

TISSA “Gimana?” Syailendra mengambil ponselnya dan mematikan rekaman suara yang baru saja dia tunjukkan padaku. “Mau diusut dan dikasih pelajaran nggak orang-orang ini?” Kami baru saja tiba di rumahku, saat ini kondisi rumah sedang sepi Ayahku bekerja dan Ibuku sedang tidur siang karena itulah Syailendra tak sabaran untuk memberitahukan apa yang baru saja terjadi di kantor tadi. “Nggak usah deh, biar aja.” “Biar aja?” Tanya Syailendra tak habis pikir denganku. “Iya, biar aja.” “Kenapa mereka harus dibiarin?” “Ya karena mau diperpanjang pun percuma, dan kasihan juga sih ke merekanya. Gimana kalau salah satu diantara mereka
Read more

45 | Akan Tiba

SYAILENDRA  Nanti, akan ada satu pagi yang membuatmu tersenyum lagi. Bukan karena dia kembali, melainkan karena kamu telah menyadari bahwa tanpanya kini sudah biasa saja dan aku percaya itu. Pagi ini, hari Selasa aku bangun, mandi, sarapan dan berangkat kerja dengan semangat empat lima. Sudah tak ada lagi galau-galau mengganggu dan pelan-pelan kenanganku bersama Ghea terkubur pelan-pelan sehingga pagi ini senyum yang sempat hilang perlahan-lahan mulai kembali lagi, aku seperti serasa bisa hidup kembali setelah merasakan sakit berbulan-bulan. Ternyata memang benar, kuncinya hanya satu; ikhlas. Kalau kita ikhlas semuanya akan terasa mudah dan baik-baik saja. Sudah dua bulan berlalu, semenjak Tissa berhenti dari kantornya dan kini mulai merintis usahanya berdagang kue-kue kering yang semakin hari semakin laris manis aku dan dia jadi makin dekat. Sering kali kami pergi bersama, kadang menonton film, kadang mengunjungi kafe kafe bagu
Read more

46 | Sebuah ungkapan

TISSA Tidak halal bagi seorang muslim untuk memboikot saudaranya lebih dari tiga hari, siapa yang memboikot saudaranya lebih dari tiga hari, kemudian dia meninggal maka dia akan masuk neraka. Begitulah isi satu hadits yang aku ketahui, karena itu, karena aku tidak mau masuk neraka kusapa Ghea dan Lhambang dibeberapa hari saat aku baru-baru saja keluar dari kantor dan setelah insiden video beserta aksiku yang menyiramkan air ke wajah Ghea saat itu. Aku memang tak menyapa mereka secara langsung melainkan lewat sebuah pesan singkat di aplikasi watsap, saat itu Ghea sedang online sehabis membuat snap watsap tampa buang-buang waktu kusapa dia namun dia malah mengabaikan ku setelah aku menjelaskan maksudku menyapanya. “Masih hujan, Tiss?” suara Syailendra yang tertidur di sampingku terdengar, dia sedang merenggangkan semua otot-ototnya yang sempat tertidur bersamanya. Saat ini kami masih berada di ruang tv rumahku, Syailendra tidur di
Read more

47 | Pulang

SYAILENDRA Saat mendengar pengakuan Tissa yang mengatakan kepadaku kalau dia sangat menyukai diriku sejujurnya aku ingin sekali membuka mata dan tersenyum padanya, mengatakan bahwa dia saat ini sudah tidak lagi mengalami kondisi jatuh cinta sendirian. Aku sudah menyukainya, sejak dia lebih sering ada disekiarku, sejak dia menguatkan aku dan memberikan aku banyak pelajaran hidup yang baru aku tahu, sejak itulah aku sadar kalau aku ternyata sudah menyukainya. Namun sayang, saat aku baru saja hendak membuka mataku, mengatakan bahwa aku juga menyukainya dia malah mengatakan hal yang paling tidak aku sukai; Ghea. Demi langit dan bumi, beserta seluruh benda yang ada di dalamnya. Aku tak tahu kenapa dia masih saja berpikiran kalau aku masih menyukai Ghea? Padahal, selama aku dekat dengannya aku sudah tak lagi pernah membahas tentang Ghea. Aku, sudah tak ingin tahu lagi perihal Ghea.
Read more

48 | 12.14

Ghea "Apaan sih kamu storynya tulisan-tulisan begitu!" Sesuai dengan prediksiku Lhambang langsung mengeluarkan omelannya ketika kami baru saja sampai apartemen, dia bahkan tak membiarkan aku untuk duduk, ganti pakaian dan menghapus makeupku dulu. Seperti yang sudah-sudah kalau sudah kesal dia memang pasti akan bersikap seperti ini langsung mengatakan kalau hal yang aku lakukan itu salah dan tidak boleh diulangi lagi, maka seperti yang biasa aku lakukan juga ketika dia bersikap seperti ini akan aku jawabi dia karena memang aku tak salah. Aku hanya memposting kata-kata bijak pada akun sosial media milikku, hal yang biasanya memang aku lakukan sebelum dan sesudah dengan Lhambang. "Kenapa sih emang?" Aku berjalan melewatinya, kuloloskan tasku dan berjalan menuju lemari pakaian. "Nanti orang-orang ngira kalau kamu ng
Read more

49 | Bincang Malam

SYAILENDRA Dulu waktu umurku masih belasan tahun, sering berkata kepada teman-temanku kalau nanti ketika aku ingin menikah aku pasti tak perlu pusing mengajak wanita manapun untuk menikah. Aku tampan, aku kaya. Keluargaku baik, aku juga bukan tipekal orang yang suka macam-macam. Siapa yang tak mau denganku? Pastilah mau, karena pada saat kita ada di umur-umur belasan tahun sesorang hanya akan mengagumi orang lain hanya dari kemewahan. Ketulusan hati? Tak perlu, pada umur-umur belasan tahun aku tak pernah memikirkan perihal hati. Semuanya dengan mudah bisa aku dapatkan kalau aku kaya dan hidup berkecukupan, wanita manapun pada saat umur belasan tahun pasti akan memikirkan hal yang sama. Tapi diumurku yang sekarang, yang hampir mencapai angka tiga, saat ini aku lebih memilih mengagumi seseorang karena ketulusan hatinya. Sebab itulah mungkin saat ini aku selalu gagal perihal per
Read more

50 | Anggap Ini Cobaan

GHEA Tiada satupun dari kita yang selalu tertawa tanpa hadirnya air mata. Namun Allah tak akan menguji hamba-Nya melebihi kadar kemampuan nya. Aku selalu ingat ketika Syailendra ceramah mengenai hidup manusia, dulu ketika Syailendra mengatakan kata-kata bijak perihal hidup aku tak pernah sama sekali mendengarkan apa yang dia katakan dengan seksama. Tapi kadang-kadang kata-katanya itu bisa masuk ke dalam pikiranku dengan sendirinya, membuat aku berpikir kalau apa yang dia katakan itu sebenarnya memang benar. Akunya saja yang selama ini menolak ini dan itu perihal perkataannya padahal perkataannya itu adalah benar, sangat-sangat benar dan memang fakta. "Udah?" Aku menoleh pada Lhambang yang baru saja keluar dari kamar mandi. "Apanya yang udah?" "Transfer ke aku, udah belum?" Katanya santai sambil
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status