Beranda / Romansa / Kedai Juni & Juli / Bab 41 - Bab 50

Semua Bab Kedai Juni & Juli: Bab 41 - Bab 50

62 Bab

Bab 41. Anak Misterius

“Foto siapa ini Pak?”Badi memegang sebuah foto bayi berwarna hitam putih. Posisi bayi itu telentang di sebuah tempat tidur dan wajahnya tersenyum memandang ke arah kamera. Sungguh manis. Juni menebak usia foto yang kusam dan kekuningan itu sudah setengah abad lamanya.“Mas janji jangan cerita ke Ibu ya?”“Iya Pak, saya janji.”Badi terdiam sebentar. Matanya lalu memandang foto itu.“Ini foto anak kedua Ibu.”Mata Juni terbelalak.“Maksud Pak Badi? Nenek punya anak kedua?”“Iya Mas.”“Tapi…tapi kenapa Nenek gak cerita kemarin?”“Ceritanya panjang Mas..”“Kok Pak Badi tahu ini anak kedua Nenek? Tahu dari mana Pak?”“Dari Paman saya, Mang Oding, Mas…”Juni lalu teringat perkataan Zalma yang pernah menyebutkan kalau Badi adalah keponakan Oding. Pantas ia tahu banya
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-12
Baca selengkapnya

Bab 42. Mencari

Juli memandang Juni dengan takjub, mulutnya setengah terbuka.“Lu yakin itu bener Jun?”“Iya, gue yakin banget.”“Kalau si Pak Badi bohong gimana?”“Ngapain dia musti bohong Jul, gak ada untungnya juga buat dia.”“Iya juga sih..”Mereka kemudian terdiam, sibuk dengan pikiran masing-masing.“Kita perlu tanya Nenek gak ya?”“Gak perlu Jul. Kalau kita tanya nanti yang bakal kena marah si Mang Oding sama Pak Badi, kasihan mereka.”Juli manggut-manggut.“Terus…kita mau cari panti asuhan itu nanti di Jakarta?”“Iya, tadi Sandra bilang kalau dia seperti pernah dengar nama panti itu, gue udah cari di map sih gak ada.”“Kalau di map gak ada berarti itu panti udah tutup kali Jun. Lu udah coba search di internet?”“Udah, gak ada juga.”“Terus kita mau car
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-12
Baca selengkapnya

Bab 43. Rencana

“Ada apa Larso?” Dimas memandang Briptu Sularso dengan pandangan cemas.“Iya Larso, kenapa?” Jelita bertanya tidak sabar. Hatinya gelisah.“Anggota team saya tidak menemukan Putri di kost Hadi tapi ada saksi mata yang melihat seorang wanita yang cirinya mirip dengan foto Putri tidak jauh dari rumah sakit ini.”“Terus, saksi mata itu lihat Putri kemana?”Briptu Sularso memandang Dimas.“Menurut keterangan si saksi mata, wanita itu terlihat seperti bingung dan….”Briptu Sularso terdiam sejenak seperti sedang mencari kalimat yang tepat untuk dikatakan.“Melompat dari jembatan ke arah sungai di seberang rumah sakit ini.”Jelita menggenggam tangan Dimas dengan gemetar.“Putri lompat?” Dimas mengulang perkataan Briptu Sularso dengan rasa tidak percaya.“Saya belum bisa bilang kalau itu Putri tapi memang ciri-cirinya mirip de
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-15
Baca selengkapnya

Bab 44. Perburuan

Perahu karet yang ditumpangi oleh Dimas, Jelita dan Rahadi semakin mendekati pinggir sungai. Samar-samar mereka melihat ada sosok mengapung tersangkut di akar pohon. Tidak ada yang mampu berbicara atau saling bertanya apakah benar itu Putri? Semua terdiam sambil menunggu perahu itu mendekat ke sana. “Selamat siang bapak-bapak dan Ibu, selamat siang Briptu Larso,” sapa salah satu petugas yang telah menunggu di sana dengan ramah. Ia lalu menarik perahu agar lebih mendekat ke pinggir. Jelita memalingkan wajahnya dari sosok yang mengapung itu, rasanya ia tidak sanggup melihatnya. “Selamat siang Briptu Anwar,” sapa Briptu Sularso. Setelah perahu mendekat, Briptu Sularso kemudian memandang ke arah Dimas, Jelita dan Rahadi. “Silahkan Bapak dan Ibu melihat, apakah benar ini jasad Putri?” Dimas memandang sosok tubuh seorang wanita berambut panjang yang sedang dalam posisi menelungkup itu dengan sedikit ngeri. Ia belum pernah melihat may
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-17
Baca selengkapnya

Bab 45. JaRe

Juli menatap Rendy yang sedang sibuk menerima pembayaran di meja kasir. Hari ini adalah Jumat sore dan memang biasanya tamu yang datang ke café JaRe lebih banyak dari hari-hari sebelumnya. Kemungkinan dikarenakan menjelang weekend orang-orang lebih santai sehingga bisa menghabiskan banyak waktu untuk nongkrong bersama teman atau sekedar jalan-jalan melepas kepenatan akibat rutinitas sehari-hari.“Sorry Jul, gue sibuk banget jadi baru bisa nemenin lu sekarang,” kata Rendy sambil duduk di hadapan Juli. Antrian orang yang akan membayar di meja kasir sudah tidak terlihat lagi.“Iya gak apa-apa Ren,” jawab Juli selembut mungkin.“Jadi gimana resep Nek Zalma nih? Udah berhasil dibuat dong.”Juli mesem-mesem.“Yaa kalau menurut gue sih bisa Ren tapi gak tahu nanti pas jualan gimana.”“Musti yakin Jul. Gue aja buka kedai kopi ini modal nekat. Emang sih gue pernah belajar jadi barista dan s
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-18
Baca selengkapnya

Bab 46. Terperangkap

Putri mematikan telepon genggamnya dan meletakkannya di atas meja di samping tempat tidur. Hotel bintang tiga yang ia tempati saat ini meski memiliki ruangan yang lebih kecil daripada kamarnya di rumah tapi terasa nyaman. Designnya rapi dan minimalis. Selain itu, jauh dari keluarga justru membuat Putri merasa lebih tenang.Ketenangan, itu memang satu hal yang paling ia butuhkan sekarang.Banyak hal yang harus ia pikirkan terutama mengenai janin yang ada di kandungannya saat ini. Apa yang harus ia lakukan? Keluarganya menolak janin ini tapi ia tetap ingin mempertahankannya. Putri sadar resiko terberat yang ia harus tanggung apabila tetap mempertahankan kehamilannya adalah dibuang dari trah keluarga Kusuma yang kaya raya dan tanpa cela.Sebenarnya Putri belum siap kalau harus berpisah dari keluarganya. Ia belum mandiri dan masih mengandalkan pemasukan uang dari ayahnya dan sang nenek. Tapi apa daya, demi janin ini dan juga cintanya kepada Hadi, ia harus siap untuk
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-20
Baca selengkapnya

Bab 47. Tragedi di Viena

Andrea memarkirkan mobilnya masuk ke halaman Hotel Viena. Beberapa mobil nampak terparkir di sana meski tidak terlalu penuh. Andrea melihat lagi ke arah telepon genggamnya. Putri sama sekali tidak mengirim lokasi hotel ini, akhirnya ia mencarinya sendiri dengan menggunakan fitur navigasi di telepon genggamnya. Kemana sih nih anak, gerutunya dalam hati. Ia mencoba berkali-kali menelepon Putri tapi tidak diangkat. Setelah mencoba menelepon Putri sekali lagi dan tetap tidak diangkat, akhirnya Andrea memutuskan untuk turun dari mobil dan masuk ke dalam hotel. Ia berpikir, mungkinkah Putri menggunakan nama samaran ketika menginap di sini? Rasanya tidak mungkin. Putri jarang mengalami hal-hal yang ekstrim dalam kehidupannya jadi ia tidak terlatih untuk berpikir sejauh itu. Putri pasti tetap memakai nama asli, apalagi sebelum check in resepsionis hotel pasti meminta tanda pengenal sehingga lebih tidak mungkin lagi Putri berani menggunakan nama samaran. “Ada yang bis
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-21
Baca selengkapnya

Bab 48. Bertubi-tubi

Dimas bergegas menuju ke ruangan IGD Rumah Sakit Flamboyan begitu diberitahu oleh Briptu Sularso kalau Putri sudah tiba di sana. Namun sayang, dia tidak bisa melihat anak perempuannya itu karena sudah keburu dibawa ke ruang operasi.“Malam Pak Dimas,” sapa Briptu Sularso ketika ia baru saja sampai di depan ruang IGD dan melihat Dimas sedang berdiri mematung di sana.“Malam Larso,” jawab Dimas dengan suara lemah.“Sebaiknya kita menunggu di sana aja.” Briptu Sularso menunjuk ke kursi-kursi kosong yang ada di lobby rumah sakit.Dimas mengangguk.Mereka kemudian berjalan ke arah deretan bangku kosong itu.“Apa yang terjadi dengan Putri, Larso?” Suara Dimas sedikit bergetar.Briptu Sularso memandang Dimas dengan rasa iba. Musibah demi musibah datang ke keluarga Kusuma secara bertubi-tubi. Yang satu belum selesai sudah datang lagi yang lain.“Putri kami temukan di Hotel Viena den
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-10-23
Baca selengkapnya

Bab 49. Pulang

“Jadi Sandra ikut ke Jakarta, Jun?”“Iya Nek,” jawab Juni. Wajahnya terlihat cerah.Mereka bertiga sedang berada di ruang tamu. Tas dan koper Juni dan Juli sudah berjejer dengan rapi di dekat tembok. Terdengar suara mesin mobil sedang dipanaskan oleh Badi di halaman depan rumah.“Lagi kasmaran Nek, bunga-bunga dimana-mana….,” timpal Juli sambil tersenyum meledek.Zalma tertawa.“Perginya bareng-bareng juga hari ini?”“Iya Nek, nanti Sandra mau ke sini.”“Nenek doain hubungan kalian berdua langgeng ya Jun.”“Kita belum jadian kok Nek…”“Gimana mau jadian, lu nembak Sandra aja belum.”Juni hanya tersenyum mendengar perkataan Juli.“Semua kan butuh waktu Jul, emang elu tukang nyosor.”“Enak aja, siapa yang gue sosor coba,” ucap Juli sedikit sengit.“Lah itu s
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-11-02
Baca selengkapnya

Bab 50. Panik

Ruang VIP rumah duka Teratai dihias dengan sangat indah. Di dinding sebelah kanan dan kiri terpasang dengan rapi kain berwarna kuning emas dan putih, saling menjuntai satu dengan yang lain. Beberapa rangkaian bunga terpasang di ujung untaian kain-kain itu. Di bagian depan juga sudah terpasang ornamen-ornamen bunga berbentuk seperti awan-awan yang diterangi oleh cahaya matahari. Di depan ornamen itu terletak sebuah peti mati berwarna putih yang dihiasi dengan berbagai macam bunga. Peti itu masih terbuka, di dalamnya terdapat tubuh Putri berpakaian putih, wajahnya tenang dan seperti tersenyum seakan bersyukur bahwa beban hidupnya kini sudah tidak ada.Amel duduk di kursi roda di sebelah peti jenazah. Matanya yang sembab memandang wajah Putri sambil terus menangis. Kenapa ini harus terjadi? Ia berteriak dalam hati. Kenapa Putri harus pergi secepat ini?Dimas sedang berbincang dengan seseorang sementara Rama dan Jelita tampak sibuk menyambut para pelayat yang mulai berdata
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-11-02
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status