Home / Romansa / Hati Biru Affa / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Hati Biru Affa: Chapter 1 - Chapter 10

26 Chapters

Bab 1

Kedisiplinan adalah sebuah standar yang susah dimiliki.“Jadi, tidak ada lagi yang ingin ditanyakan?” tanya Yusuf kepada semua asisten yang hadir saat itu. Sebenarnya ada topik wisuda, namun mengingat dua wisudawan sedang hadir di lab, akan merusak kejutan jika dibocorkan sekarang.“Aku rasa itu cukup, Yusuf,” komentarku. Asisten lainnya tidak ada yang membantahku, dan sebagai moderator, Yusuf mengakhiri rapat malam itu.“Karena tidak ada yang perlu dibahas lagi, kita akhiri dengan do’a,” ucap Yusuf. Do’a kafaratul majelis menutup rapat malam itu. Para asisten pun kembali ke pekerjaan mereka masing-masing. Aku sendiri masih berkutat dengan skripsi milikku yang berhubungan dengan perekaman data besar untuk permainan dan melakukan
Read more

Bab 2

Jangan cari aku kala hanya diperlukan, lalu kamu campakkan begitu saja.Hari sabtu pagi, setelah subuh di masjid kampus, aku memutuskan untuk pulang dari laboratorium. Rahima sudah mengirimkan pesan dia akan lembur di kantor perusahaan Pak Arrow, salah satu dari teman Kak Hamid dulu, sampai minggu.Sebuah rumah kecil yang diberikan oleh Pak Arrow kepada kami aku masuki. Rumah itu tampak bersih, dan tentunya karena tidak sering dihuni. Biarpun aku dan Rahima punya rumah ini sekarang, laboratorium sudah seperti rumah bagi kami. Hanya untuk mandi saja biasanya aku pulang.Aku mandi dan mengganti pakaianku. Ada satu rencana pada sabtu ini, yaitu mengunjungi suatu tempat yang harusnya aku kunjungi lagi. 1 Maret adalah senin depan, tapi aku tidak bisa berkunjung pada hari itu. Jadi,
Read more

Bab 3

“Kamu yakin pesan ke anak tekkom itu?” tanya temanku saat kelompok mata kuliahku berkumpul. Aku menganggukkan kepala. Setidaknya, meskipun aku jarang berinteraksi dengan laki-laki yang aku kenal awalnya dari sebuah komunitas kepenulisan.“Kenapa yakin sih, Aristy?” tanya temanku yang lain. Bukan apa, cuma semenjak dua tahun lalu dia jadi satu dari dua orang yang sering aku rujukkan. Aku tersenyum.“Sebenarnya sudah kenal sama Affa semenjak dulu sih. Gak akrab, cuma dia tipikal yang pasti selesai,” jawabku sekenanya, “lagipula, dia kasih kompensasi juga. Padahal dia sendiri bilang itu harga aslinya satu juta,” lanjutku.“Heh. Kamu gak bilang apa-apa lho Aristy!” balas teman-temanku terkejut. Mungkin fakta bahwasanya Affa ternyata salah satu orang yang sering terlibat proyek kampus sudah ter
Read more

Bab 4

Tidak perlu alasan untuk berbuat baik.“Makasih banyak atas bantuannya, Dekker,” ucapku kepada asisten yang satu tahun dibawahku secara akademis. Dekker menganggukkan kepalanya.“Makasih juga lho mas. Dapat 150 ribu lagi dari UI UX. Emang berapa sih bayarannya mas seluruh aplikasi gitu?” tanya Dekker.“400 ribu. Itu harga khusus,” jawabku datar. Dekker terkejut mendengarnya.“Seriusan mas!? Biasanya sampean sampe 1 juta per proyek. Makanya anak-anak tekno takut pesan ke sampean kecuali emang mau ngambis,” balas Dekker terkejut. Ya, aku tahu semua aplikasi yang aku kembangkan selalu mendapat juara di teknopreneur, bahkan beberapa dilombakan oleh klien. Ah, yang penting aku dapat share.
Read more

Bab 5

“Kepada kelompok 4 dipersilahkan maju,” ucap sang dosen mempersilahkan kami untuk mempresentasikan ide bisnis dan progresnya. Salah satu temanku yang cukup jago dengan presentasi berusaha menunjukkan kemampuan presentasinya sebaik mungkin. Ya, aku tidak suka dengan kondisi seperti sekarang, maju di depan kelas.Temanku menunjukkan demonstrasi aplikasi, dan saat sebuah logo unik menampilkan diri di awal aplikasi, sang dosen terlihat terkejut untuk beberapa saat sebelum dia kembali menormalkan netranya. Apa yang membuat logo aneh dalam aplikasi yang diberikan Affa bisa memberikan reaksi itu?Demonstrasi aplikasi berjalan lancar. Penjelasan juga selesai. Dan kala sesi tanya jawab, teman-temanku bisa melakukan tugasnya dengan baik. Setidaknya mereka tidak sepenuhnya menyebalkan, dan benar-benar membantu.“Oh ya. Saya mau tanya, kalian
Read more

Bab 6

Tidak semua hal akan membekas dalam ingatan manusia.“Kenapa tiba-tiba dia membahas itu?” komentarku seraya masuk ke lab, tentunya mengucapkan salam. Aku yang baru selesai bimbingan, segera duduk ke kursi asisten milikku.“Eh, di sini ada yang kemarin sekelas dengan klien-klienku tahun lalu?” tanyaku kepada asisten-asisten di laboratorium. May menganggukkan kepala.“Ada satu di tempat saya Mas. Waktu itu sih dosennya komentar keknya mereka serius banget sama bisnis mereka. Cuma itu aja sih,” jawab May. Aku mencoba berpikir. Oke, itu menjelaskan kenapa Aristy bertanya tentang logo. Tapi...Bagaimana dia tahu tentang kakakku?“Oh ya Mas, baru ingat lag
Read more

Bab 7

Tembuslah ilusi yang mereka ciptakan. Jangan tertawan oleh manisnya tipu daya.Bagi warga biasa, keberadaan Zero Law Tolerance System, disingkat ZLTS, adalah sebuah misteri. Sistem keamanan dan deteksi tingkat tinggi ini dipakai dalam pelacakan, proses penembusan data, hingga pengawasan pergerakan semua warga negara di Indonesia guna melindungi warga negara dari kejahatan. Nama ZLTS adalah nama proyek di perusahaan Arrow-Azhar. Nama teknologi ini di pemerintah adalah Sistem Keamanan Siber Nasional, disingkat SKSN, bukan sksd.Sistem ini adalah pelanggaran terhebat terhadap hak kerahasiaan seluruh warga negara. Dengan topeng demokrasi, sistem seperti ini digunakan oleh pemerintah untuk mengawasi kemungkinan peristiwa kejahatan. Namun, aku pribadi merasa ini bisa lebih menakutkan. Aku hanya berharap, kare
Read more

Bab 8

Semua orang punya kelebihannya dan kekurangannya sendiri.Aku bukannya lari dari masalah logo itu. Aku hanya tidak ingin membuka luka yang telah ditutup rapat. Biarkan saja sejarah logo itu tenggelam, dan menjadi sebuah mitos yang tidak pernah dijelaskan. Lagipula, logo itu adalah simbol kegelapan negeri ini sekarang.Kenapa kegelapan? Karena orang dibaliknya adalah cikal bakal keberadaan Azhar EduTech. Keberadaan orang-orang baru yang berkuasa dan memainkan kehidupan seperti pion. Aku pun melihat diriku demikian, hanyalah pion di tangan Mas Azhar dan Mas Arrow.Subuh itu aku laksanakan dengan khidmat. Namun, rasanya seperti ada yang salah kala aku selesai.“Jika aku menyelesaikan semua ini, maka sama saja aku berkontribusi membawa keg
Read more

Bab 9

“Aku sih gak senang kita lanjutin ini,” keluh salah satu rekan kelompokku. Aku hanya mendengarkan mereka dengan bosan.“Coba kalo gak ada logo itu. Sekarang kita sudah diperhatikan sama semua dosen tekno,” keluh rekan kelompok yang lain. Aku juga tidak terlalu tertarik melanjutkan, tapi tidak ada salahnya dicoba. Siapa tahu bagus kan?“Ini gara-gara kamu, Aristy!” tuduh salah satu anggota. Aku langsung berdiri dari tempat aku duduk. Dia ingin ribut? Akan aku berikan.“Heh! Kemarin yang ngurus BMS dan kejar-kejaran buat setor itu aku ya!” balasku ketus. Terserah mereka akan memusuhiku setelah ini. Keterlaluan saja sekarang menyalahkanku. Kemarin-kemarin kalian pada nongki gak jelas abai sampai aku gelabakan jam 11 malam buat selesaikan BMS yang belum rampung. Mana ada tugas Studio juga. Sial emang!
Read more

Bab 10

Jangan termakan oleh ilusi kebebasan yang palsu.“Terima kasih untuk hari ini,” ucap Mas Azhar saat izin pamit hari itu. Aku hanya menganggukkan kepalaku. Jangan terlalu banyak berkomentar, cukup akhiri saja.“Sama-sama Mas. Saya pulang dulu,” balasku dengan hormat. Beliau menganggukkan kepala dan mempersilahkanku pulang. Netra ini sempat memperhatikan perempuan yang menjadi asisten beliau, namun abaikan saja.Setelah aku tiba di rumah, baru aku lepaskan semua deru nafas yang tersembunyi. Pekatnya kegelapan yang menyelimut tempat itu seakan menelanku hidup-hidup. Menyebalkan sekali.“Berat sekali,” gumamku. Aku meletakkan laptopku di meja kamarku. Jam menunjukkan angka 9 malam, dan aku lelah. Ponselku berd
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status