Share

Reaksi Aneh

Penulis: Asy'arie
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Tubuh lain yang menabrak dari depan membuatku setengah terpaksa mengangkat kepala. Pandangan yang sebelumnya hanya tertuju pada pijakan kaki, kini bertemu dengan sepasang mata lain. Sejenak aku terenyak saat menatap mata hazel yang juga terpaku dalam diam.

“Maaf. Harusnya aku lebih berhati-hati saat berjalan,” ungkapku yang segera tersadar. Tanpa berniat menunggu jawabannya, aku memilih kembali menunduk dan meneruskan langkah.

Namun, gerakku terhenti tepat di sisi kirinya karena tangan yang tanpa izin dicengkeram.

“Jangan pergi,” bisiknya pelan, tapi cukup jelas dalam pendengaranku.

Saat aku berusaha melepaskan, pegangannya malah semakin erat. Saling bersentuhan langsung dengan pria yang tak dikenal membuat jantungku kembali berdegup kencang. Kedua lutut dikuasai gemetar hebat, diiringi keringat dingin yang terasa bermunculan. Kepala mendadak terasa pusing hingga penglihatanku terhadap sekitar mulai buram.

Aku yang hilang ke

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Dendam Wanita Simpanan   Tote Bag Spesial

    “Dari mana aja? Ditelepon gak diangkat, dikirim pesan gak balas. Apa gunanya punya HP kalau gak ngabarin orang tua?” omel Ayah yang berdiri berkacak pinggang di ujung pelatar.Ibu sendiri lekas menghampiri Ayah, sedikit berjinjit kemudian tampak berbisik. Terdengar empasan napas panjang dari pria yang menurunkan kembali tangan kemudian berbalik melangkah menuju pintu rumah itu. Setelahnya, Ibu yang masih di pelatar tampak membungkuk diiringi anggukan ramah pada sosok laki-laki yang mengantarkan Kak Nila.Aku yang mengintip melalui sela papan pada dinding kamar bisa melihat jelas laki-laki itu berbicara sesuatu kemudian berpaling menaiki sepeda motornya. Kak Nila sendiri mendorong sepeda motor milik Ayah yang beberapa jam lalu dipinjam untuk pergi mengerjakan tugas kuliah hingga berhenti tepat di pelatar, beberapa centi dari depan jendela rumah.Langkah cepat Kak Nila yang memasuki rumah disusul Ibu membuatku tak bisa melihat siapa-siapa lagi di luar.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Dendam Wanita Simpanan   Tunas Harapan

    Untuk seseorang yang mengaku kurang suka membaca, harus kuakui novel pilihan Kak Anoy bisa dibilang benar-benar bagus dan menghibur. Sejak pulang sekolah dan membuka segelnya, aku tak beranjak dari tempat tidur karena terlalu fokus membaca. Rasanya, akan sangat sayang kalau harus berhenti saat di pertengahan. Setiap kali aku tertawa, entah kenapa hatiku turut menghangat saat mengingat semua karena novel yang dia berikan. Kak Anoy bersikeras memintaku menerima saat aku juga ragu menolaknya.“Dari pulang sekolah di kamar trus!” tegur Ibu yang tiba-tiba membuka pintu. Gegas aku menutup novel yang baru saja selesai dibaca pada halaman terakhirnya.“Angkat jemuran sana! Mau sampai kapan apa-apa harus disuruh baru dikerjakan? Jauh dari kata pengen bantu orang tua, kerjaannya di kamar aja!” omel Ibu.Tergesa aku bangkit, keluar melewati Ibu tanpa berkata apa pun. Saat keluar, tampak langit yang mulai dihiasi oleh

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Dendam Wanita Simpanan   Syok

    Guru meninggalkan kelas, disusul oleh satu per satu murid yang saling berebut keluar lebih awal. Berbagai percakapan terdengar dari mereka yang melangkah bersama temannya.Aku bangkit dan menyandang ransel pada pundak kanan. Berjalan pelan menunggu seluruh murid lain keluar lebih dulu agar tak harus ikut berdesakan.Hari ini, rasanya seperti ada yang kurang. Apa karena aku tak pergi ke perpustakaan? Aku yang tak terbiasa sarapan akhirnya menghabiskan makanan pemberian Kak Anoy saat jam istirahat. Lalu, lagi-lagi karena tak biasa makan sekenyang itu aku memilih menyelesaikan membaca novel di kelas saja.[Kalau kamu buang makanan ini, kamu harus bayar ganti rugi tiga kali lipat. Aku selalu mengawasimu!] Isi tulisan pada kertas kecil itu cukup membuatku kesulitan saat memahaminya.Bagaim

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Dendam Wanita Simpanan   Ungkapan

    Kabar tentang video Dinda menyebar dengan begitu cepat. Tak hanya sekumpulan remaja laki-laki di waktu itu saja, hampir setiap ibu-ibu berkumpul berita itu selalu menjadi topik hangat. Dari mulut ke mulut, telinga satu ke telinga lain. Ibu-ibu yang sering menjadikan rumah Nor di belakang sebagai tempat bergosip, tentu saja membuatku bisa mendengar jelas meski hanya dari dalam kamar. Tanpa malu mereka membicarakan aib sesama perempuan yang menurutku seharusnya ditutupi. Mereka selalu seolah menyayangkan kecantikan Dinda yang malah berbanding terbalik dengan kelakuan dan nasib buruknya. Harus kuakui, Dinda yang juga duduk di kelas tiga SMP sepertiku memang telah menunjukkan kesempurnaan luar biasa. Kulitnya yang putih bersih, tubuhnya yang tinggi semampai. Bahkan wajahnya pun serupa boneka Barbie. Dinda menjadi kembang desa yang selalu dibicarakan oleh lelaki baik yang lebih tua hingga lebih muda dariku. Rasanya, aku sulit mempercayai jika Dinda-lah yan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Dendam Wanita Simpanan   Ombak Besar

    Ban sepeda motor Ayah yang bocor membuatku tak bisa pergi ke sekolah lebih awal seperti biasanya. Ketika memasuki gerbang, bisa kurasakan tatapan aneh dari orang-orang di sekitar. Beberapa di antara mereka tampak berbisik satu sama lain setelah memandangku. Jika selama hampir tiga tahun ini keberadaanku seakan tak dianggap, kali ini terasa berbeda ….Begitu berhenti di depan kelas, aku yang terus melangkah menuju kursi tak lagi mendapati tote bag kecil seperti pagi-pagi sebelumnya. Bahkan yang mengisi laciku kali ini hanya tumpukan sampah. Aku memindai sekitar, murid-murid lain tampak sibuk saling berbincang satu sama lain tanpa menghiraukan kedatanganku. Aku menunduk, kalimat-kalimat tanya itu lagi-lagi hanya suara yang terdengar di dalam kepala.Aku bangkit, berjalan menuju sudut kelas di mana sapu untuk bersih-bersih kelas diletakkan. Saat hendak mengambil kan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Dendam Wanita Simpanan   Dikucilkan

    Selama ini, aku sudah banyak mengalah hanya untuk menghindari keributan. Aku hanya mengiyakan setiap harus dimintai tolong meski seringkali permintaan murid lain berlebihan. Aku tak pernah ingin terlibat dalam sebuah kelompok mana pun sebagai bentuk perlindungan dari masalah luar.Namun, di hari ini, semua yang kulakukan seolah sia-sia. Pada akhirnya, aku tetap membuat Ayah menginjakkan kaki di sekolah karena surat panggilan kepada orang tua. Kenapa semua selalu menjadi seperti ini walau aku telah bersusah payah?Saat memasuki kantor, tak hanya para guru yang tampak, tapi juga Anoy bersama perempuan yang mungkin usianya jauh lebih tua dibanding Ayah. Salam yang diucapkan Ayah pun segera mendapat jawaban. Kami dipersilakan duduk pada sofa, tepat berhadapan dengan Anoy.Bu Lina menyodorkan beberapa gelas air mineral sebelum turut duduk pada sisi kanan di antara kami, para tamu yang mungkin tak terhormat. Beliau berbicara panjang lebar menjelaskan satu demi satu ma

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Dendam Wanita Simpanan   Romantisme Palsu

    Rumah berubah menjadi tempat menyeramkan yang rasanya tak ingin lagi kudatangi. Tempat yang selama ini hanya ruang dingin di balik gemerlap semu keromantisan keluarga palsu.Ayah menghentikan sepeda motor begitu sampai di halaman. Di depanku, bayangan-bayangan hitam seolah menungguku bergabung dalam kelam. Baru satu langkah kupijak lantai, aura kebencian yang kuat serta merta menyambut, menjelma selimut yang malah membekukan seluruh gerak. “Nay gak pernah pacaran. Nay gak pernah pacaran.” Ibu terus mengulang ucapan yang pernah kulontarkan untuk membantah. Sosok itu masih tampak duduk tenang setelah mematikan televisi.Saat aku melangkah menuju kamar, barulah Ibu turut bangkit mendekat. Tergesa aku ingin segera masuk, tapi tanganku yang hendak menutup pintu malah dicengkeram Ibu.Ibu mengempaskan tanganku yang gemetar, kemudian berdiri tepat di ambang pintu. Aku melangkah mundur dan mengambil sedi

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Dendam Wanita Simpanan   Satu-satunya yang Tersisa

    Uluran tangan saat aku hendak pamit pada Ibu hanya diabaikan. Bahkan sejak kemarin, kapan pun aku keluar kamar Ibu pasti akan segera menjauh tanpa mengucapkan apa pun. Menoleh atau melirik ke arahku saja tak dilakukan Ibu sama sekali.Malam pun di saat jam makan, aku yang mengingat ucapan Ibu hanya berani mengunci pintu kamar dan mendengarkan celoteh serta tawa mereka saja. Ayah, Ibu, Kak Nila bahkan Dek Mila tampak begitu seru membicarakan banyak hal. Seolah-olah aku telah dilupakan. Tak ada satu pun yang terdengar menyebut apalagi menanyai keberadaanku. Mereka tertawa, dan tampak sempurna meski tanpa aku.Ayah yang mengantarkanku sekolah pun sama, tak mengucapkan sepatah kata pun. Sama, mengabaikanku yang hendak mencium punggung tangannya seperti biasa.Saat melangkah memasuki gerbang, lagi, orang-orang yang melihat bagaimana sikap Ayah padaku tampak berbisik satu sama lain. Menatapku sinis bahkan terkesan seolah jijik.Kutundukkan wajah dengan tangan y

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • Dendam Wanita Simpanan   Kekhawatiran yang Sebenarnya

    "Ah, Nay. Aku tidak memaksa kalau kamu tidak ingin menceritakannya." Je kembali menambahkan setelah menyadari jeda diamku yang cukup lama.Sejenak, aku menghela napas kasar. Menutupinya pun, Je telah terlalu banyak melihat sisi burukku.Tampak Je telah kembali fokus dengan jalanan di depan.Aku menunduk, menautkan jari jemari, sesekali melepas dan menggenggami kedua jempol bergantian. "Overdosis alkohol ... aku pindah karena dikeluarkan dari sekolah sebelumnya," ungkapku.Je menoleh. Raut wajahnya tak banyak berubah. Sepertinya, dia memang pandai mengaturnya untuk menghargaiku meski pun sebenarnya hal itu tak perlu dilakukan."Itu juga pertama kalinya. Aku masih ingat jelas teman-teman yang lain berada di sekelilingku, dengan penasaran terus menyuruhku minum. Ternyata, senyum puji mereka palsu. Yang benar-benar jujur, hanya tatap kecewa yang Kak Anoy layangkan waktu itu." Kembali mengenang hal itu, rasanya ada sesuatu yang menjerat dada hingga terasa berat dan sesak.Tanpa ragu, Je me

  • Dendam Wanita Simpanan   Kembali

    Setelah merasa berlari cukup jauh, kuhentikan langkah dan bersandar pada tembok tinggi yang sepertinya adalah pagar dari bangunan di sebelah. Gang ini sepi, sejak pertama memasuki, hampir tak terlihat rumah satu pun selain bangunan-bangunan berpagar tinggi di sisi kanan dan kirinya. Rerumputan di pinggiran pun membuat gang ini seolah semakin sempit.Perlahan, tubuhku merosot hingga berjongkok. Wajah yang menunduk, kubenamkan pada kedua lutut yang juga berada dalam lingkar peluk.Sebenarnya, apa yang sedang terjadi padaku? Apakah aku benar-benar sudah gila hingga berhalusinasi seperti itu? Aku pun sama sekali tak bisa mempercayai bahwa ini mimpi terpanjang sekali pun. Rasa sakit, seluruh apa-apa yang kualami benar-benarlah nyata, tetapi ….Derap langkah yang terdengar semakin mendekat disusul tepukan pelan pada pundak. Aku terkesiap mengangkat wajah, sesosok pria bertopi yang masih memakai tas pinggang tampak perlahan berjongkok di hadapan. Saat pandangan

  • Dendam Wanita Simpanan   Mimpi yang Gila

    Aku tak mengerti kenapa pria itu begitu mendesak untuk pulang. Setelah bersiap dan memberi kabar pada Kak Amran agar diberitahukan pada Bu Dama, dia segera melajukan mobil yang kami naiki. Selain pakaian ganti dan beberapa keperluan lain, dia juga membelikanku sarapan tak lupa cemilan.Ternyata, dia masih tak sedikit pun alpa dalam memperhatikanku. Banyak tanya terbesit yang terpaksa kutepis saja. Apa pun itu caranya, bagaimanapun, aku hanya sedang merasa kembali bahagia. Dan, jika lagi-lagi pertemuan kami hanya sementara, bagaimana bisa aku mengakhirinya dengan penyesalan karena tak berani menyatakan perasaan? Aku yang telah kotor dan hina, apa pantas bersama pria tak bersalah sepertinya?Sosok itu tampak hanya terus diam dalam fokusnya menyetir. Aku sendiri, hanya berani mencuri pandang tanpa berani mengganggu apalagi mengajak sedikit bicara. Hanya suara musik yang diputar dalam volume rendah yang menemani perjalanan panjang kami.“Jangan biasakan menggi

  • Dendam Wanita Simpanan   Hadirnya Sosok Lama(?)

    “Nay! Dengarkan aku!” Suara panggilan itu terdengar di antara dengungan-dengungan keras yang memenuhi telinga.Aku masih memegangi dada yang terasa sesak, degup yang sangat kencang di dalam menimbulkan rasa sakit. Seluruh otot terus terasa menegang hingga pada beberapa titik aku mulai merasa seolah mati rasa. Keringat semakin membasahi.Uluran tangan itu memberikan bantal, kemudian mengalihkan kedua tanganku sendiri untuk memeluknya. Aku meremas keras bagian ujung-ujung bantal, berusaha mengalihkan perasaan-perasaan sakit yang seperti menerjang seluruh tubuh.“Tarik napas, lalu keluarkan pelan-pelan,” instruksinya yang kemudian diiring hitungan berulang. Kuikuti apa yang bisa kudengar, hingga satu per satu rasa sesak itu seperti diurai.“Aku sangat mengerti keadaan kamu sekarang, Nay. Kamu gak sendirian,” ucapnya yang terasa seperti tetes-tetes air menghujani, mendinginkan, dan sangat menenangkan.Aku yang mulai

  • Dendam Wanita Simpanan   Tak Selalu Baik

    Satu hari lagi telah terlewati, dengan kuanggap cukup baik. Mesin yang masih belum selesai diperbaiki, menandakan besok pun aku masih harus bertemu dengan Kak Amran. Je yang menjemputku sebelum toko benar-benar tutup pun, terlihat kurang menyukai keberadaan pria itu. Dia hanya menyapa seperlunya, dan segera mengajakku pergi.“Dia orang baru, Nay? Tapi Bu Dama gak kasih tau kalau bakal nyari orang lagi,” tanya Je beberapa saat setelah sepeda motor melaju meninggalkan toko.“Bukan. Ada mesin yang bermasalah, jadi dia itu teknisi yang datang buat service aja,” sahutku.Je hanya berdeham, kemudian menambah kecepatan hingga kami lebih cepat meninggalkan perkampungan. Kurapatkan sweater yang menjadi salah satu dari isi tote bag pemberian Je. Saat sepeda motor dibelokkan ke arah jembatan yang menghubungkan antar kota pun, aku hanya berpiikir bahwa Je akan mengajak makan malam seperti biasa. Namun, dugaanku salah karena dia malah berhenti pada se

  • Dendam Wanita Simpanan   Sangat Berbeda

    Aku menghitung satu per satu jumlah lembaran dari setiap berkas, lalu menuliskan di kertas kecil dan turut menyelipkannya saat menjepit agar mudah mentotalkan harganya. Kak Amran yang sibuk membongkar bagian-bagian mesin, tapi tak jarang dia melirik ke arahku lalu tertawa kecil. Aku berusaha tetap mengabaikan dengan menganggapnya tak ada.“Kamu gak cape ngitung, Nay?” tanyanya meski tangan terus berkutat memegang obeng.“Mau cape juga, ya, gimana lagi,” jawabku sekenanya.Kak Amran kembali fokus pada pekerjaannya. Belum aku selesai menghitung, seorang bapak berperut buncit yang tampak sudah cukup berumur memanggil dan meletakkan sebuah plastik besar

  • Dendam Wanita Simpanan   Tak Terduga

    Je menghentikan sepeda motornya di depan toko. “Kamu yakin bisa kerja, Nay? Mata kamu masih bengkak, wajah kamu juga keliatan pucat,” tanyanya khawatir setelah aku turun. Tak lupa dia memberikan makanan yang sebelumnya dibeli untuk sarapanku.“Kamu terlalu berlebihan mengkhawatirkanku. Sudah, pergi sana. Makasih!” usirku setelah memegangi kantong plastik. Pagi ini, aku sengaja hanya meminta nasi bungkus agar Je tak memilih apalagi membelikan sesuatu yang mahal.“Kunci toko mana? Biar aku yang bukain!” tagihnya.“Aku mau belajar sendiri!” tolakku yang tak ingin lebih ketergantungan padanya.“Kenapa? Itu berat, memangnya kuat?”“Je, biarin aku belajar sendiri. Aku … pasti bakal minta bantu kalau kesulitan nanti.” Aku memohon dengan tegas.Sejak kejadian tadi malam, tak ada sedikit pun yang berubah dari sikap Je terhadapku. Sepertinya, hanya aku yang merasa malu seka

  • Dendam Wanita Simpanan   Nekat

    “A-ada apa, Je?” tanyaku tak bisa menyembunyikan getar pada suara yang keluar.Je menuntunku untuk turun dan berdiri menghadapku. Tangannya menggenggam kedua tanganku dengan erat. “Nay, apa pun yang terjadi, jangan takut. Kamu gak sendiri,” ucapnya tanpa bisa kumengerti untuk apa, dan juga kenapa.Tak lama berselang, sepeda motor lain berhenti menghampiri kami. Je melepaskan genggaman tangannya dan berdiri membelakangiku untuk menghadap orang itu.“Lama tidak bertemu di luar rumah, ya, Nay. Akhir-akhir ini, kita hanya menghabiskan waktu di kamar tanpa bisa banyak bicara,” sapa pemilik sepeda motor yang lebih tepatnya tengah menghinaku itu.“Apalagi yang kamu inginkan? Berhenti mengganggu Nayla!” potong Je.“Kamu benar-benar akan mengakhiri hubungan kita seperti ini, Nay? Aku sama Aulia sudah memutuskan buat cerai, jadi gak akan ada yang menghalangi atau perlu kamu takuti lagi sekarang,” bu

  • Dendam Wanita Simpanan   Kebenaran yang Tak Sampai

    Kuteruskan langkah menuju rumah belakang tanpa berniat memedulikan sosok itu. Aku yang menunduk, hanya bisa merasakan keberadaan Je serta melihat sepasang kaki kami yang beriringan melangkah. Begitu menaiki pelatar rumah belakang, tergesa kuketuk pintu tempat Kak Aulia tinggal. Tak lama, wanita itu membukakan, sedikit terkejut saat melihatku dan segera menyambut masuk.“Malam banget, Nay. Dari mana aja?” tanya Kak Aulia.“Aku udah dapat kerjaan, Kak. Kost juga, semua karena bantuan Je,” sahutku menjelaskan.Serta merta Kak Aulia mengucap syukur dengan senyum penuh yang mengembang sempurna di bibirnya.“A-aku udah mulai kerja, trus juga dua atau tiga hari lagi pindah ke kost, Kak. Malam ini, aku juga bakal nginep di rumah temen. Dia temen paling akrab aku di sekolah, mau pindah ke kota lain juga. Apa aku boleh habisin waktu sama dia dulu, Kak?” jelasku sebelum meminta izin dengan teramat hati-hati.Tampak Kak Auli

DMCA.com Protection Status