Beranda / Romansa / Hati yang Tersakiti / 38. Pengakuan Ray

Share

38. Pengakuan Ray

Penulis: Poepoe
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Kedua alis Gian bertautan begitu Ira, sekretarisnya, menyerahkan sebuah amplop cokelat tanpa nama pengirim padanya.

“Amplop ini ditujukan untuk Bapak. Reni, resepsionis di depan, yang memberikan ini pada saya.” Terang Ira.

“Reni juga nggak tahu siapa yang kirim?” Gian masih menekuri amplop itu.

“Nggak, Pak. Amplop itu diantar oleh tukang ojek biasa. Apa nggak sebaiknya kita berhati-hati sama isinya, Pak?” Ira memandang amplop di tangan Gian itu dengan curiga.

“Saya rasa isinya bukan bom,” ucap Gian dengan nada bercanda, mengibas-ngibaskan amplopnya.

Kemudian, Ira mengingatkan bosnya itu perihal jadwal penerbangannya ke Singapura hari ini sebelum dia pamit dari ruangan.

Lantas, Gian segera merobek ujung amplop itu. Di dalamnya terdapat beberapa buah foto. Mata Gian mengamati foto-foto itu dengan seksama. Dahinya mengerut sambil menggeleng pelan.

Dia mendapati Kiara bersama seorang pria be

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Hati yang Tersakiti   39. Kejujuran yang Menyakitkan

    “Jadi, lo nggak tahu kalau dulu Gian pernah lama tinggal di London?” Nabila menjulurkan kepalanya dari balik layar laptopnya.Kiara menggeleng. “Dia nggak pernah menyinggung soal itu.” jawabnya setelah dia memberi tahu sahabatnya itu perihal rencana Gian untuk memperkenalkan dirinya pada keluarga Gian dalam waktu dekat.Kemudian Nabila menyipitkan matanya. “Jangan-jangan, lo juga nggak tahu siapa Keluarga Hardjodiningrat itu?”“Yah, awalnya aku nggak tahu siapa mereka. Tapi, akhirnya aku menanyakan soal latar belakang keluarga Gian. Gian sering menceritakan bisnis keluarganya tapi dia nggak pernah menyinggung pernah tinggal di London.”Nabila bersandar di kursi putarnya. Matanya menerawang ke atas. “Yang gue tahu, dia itu lulusan SMA di London. Setahun setelah lulus dia balik ke Indo dan kuliah di sini. Itu sih yang gue dengar dari orang-orang. Tapi aneh juga sih. Kalau gue jadi dia, gue bakal lanjut k

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Hati yang Tersakiti   40. Perempuan dari Masa Lalu

    Dengan perasaan gundah, Gian melangkah cepat di sepanjang lorong. Kepalanya benar-benar penat, dia butuh udara segar. Dia sudah membayangkan dirinya dibasuh oleh dinginnya air kolam renang di gym yang ada di lantai 12.Tidak pernah terbesit sedikit pun di benaknya jika Kiara ternyata memiliki masa lalu yang kelam seperti itu. Tapi, apa bedanya dengan dirinya? Masa lalunya juga kelam, mungkin lebih kelam dari Kiara. Dan masa lalunya-lah yang membawanya kembali pulang ke Indonesia.Gian bersedekap, memandangi pantulan dirinya di pintu lift. Kenyataan bahwa dia belum sepenuhnya berterus terang pada Kiara tentang dirinya, membuatnya merasa begitu bersalah. Padahal Kiara sudah menceritakan semua padanya. Entah apa yang membuat nyalinya ciut. Mungkin dia takut kehilangan Kiara atau mungkin dia memang seorang pecundang, tak jauh beda dengan mantan suami kekasihnya yang brengsek itu.Pintu lift berdenting. Begitu dia melangkah masuk, seketika pandangannya bersirobok den

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Hati yang Tersakiti   41. London Waktu Itu

    Sepuluh Tahun LaluTeriakan penonton begitu memekakan telinga saat seorang DJ yang ternama itu naik ke atas panggung. Hentakan musik yang berdentum keras membuat mereka mulai mengangkat tangan ke udara sambil menggoyangkan tubuh.Ini bukan selera musiknya. Maka Gian memilih menyingkir dari kerumunan. Dia kembali ke tendanya dan duduk di kursi lipat. Dari kejauhan dia masih bisa melihat kemegahan panggung itu dengan kelip lampunya yang menawan serta lautan orang yang semakin menggila.Gian mengambil brosur di dekatnya, melihat line up keesokan harinya. Sudah dua hari dia berada di sini dengan beberapa temannya, sengaja menginap demi konser musim panas yang mereka tunggu-tunggu.Konser ini diadakan di lapangan besar di pedesaan. Sebuah camp ground khusus disediakan untuk para pengunjung yang menginap.Matanya kemudian memandang langit gelap yang dipenuhi taburan bintang. Semilir angin malam memberinya kesejukan di t

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Hati yang Tersakiti   42. London Waktu Itu (2) - Keputusan

    “Aku nggak akan kembali ke Indonesia,” Gian duduk di ruang tengah kediaman ibunya.“Tapi, ayahmu ada benarnya juga,” Nia, ibunya Gian, menarik kursi di hadapan putranya. Dia menatap wajah Gian yang berantakan. “Kau hidup terlunta-lunta di sini. Kalau kau ikut ayahmu, hidupmu akan jauh lebih baik. Lagi pula, Fiona membutuhkanmu. Dia tidak bisa mengurus bisnis keluarga itu sendirian. Atau setidaknya kau bisa menerima tawaran ayahmu untuk melanjutkan kuliah.”Gian menghela napas panjang. “Aku nggak ingin hidup bergantung pada orang lain, Bu. Jika ayah membiayai kehidupanku, pasti hidupku akan dikontrol olehnya.”Nia membenarkan posisi cardigan rajut abunya itu. Gerak-geriknya nampak sedikit gelisah. “Gian, selama ini ayahmu-lah yang membiayai hidupmu. Dia selalu mengirimkan uang dalam jumlah besar padaku. Kau tahu sendiri kan kehidupan John dan aku seperti apa? John bahkan berterima kasih karena ayahmu membiayai

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Hati yang Tersakiti   43. London Waktu Itu (3) - Akhir Tragis

    Plak!Sebuah tamparan keras tepat mengenai pipi kiri Gian. Namun rasa sakitnya yang menjalar tidak seberapa dengan rasa bersalah yang menghantui dirinya. Gian tertunduk lesu di depan ibunya Anna, Marlina. Wanita berambut ikal panjang itu kini sedang menatapnya dengan kilatan murka.“Gara-gara kau, aku hampir kehilangan Anna!” Jarinya yang kurus itu menuding ke arah Gian. “Sekarang dia terbaring koma! Mau tanggung jawab apa kamu, hah?!” Marlina mengguncang-gundang tubuh Gian.“Maafkan aku.” Tukas Gian lirih tanpa berusaha mengelak.“Maaf? Kata itu tidak ada gunanya sekarang! Kau telah menjerumuskannya ke dalam lembah hitam. Kaulah yang membuatnya keluar dari rumah, menjalani hidupnya dengan menyedihkan bersama pecundang seperti dirimu!”Di ujung selasar rumah sakit yang sepi, Marlina menumpahkan segala kekesalannya pada Gian. Lantas, dia menarik kerah baju Gian, menyeret tubuh anak muda itu mendekati d

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Hati yang Tersakiti   44. Kisah Lama

    “Let’s just call him G.” Anna memperlihatkan pergelangan kirinya. “Ini adalah tato inisial dari nama kami.”Kiara hanya manggut-manggut menanggapinya. Seraya menyesap teh yang disajikan Anna, dia mendengarkan kisah cinta masa lalu tetangga barunya itu.“Begitu tragis,” pikirnya dalam hati. “Dia bahkan harus kehilangan calon bayinya tanpa tahu kalau sedang mengandung.”Kemudian, Anna terdiam sejenak setelah dia bercerita tentang G yang pergi meninggalkannya begitu saja. Padahal di hari itu, dia datang jauh-jauh dari Glasgow untuk bertemu dengan pacarnya. Kedua matanya yang biru menatap pinggiran mug tehnya.“Beberapa tahun kemudian, aku menikahi pria tua yang kaya raya, berharap segala kekayaannya bisa membuatku melupakan G. Aku tahu G datang diam-diam di hari pernikahanku. Aku berharap dia merusak pesta itu dan membawaku kawin lari bersamanya. Tapi dia tidak melakukanny

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Hati yang Tersakiti   45. Aku Jessica

    Raut wajah Ray berubah geram begitu dia membalik halaman majalah bisnis dan ekonomi yang dibacanya. Wajah kakaknya itu terpampang jelas di halaman berikutnya. “Alex Djaya, pengusaha muda penyelamat bisnis yang hampir bangkrut.” Ray membaca headline di artikel itu dengan nada mencibir. Hatinya semakin iri begitu dia lanjut membaca keseluruhan artikel itu yang membahas kesuksesaan Alex selama ini dalam mempertahankan bisnis Keluarga Djaya. Mata Ray lalu tertuju pada foto keluarga Alex yang ada di sudut atas artikel itu, menyiratkan bahwa kakaknya itu juga berhasil membangun keluarga yang harmonis. “Cih, seharusnya mereka mewawancaraiku!” batin Ray kesal. “Aku adalah CEO utama Sinar tekstil!” Ray mendengus kesal. Seharusnya dia merasa lega karena Alex berhasil menyelamatkan perusahaan yang hampir bangkrut di bawah kepemimpinannya itu, tapi entah kenapa dia sepertinya malah suka kalau Sinar Tekstil bangkrut sekalian. Jadi, Alex

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Hati yang Tersakiti   46. Undangan Pernikahan

    Malam ini, Prita terbaring lesu di atas ranjang. Dia memijit pelipisnya berkali-kali. Seketika kepalanya pusing, mungkin dia kurang darah. Sementara itu di ruang makan Keluarga Djaya, kedua mertuanya, kakak iparnya, Alex serta Ray sedang menikmati makan malam.Sebenarnya dia merasa beruntung tidak enak badan karena bisa menghindar dari acara makan malam yang menyebalkan itu.“Apa dia memang selemah itu?” tanya Utami setelah menelan makanannya.“Dokter bilang dia kekurangan magnesium dan punya darah rendah,” terang Ray, menjelaskan kondisi Prita. “Tapi dokter sudah memberikannya beberapa vitamin kok. Jadi, Mama nggak usah khawatir.”“Bukannya gitu, Ray. Mama hanya nggak mau dia tiba-tiba nggak bisa menghadiri acara tujuh bulanan calon anak kalian.” Tukas Utami kemudian.Ray pun teringat perihal betapa kesalnya Prita soal acara tujuh bulanan anak mereka yang disabotase ibunya itu. Ray berdeham sebelum b

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • Hati yang Tersakiti   59. Hari Bahagia

    #59Awan putih bergerak pelan, membuka hamparan langit biru yang cerah. Deburan ombak terdengar berderu memecah batu karang.Pelaminan putih dengan ornamen bunga-bunga yang membingkai indah berdiri kokoh membelakangi lautan. Jejeran bangku kayu tertata rapi di sekelilingnya. Tidak jauh dari sana sudah dipersiapkan meja-meja panjang yang berisi makanan untuk jamuan para tamu.Beberapa tamu penting terlihat mulai berdatangan yang membuat para pengatur acara pernikahan ini mulai sibuk.Sementara itu di ruangan terpisah, Kiara berdiri menatap cermin panjang yang menggantung di depannya. Sambil memegang buket bunga mawar putih, tubuhnya dilapisi gaun pengantin putih gemerlap dengan ekor yang panjang. Rambutnya digelung sempurna dan di lehernya melingkar kalung berlian yang berkilau.“Astaga, lo begitu cantik.” Tukas Nabila dari balik punggung Kiara. “Orang-orang pasti bakalan terpukau dengan kecantikan lo.”Kiara tidak bis

  • Hati yang Tersakiti   58. Tuntutan Prita

    #58Utami Djaya menghela napas panjang seraya menyandarkan tubuhnya ke sandaran sofa. Berita di televisi nasional itu mengabarkan perihal keterlibatan Alisa yang ditemukan tewas bunuh diri atas penyekapan Kiara. Juga Bobby yang ditangkap di pelabuhan saat dia akan menyelundup masuk ke salah satu kapal yang akan berlayar.Berita soal Ray yang menyelamatkan mantan istrinya juga tersiar luas. Orang-orang menanggapnya sebagai kisah heroik. Banyak media yang ingin mewawancarai Ray maupun Keluarga Djaya, namun tentu saja semua itu mereka tolak.Keluarga Djaya tidak level untuk masuk ke dalam pemberitaan infotaiment atau pun acara bincang-bincang yang tidak jelas.“Sekarang anak kita jadi sorotan.” Keluh Utami.Arianto bersedekap seraya matanya tidak lepas dari layar televisi. “Aku tidak habis pikir semua ini terjadi pada keluarga kita.”“Tapi aku tetap bersyukur Ray selamat.” Balas Utami.“Tapi keri

  • Hati yang Tersakiti   57. Balas Dendam

    #57Beberapa hari sebelumnya.“Anton, aku butuh bantuanmu.”Prita duduk di sebuah ruangan yang lembab. Di sekitarnya terdapat beberapa kabinet yang berkarat. Cat tembok di ruangan itu begitu kusam dan beberapa bagian bahkan terlihat mengelupas.Sebuah kipas angin yang reyot berputar di atas. Kipas itu hanya memutar angin panas yang bersirkulasi di ruangan ini.“Prita, sudah lama sekali aku enggak bertemu denganmu.” Pria yang bernama Anton itu menyibakkan rambut ikal gondrongnya itu. Matanya memindai Prita yang sedari tadi mengipasi dirinya dengan kertas, dari atas sampai bawah. “Kamu terlihat begitu berbeda.”“Yah, tentu saja. Terakhir kita bertemu itu saat reuni SD. Ingat?”Anton mengangguk. “Lantas, apa yang bisa kubantu?”“Aku tahu kamu masih berkecimpung di bisnis itu kan?” Prita menyipitkan matanya.“Bisnis apa?” ula

  • Hati yang Tersakiti   56. Usai

    #56“Kiara!” Gian berlari ke arah tunangannya yang duduk di ranjang rumah sakit. Gaun yang dipakainya lusuh dan robek serta ada luka-luka di sekujur tubuhnya. Namun, kondisinya tidak begitu parah.“Gian…” Kiara memeluk kekasihnya itu dengan erat. Air mata langsung mengalir dari matanya. “A..aku…”“Sudahlah, Kiara.” Sergah Gian cepat, menghapus air mata yang membasahi pipi Kiara. “Aku sudah mendengar semuanya dari polisi. Yang penting kamu selamat, Sayang.”“Ray.” Tukas Kiara. “Dia yang menyelamatkanku, Gi.”“Aku tahu.”“Lantas, gimana keadaaannya sekarang?” tanya Kiara dengan suara yang agak gemetar.“Dia…dia sedang ada di ruang operasi. Dokter berusaha mengeluarkan peluru yang bersarang di perutnya.” Terang Gian. “Dia sepertinya banyak kehilangan darah juga.”Kiara kembali ter

  • Hati yang Tersakiti   55. Aksi Penyelamatan

    #55Lampu mobil Ray membelah jalanan yang gelap. Jalan yang dia lewati kini tidak beraspal. Di kanan kirinya terdapat beberapa bangunan kosong, tanah luas yang terbengkalai serta pepohonan yang lebat.Jantungnya berdentum cepat. Pikirannya begitu pening. Di kepalanya terlintas fakta bahwa memang benar wanita yang dia kenal selama ini bernama Jessica itu adalah mantan kakak iparnya. Lantas, Kiara yang dalam bahaya dan soal pembalasan dendam Alisa dan pria asing yang sedang dia untit ini.Untungnya, Ray masih sempat melihat Bobby di pelataran parkir dan berhasil mengikutinya sampai ke sini. Dengan menjaga jarak aman, Ray terus mengikuti mobil Bobby dari belakang.Ray menghentikan mobilnya di depan tanah kosong. Dengan kaki yang gemetar, dia berjalan menembus kegelapan. Ditemani cahaya senter dari ponselnya, Ray menerangi jalanan tanah yang basah. Samar-samar, dia melihat cetakan ban mobil yang menuntunnya ke sebuah gudang kosong yang gelap gulita.Ra

  • Hati yang Tersakiti   54. Kebenaran

    #54Mobil Ray berhenti di pelataran parkir Apartemen Sunny Hill. Jantungnya berdentum keras. Dia akan mengendap masuk ke dalam unit tempat tinggal Jessica untuk memastikan kebenaran identitas wanita itu.“Ah, sungguh bodoh. Aku nggak tahu kata sandi apartemennya!” tukas Ray dari balik kemudi. Dia mengigit bibirnya keras-keras. “Apa yang harus kulakukan?”Tiba-tiba mata Ray menangkap sosok Jesica yang berjalan tergesa melintasi pelataran parkir. Ray segera turun dan menghampirinya.“Jess!” seru Ray.“Astaga, mau apa si bodoh itu ada di sini?” batin Alisa kesal.“Jess, kebetulan.” Ujar Ray begitu dia berada di depan Alisa yang kali ini mengenakan rok mini dan tank top hitam. Alisa mengapit tas tangan cokelat.“Sepertinya dia habis dari kelab Madam,” pikir Ray dalam hati.“Oh, hai Ray. Gimana istrimu? Dia selamat kan? Nggak ada yang mencurigai kamu kan?&

  • Hati yang Tersakiti   53. Penculikan

    #53Gian mengecup punggung tangan Kiara. “Kamu sungguh cantik malam ini.” Pujinya sembari kedua matanya memandangi penampilan Kiara.Dengan Gaun merah selutut tanpa lengan serta rambut Kiara yang digelung ke atas, membuatnya nampak begitu elegan. Sebuah kalung perak melingkar di lehernya yang jenjang.“Makasih, Gi. Tapi aku begitu gugup.” Balas Kiara. Dia bisa merasakan dentuman jangtungnya sendiri yang berdebar keras. “Ini kali pertamanya aku menghadiri acara di kantormu.”“Tenang saja, karyawanku nggak gigit kok.” Gian berusaha mencairkan suasana. Lantas, dia mengaitkan lengannya pada lengan Kiara, menuntunnya memasuki ballroom hotel yang mewah.Malam ini merupakan perayaan hari jadi perusahaan yang dipimpin Gian. Seluruh karyawan hadir beserta orang-orang penting. Itulah mengapa Kiara begitu cemas. Dia tahu bahwa semua mata akan tertuju padanya sebagai calon istri sang CEO. Apalagi pernikahan merek

  • Hati yang Tersakiti   52. Permintaan Maaf

    Kedua mata Prita membelalak lebar. Pandangannya sedikit kabur namun perlahan dia bisa menangkap dengan jelas kondisi di sekitar. Dia mendapati dirinya terbaring dengan infus yang menggantung. Kedua lubang hidungnya dialiri selang oksigen sementara itu telinganya menangkap bunyi jantungnya yang berdetak perlahan.Tak lama setelah itu, Prita mendengar suara pintu yang mengayun diikuti dengan derap langkah yang mendekati dirinya.Sudut matanya menangkap sesosok wanita yang kini berdiri di sebelah ranjangnya.“Hai, Prita.” Ucap wanita itu dengan suara yang dingin. “Aku turut bersedih dengan kejadian yang menimpa dirimu.”Prita memalingkan wajahnya dan mendapati Kiara yang menatapnya dengan tajam. Tenggorokannya begitu tercekat. “Untuk apa dia ada di sini?!” pekik Prita dalam hati.Kiara mengembuskan napas panjang. Jari-jarinya yang lentik itu membelai pundak Prita dengan lembut. “Sungguh malang, kalian

  • Hati yang Tersakiti   51. Bukti Perselingkuhan

    Siang itu, awan hitam menggantung di langit. Sesekali gemuruh geluduk terdengar dari kejauhan.“Kami turut berduka,” Alex menepuk pelan pundak adiknya itu. Ray hanya bisa mengangguk pelan sambil menghela napas panjang.“Apa yang sebenarnya terjadi, Ray?” tanya Utami tidak percaya. Dia memandangi sosok putra bungsunya dengan iba. Lingkaran hitam di bawah mata Ray nampak jelas dengan rambut yang mencuat kesana-kemari.Ray hanya bisa bersandar pada tembok selasar rumah sakit yang dingin. Sesekali dia menyugar rambutnya, tatapannya terpaku pada ujung sepatunya. Dia tidak berani memandang mata Mamanya itu.Hatinya begitu berkecamuk. Dia tidak bisa membayangkan apa yang bakal terjadi ketika Prita sadar nanti.Ray mengigit bibir bawahnya keras-keras. Seharusnya, dia tidak meninggalkan istrinya yang sekarat begitu saja. Seharusnya dia tidak mengikuti saran bodoh dari wanita yang dikenalnya dengan nama Jessica itu. Tapi apa daya, pik

DMCA.com Protection Status