Semua Bab Mantan Tunangan CEO: Bab 71 - Bab 80

166 Bab

71. Pertemuan Terakhir

"Selamat pagi."Setelah sekian lama, akhirnya Nathalie kembali bekerja. Meski ia harus berdebat kecil dengan Kai  tadi pagi yang masih belum yakin jika dirinya benar-benar pulih."Akhirnya kau bisa mengambil alih tugasmu lagi." Ariska  merenggangkan kedua lengannya. Melihat Nathalie yang datang, ia tidak bisa berkata tidak senang. "Bagaimana pekerjaanmu akhir-akhir ini?" Nathalie mendekati Ariska dan memberikan kue brownis di atas meja wanita itu. "Baik, sangat baik hingga kita harus beberapa kali lembur mengerjakan milikmu." Wanita bersurai panjang itu terkekeh. "Maaf maaf.""Tidak apa. Karena itu aku mendapat pertambahan gaji. Tentu saja bersama dengan ..." Ariska menggantung ucapannya. Matanya mengintari ruangan mereka. "Apa Jordi masih belum datang? Tumben sekali." Nathalie ikut mengalihkan pandangannya pada meja Jordi. Keningnya berkerut tipis. "Mungkin dia ada urusan. Masih ada lima
Baca selengkapnya

72. Sepuluh Hari

"Kai, aku pikir kau tidak tahu tentang hal ini." Nathalie berjalan bersama dengan Kai menaiki satu persatu anak tangga yang akan mengantarkan mereka ke lantai dua. Di mana kamar mereka berdua berada."John datang ke Indonesia. Aku tahu dia pasti ingin membuat Jordi kembali ke sana." "Ayah Jordi datang?" Ia tampak terkejut. Dan Kai hanya mengangguk ringan. "Dunia pasti dibuat heboh karenanya. Selama ini John tidak pernah mengekspos Jordi." Kai membuka pintu kamar wanita itu. "Tidurlah." Nathalie mengikuti ucapan Kai. Dan berjalan masuk ke dalamnya. Setelah itu, pintu kembali tertutup. Menyisakan wanita itu yang menghela napas pendek setelahnya...."Rasanya ... aku tidak ingin berangkat kerja," gumam Nathalie ketika ia merendamkan dirinya dalam air hangat di pagi ini. Rasanya, seluruh badannya terasa pegal dan ia ingin rileks sebentar. Aroma lavender yang mendominasi kamar mandi tersebut seo
Baca selengkapnya

73. "Waktu merubah segalanya."

Nathalie melambaikan tangan pada seorang pria yang berdiri melipat kedua tangan. Menyandarkan punggung pada mobil berwarna biru tua di belakangnya. Saat kedua mata mereka bertemu, pria tersebut tak bisa menahan senyum tipis. Mengangkat sebelah tangannya sesaat. "Senangnya dijemput pacar." Tiba-tiba saja suara yang ada di sebelahnya membuat Nathalie sadar jika ia masih berjalan bersama dengan Ariska. "Cepatlah pergi, jalanmu yang seperti siput itu akan membuatnya bosan menunggu. Nathalie terkekeh. "Sampai jumpa besok!" Setelah berkata demikian, ia lalu mempercepat sedikit jalannya dan sampai di hadapan pria itu beberapa saat kemudian."Kau tidak lelah?" Kai mengangkat tangan untuk menyibakkan sedikit rambut kekasihnya ke belakang. Melihat Nathalie yang masih bersemangat membuat dirinya terheran. Wanita itu menggeleng. "Ayo pergi." ..."Thalia," panggil Kai. Pria itu masih fokus menye
Baca selengkapnya

74. Pagi yang Manis

"Kenapa kau belum tidur?" Nathalie mengalihkan pandangan dari album di tangannya pada seseorang yang baru saja berbicara. Ia tersenyum tipis. "Aku tidak bisa tidur." Sejak pulang dari makan malam tadi, Nathalie sama sekali tidak dapat memejamkan matanya. Akhirnya, ia turun dan melihat-lihat rak buku yang ada dalam ruang tamu. Dan tak sengaja menemukan sebuah album berisi potret kebersamaan dirinya dengan Kai dulu. Pria itu menyimpannya dengan baik. Sudah sangat lama, dan album tersebut masih terlihat bagus dan tidak usang."Kenapa tidak membangunkanku?" "Aku pikir kau sudah tidur," jawab Nathalie. Kembali mengalihkan pandangan pada album yang ada di tangannya.Kai duduk di sebelah Nathalie. Ikut melirik salah satu foto yang wanita itu lihat. "Bukankah rambutmu terlihat lebih panjang dulu?" Wanita itu mengangguk. "Kenapa kau memotongnya?" Nathalie mengangkat wajah. "Semua orang pe
Baca selengkapnya

75. Tetap Manusia Biasa

"Hanya ini saja yang kau butuhkan?" Kai mengernyit melihat barang bawaan Nathalie yang lebih sedikit dari yang ia kira. Bahkan koper wanita tersebut tidak terisi penuh. Hanya beberapa potong pakaian dan sedikit make up. Namun, tetap saja membuat Kai ingin membuang peralatan merias tersebut agar Nathalie tidak menggunakannya."Kau tidak membawa camilan sama sekali? Bagaimana kalau di perjalanan nanti kau kelaparan?" Pria itu menahan Nathalie yang akan menutup koper. Keduanya berpandangan dalam beberapa saat, sebelum kemudian wanita itu menghela napas pelan. "Aku jarang makan di perjalanan," ujar wanita itu. Menyingkirkan tangan Kai dan menutup koper berwarna hijau tosca itu."Kalau ada yang ingin kau beli di sana, gunakan kartu yang kuberikan padamu." Nathalie mengangguk."Aku memang sedang berpikir bagaimana cara menghabiskan uangmu." Pandangan wanita itu berubah licik."Bohong. Kau sama sekali belum men
Baca selengkapnya

76. Sedikit Masalah di Turki

Ruangan itu hening tanpa gangguan. Sampai beberapa lama. Sebelum akhirnya Kai mendengkus. Mendengar suara pintu ruangannya yang terbuka dan menampilkan Hans tengah berjalan cepat ke arahnya. Ia memasang wajah cemas. Yang membuat Kai semakin yakin jika kedatangan pria itu tidak akan membawa kabar baik. "Tuan, gawat. Para investor dari Turki tiba-tiba ingin menarik investasi mereka." Hans berdiri di hadapannya dan menunjukkan layar tablet yang ia bawa pada atasannya itu. Sejenak, kening Kai terlipat. "Apakah ada alasan atas hal ini?"  Hans kembali menarik tabletnya dan kemudian menggeleng.  "Mereka menyampaikan alasan yang tidak masuk akal. Saya rasa ada yang aneh pada mereka."  Kai mengangguk paham. Ia juga merasa ada yang aneh. Seperti ada seseorang yang mendalangi kejadian ini. Secara tiba-tiba dan serentak. Semua ini sangat aneh jika hanya kebetulan. Padahal sebelumnya tidak ada masalah sama sekali. "Siapkan tiket untu
Baca selengkapnya

77. Tidak Tenang

Sudah dua hari sejak kepergian Nathalie. Dan kini Kai merasa rumahnya begitu lengang tanpa kehadiran wanita itu. Tidak banyak yang ia lakukan selain beraktivitas seperti biasa. Istirahat, bangun, dan kerja. Semua itu terus berulang hingga ia merasa hidupnya terlalu monoton. Berbeda dengan adanya Nathalie di rumah ini. Setidaknya wanita itu dapat menjadi teman bicara dan saling bercerita. Memahami satu sama lain.Dan ini adalah hari kedua Nathalie liburan bersama rekan kerjanya. Di mana sesekali wanita itu mengirimkan potret dirinya pada salah satu destinasi wisata yang ada di sana. Kai tersenyum sembari melihat wajah yang ia rindukan tersebut. Nathalie terlihat bahagia dan senyum wanita itu tak bisa berbohong. Hingga tiba di mana hari kepulangan Nathalie yang sudah ia tunggu-tunggu. Niatan untuk menjemput kekasihnya itu kandas lantaran Hans memberitahu dirinya tiba-tiba ada rapat penting di Singapura. Yang mengharuskan dirinya pergi saat ini juga den
Baca selengkapnya

78. Diikuti

Kali ini Nathalie akan pulang dengan menggunakan taksi. Beberapa saat lalu, Ley menghubungi dirinya dan mengatakan jika pria itu tidak bisa menjemputnya karena tengah pergi menemui ibunya yang ada di rumah sakit. Tiba-tiba saja terjadi sesuatu di sana yang mengharuskan Ley datang.Tentu saja, Nathalie sangat paham bagaimana khawatirnya pria itu sekarang. Ia hanya bisa membantu untuk mendoakan kesembuhan ibu dari supirnya tersebut. Sebuah mobil berwarna merah terang berhenti di dekatnya. Kacanya yang kemudian turun membuat Nathalie dapat melihat siapa seseorang dalam mobil tersebut."Ehm ... aku akan memberimu tumpangan jika kau mau."Rena. Wanita yang duduk di bangku kemudi itu menawarkan tumpangan dengan nada yang tidak biasa. Nathalie terdiam. Entah sejak kapan wanita itu berubah menjadi lebih baik padanya. Yang biasanya selalu melayangkan tatapan tajam dan perkataan berbisa, kini berubah. "Aku akan naik taksi." Nathalie
Baca selengkapnya

79. Keringat Dingin

 "Tolong jangan bawa aku pergi ...."Nathalie sudah hampir menangis sekarang. Ia sangat berharap seseorang akan menolongnya saat ini. Sementara seseorang yang ada di sebelahnya itu mendengkus. Memelankan laju kecepatan mobil sehingga membuat Nathalie termenung. "Apa kau terbiasa berbicara tanpa memandang lawan bicaramu?"Nathalie yang mendengar suara tidak asing di sebelahnya lantas menoleh. Memperhatikan wajah di sampingnya sebelum kemudian melebarkan kedua mata."Dalton! Kenapa ... kau?" Pria itu melirik Nathalie sebentar sebelum kembali menatap jalan. "Kau berharap siapa yang akan ada di sampingmu sekarang? Kai?" Pria itu mendesah kasar. "Hampir saja kau diculik tadi." "Kenapa mereka ..." Nathalie tidak melanjutkan ucapannya lagi setelah ia tersadar akan satu hal. Eden. Seseorang yang pernah Kai katakan akan segera muncul mengincar kekasihnya itu. Namun, tetap saja ia j
Baca selengkapnya

80. Pernyataan Cinta

Pandangannya tajam menatap lurus pada sebuah batu nisan di hadapannya yang terbentuk dengan indah. Sedangkan pada batu tersebut terukir nama seseorang yang sudah tidak mungkin ada lagi di dunia ini. Nama yang membuat ia merasa harus lebih kuat menjalankan hidup dan berdiri dengan kedua kakinya sendiri. Menapak kerasnya dunia yang terdapat bermacam-macam hal mengerikan yang tak terlihat.Perlahan, wanita bersurai pirang itu menurunkan kacamata hitam yang sejak tadi menyembunyikan manik mata sebiru langit saat ini. Dan detik berikutnya, ia meletakkan bunga anyelir berwarna merah pucat tersebut pada makam di hadapannya. Tidak ada ekspresi lain di wajahnya selain datar. "Aku pasti akan merebut kembali apa yang seharusnya menjadi milikku ... Ayah," ucap wanita itu sembari menciptakan seringai tipis di wajah cantiknya. Ia mengalihkan pandangannya pada satu keluarga yang sedang menitikkan air mata di hadapan makam seseorang. Tampaknya mereka baru saja kehil
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
17
DMCA.com Protection Status