Semua Bab Wanita Penyelamat Tuan Muda: Bab 11 - Bab 20

28 Bab

Part 11 Berlari mengejar Syifa

"Fa, Bagaimana menurutmu tas ini? Cantik tidak?" Erliana memperlihatkan tas yang ia beli kepada Syifa namun Syifa diam saja. Ia melamunkan apa yang baru saja terjadi."FA. Kamu kenapa sih? Ditanya malah diam saja." "Kamu tadi tanya apa Er?" Kata Syifa tersadar dari lamunannya." Tuh, kan kamu dari tadi melamun terus. Ada apa sih. Cerita dong sama aku?""Nggak ada apa-apa kok Er. Cuma masalah kecil." Jawab Syifa.Erliana terlihat tidak puas dengan jawaban Syifa. Ia merasa ada sesuatu yang ia sembunyikan. Mungkin Syifa belum ingin bercerita apa masalahnya. Erliana hanya berharap Syifa memang baik-baik saja."Baiklah. Kita pulang sekarang.""Oke."Hari semakin senja. Tampak banyak kendaraan yang berlalu lalang di jalanan ibu kota yang padat. Erliana mengantar Syifa kerumahnya. Ia melambaikan tangannya sebagai salam perpisahan mereka.Syifa baru saja menyelesaikan ritual mandinya. Ia mengganti pakainnya dengan pakaian
Baca selengkapnya

Part 12 Penghianatan

Para karyawan terheran melihat keadaan Zain yang sedang berlari dengan kemeja basah tanpa dikancingkan. Ia tidak peduli dengan pandangan karyawan terhadapnya saat ini, yang ada dalam fikirannya hanyalah Syifa.   Ditempat parkir yang luas, Zain meraih tangan halus Syifa dan mendekapnya. Syifa merasakan hentakan yang kuat dari tangan Zain saat ia membalikkan tubuhnya. Rasa hangat dari tubuh mereka yang bersentuhan membuat hati mereka berdesir. Nafas Zain yang memburu menyapu pipi kanan Syifa. "Honey. Apa yang kamu lihat tidak seperti yang kamu pikirkan. Aku dan Kinan tidak ada hubungan apa-apa. Apa yang kamu lihat tadi adalah kecelakaan. Kumohon percayalah padaku."  Syifa mendorong tubuh Zain dengan kuat tetapi kekuatannya tidak seberapa dibanding dengan kegagahan lelaki yang mendekap tubuhnya. "Kau pikir aku bodoh. Apakah itu yang selalu kau lakukan dibelakangku, Zain? Kupikir kamu sungguh mencintaiku tetapi ternyata selama ini aku salah
Baca selengkapnya

Part 13 Menatap mata indahnya

Azka mengantar Syifa sampai rumahnya. Ia menelungkupkan jasnya diatas tangannya yang menutupi rambut panjang Syifa. Melindunginya dari derasnya hujan. Saat ia menurunkan Jas hitamnya. Tatapan mata mereka bertemu, ada sesuatu yang aneh dalam hati Azka. Momen yang sangat ia rindukan sejak lama. Berada didekat Syifa dan menatap mata indahnya.  Hangatnya kopi dengan aroma khas gula aren menemani malam mereka. Hanna meminta Azka untuk makan bersama. Indahnya rembulan dimalam hari seperti cahaya direlung hatinya. Azka selalu ingin berada disamping Syifa dan menjadi pelindungnya. Perbincangan mereka berlangsung hingga larut. Luka dihati Syifa sedikit terobati dengan kehadiran Azka yang menghiburnya. Menceritakan hal-hal konyol yang mereka lalui bersama saat masih dibangku sekolah. Azka pulang dengan diantar kedua wanita ibu dan anak yang melambaikan tangannya dengan senyum disudut bibirnya.  Harum parfum bunga sakura memenuhi ruangan pijat VIP. Seorang pelanggan w
Baca selengkapnya

Part 14 Saran Raka

Seminggu telah berlalu, setiap hari Zain tidak bisa berkonsentrasi dengan pekerjaannya. Didalam pikirannya hanya ada Syifa dan Syifa. Banyak pegawai yang mengeluhkan perilaku Zain akhir-akhir ini yang sering marah walaupun mereka tidak melakukan kesalahan. "Laporan macam apa ini. Saya sudah bilang bahwa kamu harus menelitinya dengan seksama terlebih dulu sebelum menyodorkannya padaku. Saya tidak mau ada kesalahan sedikitpun. Perbaiki laporannya dan harus selesai sebelum makan siang!" Titah Zain pada bawahannya. Ia melemparkan beberapa berkas ke sembarang arah.  "Baik, Tuan Muda. Akan segera saya perbaiki. Saya permisi dulu." Sherly mengambil berkas yang sudah ia kerjakan dengan susah payah. Ia meninggalkan ruangan Raka sambil menggerutu. "Enak banget sih jadi Bos. Kerjaannya hanya marah-marah melulu." Ia menghela nafas panjangnya. "Eh Syerli, kamu dimarahi bos ya. Sama nih. Aku juga padahal aku tadi hanya terlamat lima detik ke kantor. Kayaknya B
Baca selengkapnya

Part 15 Cinta pasti akan menemukan jalannya

Mobil Lamborghini Aventador SVJ melaju dengan cepat meninggalkan kota jakarta. Zain sudah memantapkan diri untuk pergi sementara waktu dari hiruk pikuk kota metropolitan itu. Meninggalkan kepahitan atas kisah asmaranya dan memulai melakukan aktivitas yang berbeda dari biasanya untuk menenangkan batinnya. Hampir sekitar tiga jam berlalu dan ia sudah berada di depan sebuah rumah minimalis dua tingkat dengan gaya shabby. Terdapat sebuah kayu mungil bertuliskan kaligrafi arab dengan bacaan assalamu'alaikun di depan pintu berwarna putih itu. Seorang pria tampan berwajah oval dengan sedikit jenggot di janggutnya membukakan pintu rumah yang masih tertutup. "Zain, bagaimana kabar sohibku yang paling gagah dan tajir ini? Lama sekali kita tidak bertemu dan sekarang antum terlihat semakin sukses saja. Semoga Tuhan memberikan rahmatnya padamu." Ucap Husain dengan gaya khas agamisnya. "Amin. Terimakasih atas do'amu. Aku sedang banyak pikiran akhir-akhir ini. Jadi aku kesi
Baca selengkapnya

Part 16 Menunggu bidadari yang cantik

Sudah satu bulan Syifa tidak bekerja ditempat Azka. Ia tidak bisa melupakan Zain. Rasa cinta dan sakit hati bercampur menjadi satu. Selera makannya buruk dan membuat berat badannya menurun drastis. Erliana dan Raka sering mengajaknya pergi mencari udara segar namun ia selalu menolaknya.  Hanna menyarankan Syifa untuk bekerja di perusahaannya. Ia sangat prihatin dengan keadaan putrinya. Keceriaannya berganti dengan diam. Berbagai cara Hanna lakukan untuk membuat Syifa melupakan Zain. Mengajaknya olahraga lari kecil dipagi hari. Mengajarinya memasak berbagai macam makanan olahan rumah serta pergi untuk melihat perusahaan percetakan. Baju kerja yang rapi berwarna cerah dan rok sepanjang lutut dikenakan Syifa untuk mulai bekerja diperusahaan ibunya. Sepatu hak tinggi dengan pita kecil berwarna putih menambah keanggunan pemiliknya. Hanna mengenalkan Syifa kepada para karyawannya. Hanna meminta Syifa untuk menjadi manager accounting tetapi Syifa tidak bisa menerimanya
Baca selengkapnya

Part 17 Satu kesempatan lagi

Zain merangkul pinggang Syifa hingga tidak aja jarak diantara keduanya. Syifa menatap Mata tajam Zain. Keduanya terhanyut dalam kerinduan. Kedua bibir mereka bertautan. Syifa tidak menyadari sejak kapan Zain menciumnya. Kelembutan itu membuat Syifa pasrah dan menikmatinya. Saat ia memejamkan matanya. Ia mengingat kata kata Kinan tentang apa yang telah dilakukan Zain padanya. Hal itu membuatnya sangat marah dan menggigit bibir bawah Zain hingga ia melepaskan ciumannya. 'PLAK' Tamparan keras mendarat di pipi pria tampan itu. Zain meringis walaupun rasanya tidak terlalu sakit. Ia mencoba menenangkan dirinya."Apakah seperti ini caramu memperlakukan wanita?" Ucap Syifa dengan segala kekesalannya."Lalu apa bedanya denganmu. Baru satu bulan kita tidak bertemu dan kamu sudah menggoda laki-laki lain." Timpal Zain."Kau sendiri yang membuatku menjauhimu. Kau mengirim pesan singkat padaku untuk menemuimu di kantormu. Tetapi apa yang kulihat adal
Baca selengkapnya

Part 18 Bunga yang indah untuk kekasih terindah

Ratih sangat mengenal anaknya. Zain memiliki prinsip yang kuat. Ia juga memiliki koneksi yang luas dari bisnisnya, ia pasti bisa hidup dengan baik walaupun tanpa nama besar Sanjaya. Ia juga memiliki beberapa apartemen dan tabungan atas namanya sendiri. Ratih tidak menginginkan anak semata wayangnya pergi dari sisinya. Haruskah ia berpura-pura merestui hubungannya dengan Syifa ataukah membiarkannya pergi agar ia tahu bagaimana rasanya hidup tanpa nama besar Sanjaya. Kebimbangan Ratih membuatnya sulit untuk berpikir jernih.  Beberapa pakaian telah dimasukkan Zain ke koper besarnya. Tekatnya sudah bulat. Apapun resikonya, ia akan menanggungnya. Ia menyeret kopernya ke lantai bawah hingga ke ruang tamu. Ratih menahan langkah Zain. Ia menghampirinya dengan air mata palsunya. "Sayang, Mama minfa maaf, Mama tahu Mama salah. Mama hanya ingin yang terbaik untukmu, Nak. Kalau Syifa bisa membuatmu bahagia. Mama akan merestui hubungan kalian." Ucap Ratih. Pa
Baca selengkapnya

Part 19 Will you merry me?

Syifa menyambut Zain dengan penuh kasih. Mereka berpegangan tangan dengan mesra. Tidak perduli dengan banyak mata yang memperhatikan mereka. Bisikan para wanita yang mengagumi pria tampan itupun tidak mereka hiraukan. Mereka terhanyut dengan rasa cinta yang membuncah. Zain membukakan pintu mobil Ferrarinya untuk bidadari cantik yang telah mencuri hatinya. Menutupi kepalanya agar tidak terbentur. Perlakuan Zain membuat Syifa seperti terbang ke awan. Wanita mana yang tidak suka jika diperlakukan lembut oleh pria yang paling dicinta.  Mobil Ferrari melesat menuju ketempat yang asing bagi Syifa. Ia ternganga melihat sebuah jet pribadi yang ada di depannya. Zain mengajaknya untuk menaiki jet pribadi milik keluarganya.  "Silahkan, Tuan Putri." Ucap Zain mempersilahkan Syifa untuk naik ke jet pribadi bersama. "Ini sangat mengagumkan, Zain. Kita akan pergi kemana?" Tanya Syifa. "Kamu akan tahu nanti." Mereka duduk ber
Baca selengkapnya

Part 20 Api kecemburuan

Dibalkon rumah yang megah. Seorang pria berbadan tinggi dan tegap sedang memandang kearah luar. Sesekali ia menyesap rokok untuk menghilangkan rasa frustasinya. Pandangan matanya memancarkan api kebencian dan kecemburuam. Mengetahui wanita yang selama ini dicintainya memilih Zain yang baru dikenalnya.Hatinya tercabik-cabik. Ia merasakan sakit yang amat sangat. Azka membayangan saat Syifa tersenyum padanya. Memorinya saat masih remaja terulang dalam benaknya. Ia sangat merindukan Syifa kecil yang menggenggam tangannya, menghiburnya saat merasa sedih. Menunggunya saat hendak pergi kesekolah. Saat-saat mereka bersama dulu.Dalam hati ia berkata 'Jika aku tidak bisa mendapatkan Syifa, maka tak ada satu priapun yang bisa bersamanya.' Azka terbangun dalam lamunannya saat seseorang memanggilnya."Tuan Azka, Tuan dan Nyonya besar sudah menunggu anda diruang keluarga." Kata seorang pembantu rumah tangga."Katakan kepada mereka. Aku akan segera kesana." 
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status