Semua Bab Dendam Wanita Simpanan: Bab 21 - Bab 30

86 Bab

Reaksi Aneh

Tubuh lain yang menabrak dari depan membuatku setengah terpaksa mengangkat kepala. Pandangan yang sebelumnya hanya tertuju pada pijakan kaki, kini bertemu dengan sepasang mata lain. Sejenak aku terenyak saat menatap mata hazel yang juga terpaku dalam diam.“Maaf. Harusnya aku lebih berhati-hati saat berjalan,” ungkapku yang segera tersadar. Tanpa berniat menunggu jawabannya, aku memilih kembali menunduk dan meneruskan langkah.Namun, gerakku terhenti tepat di sisi kirinya karena tangan yang tanpa izin dicengkeram.“Jangan pergi,” bisiknya pelan, tapi cukup jelas dalam pendengaranku.Saat aku berusaha melepaskan, pegangannya malah semakin erat. Saling bersentuhan langsung dengan pria yang tak dikenal membuat jantungku kembali berdegup kencang. Kedua lutut dikuasai gemetar hebat, diiringi keringat dingin yang terasa bermunculan. Kepala mendadak terasa pusing hingga penglihatanku terhadap sekitar mulai buram.Aku yang hilang ke
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-12-11
Baca selengkapnya

Tote Bag Spesial

“Dari mana aja? Ditelepon gak diangkat, dikirim pesan gak balas. Apa gunanya punya HP kalau gak ngabarin orang tua?” omel Ayah yang berdiri berkacak pinggang di ujung pelatar.Ibu sendiri lekas menghampiri Ayah, sedikit berjinjit kemudian tampak berbisik. Terdengar empasan napas panjang dari pria yang menurunkan kembali tangan kemudian berbalik melangkah menuju pintu rumah itu. Setelahnya, Ibu yang masih di pelatar tampak membungkuk diiringi anggukan ramah pada sosok laki-laki yang mengantarkan Kak Nila.Aku yang mengintip melalui sela papan pada dinding kamar bisa melihat jelas laki-laki itu berbicara sesuatu kemudian berpaling menaiki sepeda motornya. Kak Nila sendiri mendorong sepeda motor milik Ayah yang beberapa jam lalu dipinjam untuk pergi mengerjakan tugas kuliah hingga berhenti tepat di pelatar, beberapa centi dari depan jendela rumah.Langkah cepat Kak Nila yang memasuki rumah disusul Ibu membuatku tak bisa melihat siapa-siapa lagi di luar.
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-12-12
Baca selengkapnya

Tunas Harapan

Untuk seseorang yang mengaku kurang suka membaca, harus kuakui novel pilihan Kak Anoy bisa dibilang benar-benar bagus dan menghibur. Sejak pulang sekolah dan membuka segelnya, aku tak beranjak dari tempat tidur karena terlalu fokus membaca. Rasanya, akan sangat sayang kalau harus berhenti saat di pertengahan.      Setiap kali aku tertawa, entah kenapa hatiku turut menghangat saat mengingat semua karena novel yang dia berikan. Kak Anoy bersikeras memintaku menerima saat aku juga ragu menolaknya.“Dari pulang sekolah di kamar trus!” tegur Ibu yang tiba-tiba membuka pintu. Gegas aku menutup novel yang baru saja selesai dibaca pada halaman terakhirnya.“Angkat jemuran sana! Mau sampai kapan apa-apa harus disuruh baru dikerjakan? Jauh dari kata pengen bantu orang tua, kerjaannya di kamar aja!” omel Ibu.Tergesa aku bangkit, keluar melewati Ibu tanpa berkata apa pun. Saat keluar, tampak langit yang mulai dihiasi oleh
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-12-13
Baca selengkapnya

Syok

Guru meninggalkan kelas, disusul oleh satu per satu murid yang saling berebut keluar lebih awal. Berbagai percakapan terdengar dari mereka yang melangkah bersama temannya.Aku bangkit dan menyandang ransel pada pundak kanan. Berjalan pelan menunggu seluruh murid lain keluar lebih dulu agar tak harus ikut berdesakan.                             Hari ini, rasanya seperti ada yang kurang. Apa karena aku tak pergi ke perpustakaan? Aku yang tak terbiasa sarapan akhirnya menghabiskan makanan pemberian Kak Anoy saat jam istirahat. Lalu, lagi-lagi karena tak biasa makan sekenyang itu aku memilih menyelesaikan membaca novel di kelas saja.[Kalau kamu buang makanan ini, kamu harus bayar ganti rugi tiga kali lipat. Aku selalu mengawasimu!] Isi tulisan pada kertas kecil itu cukup membuatku kesulitan saat memahaminya.Bagaim
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-12-14
Baca selengkapnya

Ungkapan

Kabar tentang video Dinda menyebar dengan begitu cepat. Tak hanya sekumpulan remaja laki-laki di waktu itu saja, hampir setiap ibu-ibu berkumpul berita itu selalu menjadi topik hangat. Dari mulut ke mulut, telinga satu ke telinga lain. Ibu-ibu yang sering menjadikan rumah Nor di belakang sebagai tempat bergosip, tentu saja membuatku bisa mendengar jelas meski hanya dari dalam kamar. Tanpa malu mereka membicarakan aib sesama perempuan yang menurutku seharusnya ditutupi. Mereka selalu seolah menyayangkan kecantikan Dinda yang malah berbanding terbalik dengan kelakuan dan nasib buruknya. Harus kuakui, Dinda yang juga duduk di kelas tiga SMP sepertiku memang telah menunjukkan kesempurnaan luar biasa. Kulitnya yang putih bersih, tubuhnya yang tinggi semampai. Bahkan wajahnya pun serupa boneka Barbie. Dinda menjadi kembang desa yang selalu dibicarakan oleh lelaki baik yang lebih tua hingga lebih muda dariku. Rasanya, aku sulit mempercayai jika Dinda-lah yan
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-12-15
Baca selengkapnya

Ombak Besar

Ban sepeda motor Ayah yang bocor membuatku tak bisa pergi ke sekolah lebih awal seperti biasanya. Ketika memasuki gerbang, bisa kurasakan tatapan aneh dari orang-orang di sekitar. Beberapa di antara mereka tampak berbisik satu sama lain setelah memandangku.            Jika selama hampir tiga tahun ini keberadaanku seakan tak dianggap, kali ini terasa berbeda ….Begitu berhenti di depan kelas, aku yang terus melangkah menuju kursi tak lagi mendapati tote bag kecil seperti pagi-pagi sebelumnya. Bahkan yang mengisi laciku kali ini hanya tumpukan sampah.          Aku memindai sekitar, murid-murid lain tampak sibuk saling berbincang satu sama lain tanpa menghiraukan kedatanganku. Aku menunduk, kalimat-kalimat tanya itu lagi-lagi hanya suara yang terdengar di dalam kepala.Aku bangkit, berjalan menuju sudut kelas di mana sapu untuk bersih-bersih kelas diletakkan. Saat hendak mengambil kan
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-12-16
Baca selengkapnya

Dikucilkan

Selama ini, aku sudah banyak mengalah hanya untuk menghindari keributan. Aku hanya mengiyakan setiap harus dimintai tolong meski seringkali permintaan murid lain berlebihan. Aku tak pernah ingin terlibat dalam sebuah kelompok mana pun sebagai bentuk perlindungan dari masalah luar.Namun, di hari ini, semua yang kulakukan seolah sia-sia. Pada akhirnya, aku tetap membuat Ayah menginjakkan kaki di sekolah karena surat panggilan kepada orang tua. Kenapa semua selalu menjadi seperti ini walau aku telah bersusah payah?Saat memasuki kantor, tak hanya para guru yang tampak, tapi juga Anoy bersama perempuan yang mungkin usianya jauh lebih tua dibanding Ayah. Salam yang diucapkan Ayah pun segera mendapat jawaban. Kami dipersilakan duduk pada sofa, tepat berhadapan dengan Anoy.Bu Lina menyodorkan beberapa gelas air mineral sebelum turut duduk pada sisi kanan di antara kami, para tamu yang mungkin tak terhormat. Beliau berbicara panjang lebar menjelaskan satu demi satu ma
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-12-17
Baca selengkapnya

Romantisme Palsu

Rumah berubah menjadi tempat menyeramkan yang rasanya tak ingin lagi kudatangi. Tempat yang selama ini hanya ruang dingin di balik gemerlap semu keromantisan keluarga palsu.Ayah menghentikan sepeda motor begitu sampai di halaman. Di depanku, bayangan-bayangan hitam seolah menungguku bergabung dalam kelam. Baru satu langkah kupijak lantai, aura kebencian yang kuat serta merta menyambut, menjelma selimut yang malah membekukan seluruh gerak.             “Nay gak pernah pacaran. Nay gak pernah pacaran.” Ibu terus mengulang ucapan yang pernah kulontarkan untuk membantah. Sosok itu masih tampak duduk tenang setelah mematikan televisi.Saat aku melangkah menuju kamar, barulah Ibu turut bangkit mendekat. Tergesa aku ingin segera masuk, tapi tanganku yang hendak menutup pintu malah dicengkeram Ibu.Ibu mengempaskan tanganku yang gemetar, kemudian berdiri tepat di ambang pintu. Aku melangkah mundur dan mengambil sedi
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-12-18
Baca selengkapnya

Satu-satunya yang Tersisa

Uluran tangan saat aku hendak pamit pada Ibu hanya diabaikan. Bahkan sejak kemarin, kapan pun aku keluar kamar Ibu pasti akan segera menjauh tanpa mengucapkan apa pun. Menoleh atau melirik ke arahku saja tak dilakukan Ibu sama sekali.Malam pun di saat jam makan, aku yang mengingat ucapan Ibu hanya berani mengunci pintu kamar dan mendengarkan celoteh serta tawa mereka saja. Ayah, Ibu, Kak Nila bahkan Dek Mila tampak begitu seru membicarakan banyak hal. Seolah-olah aku telah dilupakan. Tak ada satu pun yang terdengar menyebut apalagi menanyai keberadaanku. Mereka tertawa, dan tampak sempurna meski tanpa aku.Ayah yang mengantarkanku sekolah pun sama, tak mengucapkan sepatah kata pun. Sama, mengabaikanku yang hendak mencium punggung tangannya seperti biasa.Saat melangkah memasuki gerbang, lagi, orang-orang yang melihat bagaimana sikap Ayah padaku tampak berbisik satu sama lain. Menatapku sinis bahkan terkesan seolah jijik.Kutundukkan wajah dengan tangan y
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-12-18
Baca selengkapnya

Neraka Bernama Kesepian

Berlalu satu minggu, tak hanya Filah dan Bela, tapi seluruh orang seakan telah melupakan apa yang telah terjadi. Mereka tak lagi membicarakan tentangku, tapi juga seakan tak lagi menganggap keberadaanku.Tak ada yang menyapa, apalagi bertanya atau mendesak meminta hal-hal berlebihan. Tak ada lagi tatapan kebencian dan sinis karena seakan-akan semua sengaja menghindar untuk melihatku.Mereka sama seperti Ibu. Sama seperti Ayah. Sama seperti Kak Nila dan Dek Mila.Mungkin waktu terus berjalan dengan banyak hal-hal yang terjadi dan berubah. Namun, bagiku malah sebaliknya. Aku seperti hanya berputar pada satu siklus yang sama setiap harinya. Semua yang terjadi hanya terus berulang pada kejadian sama. Dan semakin membosankan.Aku merasa seperti robot. Aku merasa seperti pion game yang hanya diatur untuk melakukan beberapa hal, tak lebih dan tak berkurang. Aku bahkan tak bisa lagi membedakan apa semua ini nyata atau hanya sebuah mimpi yang takkan berakhir jika
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-12-19
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
9
DMCA.com Protection Status