Beranda / Romansa / Hati Biru Affa / Bab 11 - Bab 20

Semua Bab Hati Biru Affa: Bab 11 - Bab 20

26 Bab

Bab 11

“Bosan!” keluhku kesal. Kenapa harus ada sekolah di hari sabtu sih.“Jangan ngeluh mulu ih. Dasar Aini,” komentar teman akrabku. Aku menatap kesal dengan komentarnya dan langsung menyerang balik.“Ya maaf ya Niqma, situ kan punya si Nata. Gak kek gue, jomblo!” ketusku seakan menyatakan itu seperti sebuah fakta. Temanku itu langsung memerah.“Jangan sembarangan sebut nama dia dong,” ucap Niqma dengan wajah memerah. Aku langsung menyerang berulang kali.“Nata Nata Nata Na-” Niqma segera menyumpal mulutku dengan tangannya. Dia menatapku tajam.“Jangan. Sebut. Nama. Dia,” tekannya pada setiap kata. Aku tersenyum sinis.“Cemburu?” sindirku. Niqma langsung berteriak
Baca selengkapnya

Bab 12

Feelings never matter. It never matters in the slightest. When you aim high, emotions are strains that hold your potential away.Sebuah pesan masuk kala aku dan Rahima sedang berbincang seraya menikmati makan sore kami di restoran. Pesan itu aku abaikan dan melanjutkan percakapan dengan Rahima.“Jadi, Rara setuju ikut dengan proyek Mas Arrow?” tanyaku. Rahima yang mendengar suara ponselku dari notifikasi tadi justru memintaku untuk merespons ponselku.“Cek ponselmu. Kali Prof mencari,” jawabnya. Aku melihat ke ponselku dan melihat pesan dari Aini. Aku tidak merespons dan menjawab sederhana.“Bukan chat penting. Kembali ke pertanyaan tadi, Rara setuju?” tanyaku. Rahima menganggukkan kepalanya. Dia tampak memainkan sedotan di gelasnya.
Baca selengkapnya

Bab 13

Jangan pernah memancing takdir untuk bermain denganmu.“Persiapan sudah beres kan?” tanyaku kepada May yang mengkoordinasikan persiapan lab. May menganggukkan kepalanya.“Ini Dik Zihan juga sudah datang. Haduh, cantiknya lagi. Mas Shad emang niat banget ya,” puji Yusuf yang melihat Zihan yang didudukkan oleh anak-anak lab di salah satu kursi lab. Ini emangnya acara nikahan ta?“Kamu dapat ide ini darimana? Aeon Raw?” tanyaku heran.“Oh. Ini soalnya Mas Shad aslinya mau bawa Zihan sama dia pas tiba nanti di FTEI. Kan gak nyangka aja dia bakal dikunci di lab yayang dia,” komentar May diikuti dengan cekikian. Aku melihat Zihan pasrah dengan perlakuan para asisten yang usilnya minta ampun.
Baca selengkapnya

Bab 14

Kata-kata adalah doa. Jangan bermain-main dengan doa.“Semoga Zihan tidak melihat ini,” ucapan itu aku rapalkan saat menyaksikan video itu. Namun, itu sepertinya sebuah wishful thinking. Takdir seakan meledekku. Apakah ini akibat perkataanku kemarin?“Gila sih, kalau gak diselamatin tuh Rahima bisa terluka,” komentar Zul. Iya, benar poin Zul. Cuma aku berharap justru Mas Faux yang menyelamatkan, bukan Mas Shad. Ini akan jadi buah bibir lintas fakultas, dan menjadi luka. Luka bagi Rahima, bagi Zihan.“Kenapa kamu tampak mikir keras?” tanya Zul kepadaku. Aku menggelengkan kepala.“Bukan apa-apa Zul. Hanya ada beban di benakku. Ya sudah, kita masih harus fokus dengan har
Baca selengkapnya

Bab 15

Waktu itu hanya mengajarkan tiga hal: lalu, kini, nanti. Masa lalu untuk dipelajari, masa kini untuk dijalani, masa nanti untuk diperjuangkan.Mars kebanggaan FTEI mengudara bebas kala para wisudawan berjalan menuju sebuah bendera yang menjadi simbol kebesaran FTEI. Satu mars terakhir dikumandangkan oleh pemimpin para wisudawan, yang diikut oleh semua mahasiswa dan wisudawan FTEI.Asap segera memenuhi tempat itu, menandakan perayaan. Sementara itu, bendera raksasa yang menghalau mereka langsung digulung ke atas, membukakan jalan. Penampilan dari mahasiswa baru segera mengikuti.Para wisudawan pun berlalu setelahnya menuju tempat duduk yang tersedia. Bersama kedua orang tua mereka. Beberapa dengan pendamping mereka. Aku melihat asisten-asisten lab perempuan membawakan Zihan dari X-106 ke bawah. Ya kan, aku gak habis pikir kok
Baca selengkapnya

Bab 16

Ada banyak persahabatan yang dirusak oleh cinta. Ada banyak ikatan yang retak karena cinta. Ada banyak luka yang tercipta karena cinta. Pertanyaannya, apakah ini salah cinta?Mutia: Maaf baru selesai, Affa. [Link]Aku membuka link yang dikirimkan oleh Mutia. Sepertinya anak ini tidak terlalu bisa memakai git. Ah tidak masalah. Aku harus selesaikan pekerjaan ini sebelum tidur.Membaca seluruh kode, database, dan sistem yang diberikan. Aku mencoba memutar otak untuk memastikan semuanya sesuai. Azan subuh berlalu kala aku masih sibuk dengan pekerjaanku. Hembusan berat keluar dari mulutku setelah selesai azan.“Salat dulu. Sepertinya setelah tidur hari ini saja,” gumamku. Aku mengakhiri pekerjaanku dan mengambil wudu, melaksanakan subuh, lalu bera
Baca selengkapnya

Bab 17

Kepercayaan, sekali retak, tidak bisa kembali ke bentuk awalnya.Aku tersenyum. Rasanya luar biasa setelah selama ini berjuang tanpa keyakinan bahwa ada yang benar-benar menyokongku diluar kehidupan laboratoriumku. Ini menunjukkan, terlepas alasan mereka, ada keinginan mereka untuk membantuku.“Heh, mereka sebegitunya peduli,” ucapku kepada diriku sendiri. Aku menyadari sesuatu, dan segera menggunakan ZLTS untuk memeriksa orang yang aku curigai. Aini dan Nuraini Agustina match.“Jadi, dia orangnya?” gumamku datar. Aku melihat ke arah perempuan itu sekilas, ZLTS menunjukkan foto dia, yang membuatku mengetahui yang mana Aini. Aku menutup aplikasiku.“Ah, setidaknya aku sudah tahu,” bisikku pelan. Aku
Baca selengkapnya

Bab 18

Hati itu unik. Dia tidak mengikuti akal yang dimiliki manusia.Affa: Oh ya. Aku mulai kepikiran. Kamu akrab sama Aini?Aristy: Kenapa memangnya?Affa: Mau tanya. Aku jengkel soalnya.Aristy: Keknya kamu yang gak peka.Affa: Apa maksudmu?Aku merasa tersinggung dengan kalimat itu entah kenapa. Ini seperti Rahima mengejekku dengan kata ‘tidak peka’. Bedanya, ini adalah seorang perempuan yang tidak pernah bertemu denganku. Orang asing. Dia berani mengejekku.Aristy: Darimana aku harus mulai menjelaskan ya?
Baca selengkapnya

Bab 19

Ada harapan yang tidak tertulis, selain dalam hati.Aristy: Semua ada di chat kemarin.Affa: Aku sudah baca semua itu.Aristy: Apa kurang? Aku sudah memberikan percakapan intinya.Affa: Rasanya masih ada yang kurang.Aristy: Saat kamu bilang di grup dulu kamu menyukai seniormu, dia nangis kejer di chat denganku. Aku aja sampai harus tenangin tuh anak.Affa: Oh, 3 tahun lalu.Aristy: 2 tahun lalu dia mulai mencoba move on, tapi tidak bisa.Affa: Kenapa?
Baca selengkapnya

Bab 20

Kala kita meyakini bahwa semua beban kita bisa diselesaikan, kala itu kita mulai mencari jalan keluar dari beban itu dengan kepala dingin.Aristy: [Lihat Status] Takut kehilangan ya?Affa: Iya.Aristy: Kenapa?Affa: Hmmm....Aristy: Ya sudah. Gak ada yang maksa kok.Aku menutup percakapan itu dan menghembuskan nafas berat. Mungkin tidak ada salahnya menjelaskan sedikit. Setidaknya, beban di benakku bisa ku lepas.Affa: Aku kehilangan orang berharga dalam hidupku dulu.Aristy: Turut berduka.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status