Home / Romansa / After Heartbreak (21+) / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of After Heartbreak (21+): Chapter 11 - Chapter 20

28 Chapters

Bajingan itu kembali lagi

Setiba di vila Albert segera bergegas mandi, sedangkan aku merebahkan tubuhku diatas kasur empuk. Menatap langit-langit kamarku, hari ini rasanya cukup melelahkan tapi menyenangkan, bibirku tersenyum.Ponselku berdering, terdapat panggilan masuk dari Hansen. Aku menatap sebal dan kembali menyimpan ponselku, membiarkannya hingga berhenti berdering. Namun ponselku kembali berdering lagi."Ada apa?" "Kamu dimana sekarang? Aku dari kemarin ke apartemenmu tapi kamu tidak ada disini. Dan kenapa ponselmu dari kemarin tidak aktif?" tanya Hansen kepadaku dengan nada khawatir."Sedang berlibur, ponselku habis baterai, memangnya kenapa?" aku bertanya balik."Tentu saja aku khawatir bodoh! Bagaimana jika kamu diculik. Kamu dimana? Aku jemput sekarang," ucapnya."Cih, sejak kapan kamu perduli padaku! Tidak usah, besok siang aku pulang." Aku segera mematikan telfonnya. Rasanya sedikit mual mendengar perkataan Hansen yang seolah mengkhawatirkan dirik
Read more

Perasaan Yang Belum Selsai

Setelah kepergian Albert beberapa saat yang lalu, pipi Jessica terus memerah karena menahan malu mengingat perkataan darinya beberapa saat lalu. Laki-laki itu memang selalu bisa memberikan kenyamanan pada hatinya, walaupun disusul oleh sifat menyebalkannya yang tak pernah berubah.  "Apakah aku sudah benar-benar bisa menerima Albert sepenuhnya?" batin Jessica ragu-ragu, namun secepat itu pula ia segera menepisnya. "Aku harus bisa menerimanya, karena Albert sudah sangat baik kepadaku dan perlahan menyembuhkan lukaku terhadap cinta yang berhasil membuatku sempat trauma." Jessica merebahkan tubuhnya di kasur empuknya sambil tak henti-hentinya tersenyum, seharusnya hari ini menjadi hari yang buruk karena ia kembali melihat seseorang dari masa lalunya yang kehadirannya sangat tak diinginkan itu.  Ia menatap ponselnya lalu mencari nama Albert disana, hatinya berkata ingin sekali lagi mendengar suara laki-laki yang kini menjadi kekasihnya, n
Read more

Sebuah Kesalahan.

Aku membuka ponselku dan menemukan beberapa pesan serta panggilan tak terjawab dari Jessica yang sempat kuabaikan tadi. Tunggu sebentar, tadi kubilang apa? aku mengabaikan Jessica? Aku menepuk dahiku sambil mengumpati kebodohanku sendiri, bagaimana bisa aku lebih memikirkan wanita lain ketika posisiku sekarang merupakan kekasih seorang wanita yang nyaris sempurna seperti Jessica! Tidak. Ini tidak boleh dibiarkan, kau harus sadar Albert! Dengan cepat aku segera menghubungi ponsel Jessica, bermaksud untuk mengabarinya bahwa aku baik-baik saja. Namun sepertinya keberuntungan tak berpihak kepadaku, karena sekarang panggilanku tak dapat tersambung oleh Jessica karena ponselnya sudah tak lagi aktif. “Sepertinya aku harus menemuinya untuk menebus semua kesalahanku.” ______   Jessica menghembuskan nafasnya lega karena baru saja selesai merapihkan seluruh pakaiannya maupun kamar tidurnya itu. Ia tersenyum lebar
Read more

Terjebak Masalalu

"Ti-tidak!" Laki-laki itu menggeleng, dan tentu saja itu sebuah kebohongan.  Namun Jessica dapat melihat ada sesuatu yang berbeda dari kekasihnya kini, “Kau masih merasa bersalah kepadaku?” “Ah, itu bukanlah sebuah masalah, Albert. Kau tidak perlu memikirkan itu apalagi memperbesarnya. Aku sangat mengerti, bahwa duniamu tak hanya berputar kepadaku, jadi tak masalah jika kau sampai tidak sempat untuk menghubungiku,” ucap Jessica tulus, yang anehnya berhasil menusuk hati Albert cukup dalam. Jessica menggengam tangan Albert dan Menatap matanya. “Melihatmu berada di sini dengan kondisi yang baik-baik saja sudah cukup untukku, Albert. Jangan dipikirkan lagi, ya? kita lupakan kejadian tadi.” Mendengar ucapan tulus dari mulut Jessica berhasil membuat Albert kembali mencaci dirinya sendiri, tolong siapapun keluarkan seluruh makian kalian kepada Albert karena ia sudah berhasil menjadi manusia paling bodoh hari ini. “Albert?” Ah, Albert bar
Read more

Aku Mengkhawatirkanmu

Kedua alisku terpaut tak santai, “Ada apa?” tanya Jessica yang berhasil membuyarkan lamunanku. Aku menyadari, “Hanya ada sedikit hal, namun sepertinya itu sesuatu yang penting.” Jessica setuju alisnya tidak setuju, untuk semua hal itu selalu memiliki nilai penting. Apa sekarang sudah cukup larut malam, namun ponsel milik Albert masih terus berbunyi. “Kurasa ada sesuatu yang penting,” balas Jessica yakin. Aku cepat, tak ingi
Read more

Mulai Berbeda

  Jessica memandangi langit malam yang terlihat gelap dan kosong, entahlah ia juga heran mengapa kondisi langit kini benar-benar serupa dengan perasaannya. Rasanya beberapa saat yang lalu ia baru saja merasakan dunia begitu terasa berwarna dan menyenangkan, namun kini semuanya kembali seperti biasa, bahkan mungkin lebih buruk. Ia mengusap kedua lengannya karena mulai terusik oleh dinginnya malam yang berhasil menembus tubuhnya, “Sialan, mengapa aku begitu percaya diri untuk memilih pakaian seperti ini?” keluhnya sambil tak henti merutuki kebodohannya. Benar, Jessica kini tengah mengenakan sebuah dress mini berwarna putih yang panjangnya lima sentimeter di atas lutut mulusnya. High heelsnya kini merangkap menjadi sebuah pelengkap bag seluruh penderitaannya, hingga mau tak mau ia terpaksa harus melepasnya. Tanpa sadar air mata Jessica mulai turun membasahi wajah cantiknya itu, bibirnya kini tertutup rapat-rapat. Perempuan itu sudah lelah de
Read more

Kita Mulai Dekat Lagi

Albert menghampiri Adisty yang kini masih terjaga menunggu kabarnya, “Apakah kau baik-baik saja?” tanyanya khawatir setelah melihat beberapa luka lebam pada wajah Albert. “Semuanya akan tetap baik-baik saja, Adisty.”Adisty mengela nafasnya pasrah, “Aku keberatan dengan perkataanmu, Albert.” Albert menatap Adisty dengan tatapan yang mengisyaratkan bahwa ia sama sekali tak mengerti, “Kau mengerti maksudku,” balasnya lirih. “Bagaimana kau bisa begitu yakin bahwa semuanya akan baik-baik saja?” tanya Adisty.Laki-laki itu mengangkat sebelah alisnya, “Karena... aku akan menjagamu?” jawab Albert sesuai dengan jalan pikirannya. “Bodoh! kau tidak bisa melakukan semua itu.” “Aku jauh lebih mengerti kemampuanku, Adisty.” “Tetapi kau tidak boleh terus seperti itu!” Albert semakin tak mengerti kemana arah pembicaraan mereka berlangsung, “Apa maksudmu?” “Jangan pernah mengatakan sesuatu yang akan kau sesali di kemudian hari, A
Read more

Ada Apa Dengannya?

Aku mengacak rambutku frustasi ketika mengetahui bahwa ternyata ponsel milik Jessica sudah tidak dapat dihubungi. Padahal, beberapa saat lalu panggilanku masih bisa terhubung, apakah perempuan itu baik-baik saja? Sudah sebanyak dua belas panggilan dan tiga pesanku tak kunjung mendapat respon, tiba-tiba ingatanku kembali saat aku tengah menemani Adisty sampai menghiraukan panggilan dari Jessica cukup lama.Tidak, sangat tidak mungkin Jessica juga melakukan itu kepadaku. Pikiranku kali ini sangat kalut, entah mengapa tiba-tiba semuanya terasa runyam, dan yang kubutuhkan kali ini hanyalah sekadar mengetahui kabar Jessica. Setidaknya itu sedikit membantu mengurangi beban pikiranku. Aku berhenti di tengah kedua jalur dengan ragu-ragu, jalur yang pertama adalah pilihan untuk menuju apartemenku, dan yang kedua adalah menuju apartemen Jessica. Maka manakah yang seharusnya kuambil? Untuk langsung pulang, rasanya sangat berat dan bisa kupastikan aku tak bisa
Read more

Cemburu

Setelah cukup lama keduanya berpelukan, barulah kini Albert melepas pelukannya lalu menggandeng tangan Jessica menuju sebuah kursi panjang yang sudah disediakan di lorong-lorong apartemen.Jessica mengeratkan jaket milik Hansen yang terbalut pada tubuhnya, karena malam ini udara terasa semakin dingin. Albert yang mengetahui bahwa jaket yang dikenakan oleh Jessica itu bukanlah miliknya kembali merasa kesal, padahal tadi emosinya sudah cukup mereda. Ia melepaskan jaketnya lalu menyodorkannya kepada Jessica, “Pakai ini saja,” tawarnya.Jessica memandangi jaket itu bingung, “Aku sudah memakai sebuah jaket, Albert,” balasnya keheranan, bukankah jaket itu lebih pantas dipakai oleh Albert?“Jaket itu terlihat jelek jika dipakai olehmu.”Jessica mengerutkan alisnya tidak terima, “Apakah menurutmu akulah penyebab jaket ini menjadi jelek?”“Jaket itu yang mengurangi kecantikanmu, Jessica,” jawab Albert hiperbola.“Jadi, aku ha
Read more

Hansen lagi

Aku membuka kedua mataku setelah mendengar sebuah dering pesan masuk, dengan segera kuambil ponselku yang terletak di sebelah nakas tempat tidurku. Isi pesan dan si pengirim pesan itu berhasil menciptakan sebuah lengkungan indah di bibirku. Ya, itu adalah sebuah pesan dari Albert. 'Selamat pagi, Jessica. Hari ini aku sedang free, bagaimana kalau pukul lima kutunggu kau di stasiun kereta?' Isinya memanglah bukan berupa pesan-pesan manis layaknya remaja yang sedang kasmaran, namun rasanya sangat berbeda dari biasanya. Terlebih, ketika mengingat bagaimana kita menghabiskan malam dengan penutup yang sangat manis. Ah, rasanya ingin sekali bisa kembali memutar waktu dan menghentikannya tepat saat itu. Aku menggerakan jemariku satu persatu, mulai merangkai kalimat di layar ponselku untuk membalas pesan dari Albert. 'Kau ingin pergi naik kereta bersamaku?' Tak butuh waktu lama, suara dering pertanda pesan masuk kembali berbunyi.
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status