Home / Romansa / Hati yang Tersakiti / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Hati yang Tersakiti: Chapter 31 - Chapter 40

59 Chapters

31. Kabar Bahagia

Dengan napas tersenggal, tubuh Ray langsung ambruk di atas tubuh Prita. Sontak, Prita langsung menghempaskan tubuh suaminya itu. Bibirnya melengkung ke bawah. Hubungan mereka sudah tidak semenyenangkan seperti dulu.Prita bangkit meninggalkan Ray yang langsung terlelap di atas tempat tidur. Dia menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri setelah berhubungan dengan Ray.Setelah selesai mandi, kini dia menatap tubuhnya di depan cermin yang berembun. Matanya menatap setiap lekukan badannya yang masih molek. Namun, dia menyadari bahwa wajahnya sedikit menua. Sudah ada garis-garis tipis di sekitar mata dan bagian mulut serta kulitnya yang sedikit kusam. Dia harus ekstra menjaga wajah dan tubuhnya karena dia tidak ingin tersaingi dengan Bianca, kakak iparnya yang sempurna itu.Prita menghela napas panjang sambil mengoleskan krim malam di wajahnya. Hidup dengan Ray—beserta keluarganya yang menyebalkan itu—ternyata menguras batinnya.Tiba-tiba saja
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

32. Kejadian Tak Terduga

Brak!Sebuah kardus cokelat mendarat di atas meja Nabila. Kiara langsung mengalihkan pandangan dari layar laptopnya. Dia melihat sahabatnya itu memasukkan barang-barang di mejanya ke dalam kardus itu.“Mau apa dia?” batin Kiara. Ingin rasanya dia menyapa namun lidahnya terasa kelu. Kejadian di Jogja itu membuat hubungan mereka menjadi dingin. Sudah dua hari Nabila absen tanpa kabar dan dia juga tidak kembali ke kosannya.Kedua telinga Nabila disumpal oleh earphone. Kepalanya mengangguk pelan mengikuti irama musik. Dia tidak menoleh sedikit pun ke meja di seberangnya dan menganggap bahwa Kiara tidak ada.Setelah selesai membereskan mejanya, Nabila segera mengapit laptop di ketiaknya. Sementara kedua tangannya menggotong kardus cokelat itu.“Bil, kamu mau kemana?” pandangan Kiara mengikuti Nabila yang melangkah keluar ruangan. Namun, Nabila bergeming yang membuat Kiara hanya bisa menarik napasnya.Kiar
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

33. Kembalinya Alisa

“Cepat buang pisau itu!” titahnya. Kedua mata wanita itu masih memindai bilah pisau yang tajam. Dia menyeringai melihat bercak darah Kiara yang membekas. Lantas, dia segera melemparkan pisau itu ke air sungai yang mengalir. “Sekarang bukti utamanya sudah lenyap.” Wanita itu menepuk-nepukkan tangannya. Pandangannya kini melayang ke samping pria yang berdiri di sebelahnya. “Terus gimana dengan motor itu?” “Tenang aja, ini motor curian yang gue pinjem dari penadah. Mereka bakal ganti platnya.” Pria itu kini bersedekap lalu berdecak. “Kita tadi hampir ketahuan. Lagian, lo lama banget sih? Nusuk gitu doang. Seharusnya kita langsung kabur setelah lo menikam cewek sialan itu.” “Gue nggak tahan untuk nggak menendangnya.” Wanita itu membuka tudung jaketnya, membiarkan angin malam menyapu dahinya. “Tapi, karena hal itu kita hampir kepergok orang lain.” Wanita itu menepiskan tangannya santai. “Nggak ada yang melihat kita. Kalau pun ada, mereka ng
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

34. Perjumpaan yang Sengit

“Taraaa!!!” Nabila menyerahkan sebuah bungkusan pada Kiara yang berbaring di ranjang.Sudah hampir tiga minggu sejak Kiara diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Dan untuk sementara waktu ini dia menetap di apartemen Gian demi keamanan. Kiara sudah dimintai keterangan oleh polisi soal kemungkinan besar pelaku penusukannya. Namun, sepertinya sulit untuk melacak keberadaan Alisa.Kiara membuka bungkusan itu. Lantas keningnya mengernyit begitu melihat isinya. “Alat penyetrum?”“Yap, ini buat jaga-jaga kalo ada yang menyerang lo.” Ungkap Nabila yang duduk di atas ranjang. Sejak kepindahan Kiara ke apartemen Gian, Nabila juga mendapatkan kartu akses khusus untuk menyambangi sahabatnya itu. Sementara itu, Gian masih harus bolak-balik Jakarta-Singapura untuk keperluan bisnis.Kiara menaruh alat penyetrum itu di atas nakas dan bangkit. “Kayaknya minggu depan aku bisa masuk kantor lagi.”“Yang bener? Dok
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

35. Liburan

Dari balik selimut, Gian mendekap erat tubuh Kiara. Mereka menikmati malam yang intim setelah sekian lama. Diciumnya ujung kepala Kiara dengan lembut.“Ki, gimana kalau kamu cuti sejenak?” usul Gian kemudian.Kiara yang merebahkan kepalanya di dada Gian yang bidang berujar, “Cuti? Aku sudah lama absen dari kantor setelah operasi.”“Aku tahu, tapi kurasa kamu butuh liburan. Lagi pula, pembukaan butikmu juga berjalan sukses.”“Tapi aku nggak enak kalo ambil cuti lagi. Kasihan Nabila yang harus bekerja sendirian.” Tukas Kiara.“Baiklah, aku ngaku. Sebenarnya aku sih yang butuh liburan.” Gian terkekeh. “Kamu tahu sendiri kan bagaimana kesibukanku akhir-akhir ini?”Kiara mengangguk pelan dan beringsut menatap Gian. “Memangnya kamu mau liburan kemana?”“Entahlah. Yang pasti jangan yang jauh-jauh. Dua minggu lagi aku harus kembali ke Singapura. Kamu ada
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

36. Will You Marry Me?

“Cih, gala dinner?” tuding Prita ke arah suaminya dengan nada sinis. “Kamu bahkan nggak menceritakan hal itu padaku!”Dari balik kemudi, Ray menarik napasnya dalam-dalam. Mobil mereka terjebak di tengah kemacetan begitu memasuki kawasan Dago. Kupingnya panas mendengar Prita yang marah-marah ditambah api cemburu yang kembali menguasainya saat mendapati kebersamaan mantan istrinya itu dengan Gian, penyelamat reputasi perusahaannya yang hampir hancur.“Sudahlah, Ta. Hal itu bukan kejadian penting. Memangnya kalau aku pernah bertemu mereka berdua sebelumnya, kerugian di perusahaanku bakal tertutupi? Nggak kan? Hal itu hanya akan membuatmu naik pitam.”Prita bersedekap. Walaupun Ray tidak menoleh ke arah istrinya, dia tahu Prita sedang menembakkan tatapan setajam laser padanya.“Oh, jadi kamu pikir aku bakalan cemburu lihat kehidupan cewek brengsek itu sekarang, hah? Makanya kamu nggak mau cerita. Jangan-janga
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

37. Kenikmatan Semu

“Ray?!” Pekik Kiara, memandangi pantulan mantan suaminya itu di cermin. “Ngapain kamu di sini?! Ini toilet perempuan!” Walaupun begitu Ray tetap melangkah santai menghampirinya. Kiara memutar tubuhnya. Kini tatapan mereka saling beradu. Lantas, Ray memandangi tubuh indah Kiara dari balik balutan gaunnya itu. “Mau apa kamu?” suara Kiara terdengar gemetar saat Ray maju selangkah yang membuat Kiara mundur hingga menyentuh pinggiran konter wastafel. Ray hanya tersenyum tajam lalu merengkuh pinggang Kiara yang membuatnya memekik kaget. Jantung Ray berdetak begitu kencang. Perasaan itu kini hadir kembali, memompa aliran darahnya dengan cepat. Hidung mereka hampir bersentuhan sehingga Ray bisa merasakan napas Kiara yang berembus di wajahnya. Tak butuh waktu lama, Ray langsung menautkan bibirnya. “Ray!” Sontak Kiara melepaskan ciuman itu. “Sst…” bisiknya. “Aku tahu kamu menginginkannya.” Ray menyentuh lembut pipi Kiara dan kembali mencumbunya. Seketik
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

38. Pengakuan Ray

Kedua alis Gian bertautan begitu Ira, sekretarisnya, menyerahkan sebuah amplop cokelat tanpa nama pengirim padanya.“Amplop ini ditujukan untuk Bapak. Reni, resepsionis di depan, yang memberikan ini pada saya.” Terang Ira.“Reni juga nggak tahu siapa yang kirim?” Gian masih menekuri amplop itu.“Nggak, Pak. Amplop itu diantar oleh tukang ojek biasa. Apa nggak sebaiknya kita berhati-hati sama isinya, Pak?” Ira memandang amplop di tangan Gian itu dengan curiga.“Saya rasa isinya bukan bom,” ucap Gian dengan nada bercanda, mengibas-ngibaskan amplopnya.Kemudian, Ira mengingatkan bosnya itu perihal jadwal penerbangannya ke Singapura hari ini sebelum dia pamit dari ruangan.Lantas, Gian segera merobek ujung amplop itu. Di dalamnya terdapat beberapa buah foto. Mata Gian mengamati foto-foto itu dengan seksama. Dahinya mengerut sambil menggeleng pelan.Dia mendapati Kiara bersama seorang pria be
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

39. Kejujuran yang Menyakitkan

“Jadi, lo nggak tahu kalau dulu Gian pernah lama tinggal di London?” Nabila menjulurkan kepalanya dari balik layar laptopnya.Kiara menggeleng. “Dia nggak pernah menyinggung soal itu.” jawabnya setelah dia memberi tahu sahabatnya itu perihal rencana Gian untuk memperkenalkan dirinya pada keluarga Gian dalam waktu dekat.Kemudian Nabila menyipitkan matanya. “Jangan-jangan, lo juga nggak tahu siapa Keluarga Hardjodiningrat itu?”“Yah, awalnya aku nggak tahu siapa mereka. Tapi, akhirnya aku menanyakan soal latar belakang keluarga Gian. Gian sering menceritakan bisnis keluarganya tapi dia nggak pernah menyinggung pernah tinggal di London.”Nabila bersandar di kursi putarnya. Matanya menerawang ke atas. “Yang gue tahu, dia itu lulusan SMA di London. Setahun setelah lulus dia balik ke Indo dan kuliah di sini. Itu sih yang gue dengar dari orang-orang. Tapi aneh juga sih. Kalau gue jadi dia, gue bakal lanjut k
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

40. Perempuan dari Masa Lalu

Dengan perasaan gundah, Gian melangkah cepat di sepanjang lorong. Kepalanya benar-benar penat, dia butuh udara segar. Dia sudah membayangkan dirinya dibasuh oleh dinginnya air kolam renang di gym yang ada di lantai 12.Tidak pernah terbesit sedikit pun di benaknya jika Kiara ternyata memiliki masa lalu yang kelam seperti itu. Tapi, apa bedanya dengan dirinya? Masa lalunya juga kelam, mungkin lebih kelam dari Kiara. Dan masa lalunya-lah yang membawanya kembali pulang ke Indonesia.Gian bersedekap, memandangi pantulan dirinya di pintu lift. Kenyataan bahwa dia belum sepenuhnya berterus terang pada Kiara tentang dirinya, membuatnya merasa begitu bersalah. Padahal Kiara sudah menceritakan semua padanya. Entah apa yang membuat nyalinya ciut. Mungkin dia takut kehilangan Kiara atau mungkin dia memang seorang pecundang, tak jauh beda dengan mantan suami kekasihnya yang brengsek itu.Pintu lift berdenting. Begitu dia melangkah masuk, seketika pandangannya bersirobok den
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status