Semua Bab I Love You, Mr. Brewok: Bab 21 - Bab 30

38 Bab

Kancing Baju II

Lampu-lampu jalan menyambut. Pohon-pohon yang diterangi lampu jalan menambah kesan romantis. Simple sekali tapi aku bisa merasakan malam ini adalah malam indah. Aku bertemu dengan sahabat-sahabatnya, makan bersama, tahu detil-detil tentangnya. Tahu ternyata dia sangat mengidolakan dan segan pada mas Ian seniornya yang membimbing serta mengarahkannya ke kampus itu. Mas Ian juga adalah senior yang dia ceritakan di telepon tempo hari. Mas Ian tampaknya tahu sekali semua tentang pak Ferdian. Lebih tahu dari bu Nilam dan Miss Grace yang kadang masih suka ikut terkejut ketika mas Ian membongkar kebiasan-kebiasaan jelek dan sepele pak Ferdian. “Tadi Mas Ian ngomong apa sama kamu pake harus berdua segala ke dapur” tanyanya begitu kami keluar dari pagar bu Nilam. “Nggak ngomong apa-apa, pak. Kita kan emang kebagian nyuci piring berdua. Bukan sengaja berdua. Jadi, ya,ngobrol biasa aja” “Tapi kamu jadi kaya pendiam gitu setelah nyuci piring. Tadi itu harusnya saya sama kamu yang kebagian nyuci
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-04-20
Baca selengkapnya

Firasat Mas Ian

“Begini, Muffin. Saya bukannya bermaksud untuk mengganggu hubungan kalian..” ucap mas Ian setelah mejelaskan titik-titik utama kisah perceraian pak Ferdi dan Miss Grace. Harusnya aku mendengar ini dari pak Ferdi langsung hari ini tapi mas Ian berinisiatif menjelaskan dahulu agar bisa memeriku referensi untuk bisa melihat semua ini dengan jelas, itu katanya. “Hubungan? Hubungan apa dan siapa yang mas maksud?” tanyaku sedikit tertawa. Aku tahu apa yang dia maksud tapi bukankah ini terlalu cepat bila di sebut hubungan? tanganku berkutat nyaman menggosok piring tempat ikan bakar yang disodorkan bu Nilam tadi. Mas Ian juga asyik menyusun-nyusun peralatan makan di atas rak pengering piring. “Kamu sama si anak kecil itu” Keningku berkerut. “Gilang. Pak Ferdianmu itu” “Kami nggak ada hubunga...” “Ya, entah ada atau tidak. Yang penting saya tidak bermaksud untuk menganggu apapun itu yang sedang kalian jalani. Yang pasti, kamu masih terlalu muda untuk masuk ke dalam hubungan apapun itu yan
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-04-23
Baca selengkapnya

Obat Rindu

Aku sedang berada di sebuah kafe di Yogyakarta. Namanya Taru Martani. Kafe ini sangat manis suasananya. Ramai tapi tidak lalu-lalang. Berjarak dan sendu. Ariana yang merekomendasikan kafe ini setelah sebuah video live music kafe ini lewat di beranda Youtubenya saat kami sedang menunggu boarding pass di bandara Soekarno Hatta. Segera setelah meletakkan barang di guest house tempat kami menginap di daerah dekat dengan Malioboro, kami langsung ke sini. Ramai dan ikoniknya jalan Malioboro menarik perhatian kami tapi aku yang kembali menunjukkan tanda-tanda patah hati sejak di dalam mobil taksi online di Bandara International Yogyakarta, sedang tidak ingin berada di tengah-tengah keramaian lalu lalang. Sekelebat bayangan ketika aku dan pak Ferdian berdebat di mobilnya malam itu muncul begitu aku duduk di kursi penumpang. Kuperthatikan Ariana yang asyik berkutat dengan layar handphone dan aku pun memilih diam sepanjang perjalanan memandang keluar jendela mobil.Tadi pagi-pagi sekali, satu ha
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-05-20
Baca selengkapnya

Jogja

Di kelilingi gemerlap cahaya lampu-lampu di Taman Lampion Jogja, kami berdua berjalan pelan, dalam diam, menikmati pikiran kami masing-masing. Kami hendak pulang setelah puas seharian memburu bayak tempat-tempat kuliner dan oleh-oleh di Jogja. Ini hari terakhir kami di Jogja. Sudah seminggu berlalu dan sudah banyak sekali tempat-tempat wisata kami kunjungi, seperti Taman Pintar, Malioboro, Taman Sari, Tugu Jogja, Monumen Jogja Kembali, Pantai Glagah, Kaliurang, Candi Ijo, Candi Borobudur, Kraton Yogyakarta, Alun-alun Yogya dan lain-lain. Masih ada beberapa lagi. Aku sudah tidak ingat. Galeri handphoneku, handphonenya dan kartu memori kamera Mr. Brewok mungkin sudah penuh dengan foto-foto kami di sana. Aku meresapi denyut jantungku di tengah-tengah angin dingin malam berbalut jaket jeans hitam Mr. Brewok. Aku bertanya pada diriku sendiri saat dia menutupi tubuhku dari angin malam dengan jaketnya, inikah hal romantis yang ada di novel-novel, film atau sinetron-sinetron? Inikah rasanya a
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-05-28
Baca selengkapnya

Jogja II (Di Guest House)

Ini sambungan yang sebelumnya ya guyss... :D Saat itu, bu Nilam sebagai salah satu orang yang jadi saksi perjalanan rumah tangga mereka dan juga kehidupan Ferdian khususnya setelah perceraian itu, bu Nilam merasa harus berbuat sesuatu. Ini semua berjalan di jalur yang salah, pikir bu Nilam. Isak tangis pelan pak Ferdian di telepon menyadarkan bahwa semuanya sejak Ferdian dan Grace menjalin hubungan “Kesempatan Kedua” telah berubah ke arah yang salah. Perubahan yang dijanjikan Ferdian bukan hanya merubah sikapnya tapi juga merubah dirinya jadi orang lain. Bukan Ferdian yang dulu yang pernah dikenal bu Nilam. Mulai dari menutup diri sampai cara berbicara yang dingin, semuanya sangat berbeda dengan Ferdian yang sebenarnya. Bahkan mungkin itu juga salah satu alasan mengapa ambisinya redup dan memilih menjadi seorang dosen saja. Padahal sebelumnya, setiap kali berkumpul bersama, Ferdian dan Ian sangat bersemangat membahas proyek-proyek yang sedang di kerjakan Ian. Ian bahkan sering sekali
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-06-08
Baca selengkapnya

Jogja III (Anak?)

Udah...ini sambungannya yang terakhir...cape soalnya :D .... DUARRR....DUARR.... Suara petir di dahului kilat terang mencambuk langit membuatku tersedak terbatuk-batuk. “Mufffin...minum dulu” Mr. Brewok menyodorkan minuman menghalau batukku. Rang-orang di warung bakso taman pelangi mneyumpah serapahi langit dalam bahasa mereka sendiri. Aku sendiri mematung karena dalam putaran kembali memori hari pertama di guest house itu, hari ini, setelah 1 minggu kemudian, aku lupa apa alasan kenapa Mr. Brewok dan Miss. Grace belum atau tidak memiliki anak. Dia sudah menjawabnya waktu itu tapi sungguh aku lupa. Melihatnya serius membersihkan air dan kunyahan bakso yang menyembur ke segala arah di meja kami, aku tidak tega untuk menanyakannyalagi. Tapi aku sangat ingin. Ingin sekali. Aku lupa. Sungguh. “Pak...” “Ya....Muffin tangan kamu” dia mengambil tanganku dan membersihkan sayuran hijau setengah dikunyah. Dia tidak jijik sama sekali. Pasti dia juga tidak akan marah, kan, kalau aku tanya la
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-06-08
Baca selengkapnya

Rumah Calon Mertua

“Siap Ffin? Tarik nafas dulu trus buang pelan-pelan” Ariana memegang dadaku bermaksud membantuku tenang. “Ariana...justru kalau digituin makin gemeteran” “Ia, kah, ibu Nilam? Saya tidak tahu kalau itu tidak akan bisa menenteramkan jiwa seorang insan yang sedang menuju rumah calon mertua” mereka berdua tertawa membuatku kembali cemberut kesekian kalinya. Mulai dari bangun pagi tadi sampai di dalam mobil menuju rumah tante pak Ferdian pun mereka selalu saja mengeluarkan godaan-godaan yang sukses membuatku malu dan cemberut. Pak Ferdian di sampingku sedang mengemudi, senyum-senyum diam dan malah sesekali mulai ikut menggodaku juga. Entah sudah berapa kali cubitanku melayang di lengannya. Hari ini hari terakhir kami liburan di Jogja. Aku izin pada orangtuaku hanya seminggu saja, itu juga aku izin memakai nama Ariana, bu Nilam dan pak Ferdian. Ariana sebagai tameng keselamatan karena mereka khawatir aku tidak kenal siapa-siapa di sini, nama bu Nilam, staff perpustakaan kampus, sebagai ta
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-06-25
Baca selengkapnya

Pakdhe dan Miss Grace

“Pakdhee” teriak Mr. Brewok begitu memasuki rumah tantenya. Dia duduk berlutut pada seorang pria berambut putih dan terlihat renta duduk santai di ruang tamu sedang menonton berita di TV. Tongkat kayu berukir khas menyender di samping kursi. Itu pamannya pak Ferdian, ucap bu Nilam atas kebingungan kami. “Dian...” ucap beliau begitu mereka berpelukan. Suasana mendadak berubah haru saat mereka mulai membicarakan kerinduan. Pakdhenya berkali-kali mengelus-elus rambut Mr. Brewok dan mengatakan betapa beliau sangat menyayangi keponakannya itu, juga betapa mata Mr. Brewok mengingatkannya akan mata almarhum ibunya. Mereka berdua menangis. Pak Ferdian menangis di pelukan pakdhenya cukup lama. Seperti sedang meringankan beban rindu dan juga beban hatinya. Tangisannya itu masuk ke dalam relung hatiku yang paling dalam, menyimpannya di sana, di tempat yang spesial, untuk mengingatkanku bahwa ternyata Mr. Brewok adalah pria yang lemah lembut dan tulus. Aku memujui-mujinya dalam hati. Hatikupun
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-06-28
Baca selengkapnya

Perdebatan Pertama

Setidaknya ada kabar jika memang hati sedang gelisah. Setidaknya ada ucapan jika memang jiwa sedang gundah. Tiada kabar adalah suatu hukuman menyakitkan untuk siapa pun. Dering-dering di telinga menunggu-nunggu apapun itu asal bisa memenuhi rontaan dahaga. Ditemani angin yang lambat dan dingin, malam indah dengan bintang-bintang berkelap kelip berjarak-jarak di langit, Ferdian duduk menyelonjorkan kaki di pendopo rumahnya. Bu Nilam sedang ada urusan di kampus membantu acara seni yang tengah berlangsung, Ferdian tidak tahu harus menanyakan kepada siapa, apa obat untuk kegundahan di hatinya. Sudah hampir dua minggu semenjak kepulangan mereka dari Jogja, Muffin menampakkan sinyal-sinyal aneh. Pesan yang dikirim olehnya dibalas dengan sangat singkat. Bila sedang teleponan, hening menguasai. Padahal sebelumnya Muffin sangat ceria, lugas dan selalu banyak tanya. Hingga kadang Ferdian kewalahan menghadapi pertanyaan-pertanyaan itu dan mencoba menenangkan Muffin. Di Jogja Muffin masih persi
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-19
Baca selengkapnya

Mas Ferdian

“Coba sekali lagi, Ffin” “Ini udah ke 10 kalinya, mas” “Duh...coba lagi, deh. Siapa tahu dia keluar sebentar buat ngadem trus handphonenya ditinggal” “Mas Panjiii...Mr. Brewok tuh kalau udah emosi kaya gini, udah nggak bisa diapa-apain lagi. Dia tuh punya Ice Wall, tau nggak? Jadi kalau lagi keadaan kaya gini, dia pasti berubah jadi Ice Wall, susah buat dicairkan. Biarin aja cair sendiri” Muffin bangkit dari tempat tidur menghidupkan sakelar lampu tumblr kecil yang mengelilingi maketh rumah impiannya di atas meja belajar. Maketh itu akhirnya dia bawa ke rumah dan tidak lagi dipajang di kamar kosnya. Dia ingin maketh itu aman dan tentram berada di kamar di rumahnya. Maketh rumah impiannya yang di dalamnya ada miniatur dirinya dan Ferdian berdiri di teras rumah di kelilingi miniatur rumput hijau, saling tersenyum berpegangan tangan, masihlah belum sempurna. Masih ada beberapa hal yang perlu dilengkapi, ada beberapa bagian juga yang masih perlu di desain ulang. Bila atapnya di buka, te
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-23
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status