Beranda / Romansa / Suami Warisan / Bab 21 - Bab 30

Semua Bab Suami Warisan: Bab 21 - Bab 30

177 Bab

20 - Diary Mantan Istri

SUAMI WARISAN 20 – Diary Mantan Istri   Sepeninggal Narendra, Rengganis sibuk membuka, membaca dan mencoba mengerti apa saja informasi yang Nirmala tinggalkan di komputernya. Ada dokumen mengenai bisnis-bisnis yang dijalani mendiang Tantenya selama ini. Memang benar apa yang Narendra katakan, Nirmala punya Toko Mebel, beberapa mini market yang tersebar di berbagai wilayah, dan Perguruan Pencak Silat di mana Narendra mengajar di sana. Semua informasi mengenai harta warisan juga ada di sana. Seolah Nirmala seperti sengaja meninggalkannya untuk dilanjutkan oleh Rengganis. Selama sekitar dua jam Rengganis menyerap semua informasi sekaligus mencatat hal-hal penting yang harus dia ketahui. Ada tagihan-tagihan yang ternyata mendekati jatuh tempo. Dia juga harus segera pergi ke Bank untuk mengurus rekening atas nama Nirmala. Udah jelas semua dikerjain sama Tante Nirmala. Kayanya si Naren ini kerjaannya maen sama cabe-cabean, p
Baca selengkapnya

21 - Api Kehidupan

SUAMI WARISAN 21 – Api Kehidupan   Diclaimer: Percakapan yang dilakukan antara Prabu dan Narendra dilakukan dalam Bahasa Sunda, tetapi untuk memudahkan pembaca secara umum, maka ditulis dalam Bahasa Indonesia.   Suasana hutan pagi itu terasa berbeda. Kelopak bunga-bunga bermekaran, mengundang lebah-lebah untuk hinggap di sana. Berkas sinar mentari menyelusup di antara kanopi-kanopi daun yang menaungi jalan setapak yang tidak pernah dilalui manusia, kecuali Narendra. Langkah-langkah kaki lelaki itu ringan seakan dia berjalan di atas awan. Kecepatan kakinya tidak manusiawi, dia melesat membelah pepohonan yang makin lama makin rapat. Telinganya menangkap berbagai macam suara; kicau burung yang ramai di dahan-dahan pohon, suara derap kaki kijang yang berlari menghindari tangkapan macan, gema tikus-tikus yang berada di dalam liang tanah, bahkan kepakan sayap kupu-kupu yang berada di sisi lain hutan. Namun,
Baca selengkapnya

22 - Kompromi

SUAMI WARISAN 22 – Kompromi   “HAH…!” jeritan Rengganis teredam oleh helm-nya. Dia membelalak saat tiba-tiba saja motornya malah mundur, bukannya maju. Kakinya menginjak gas dalam-dalam, tapi motor itu terus saja mundur, seakan ada tali tak kasatmata yang menariknya. Rengganis menoleh. Dia melihat Narendra berdiri di teras rumah sambil menatapnya tajam. Sialan…! Rengganis panik. Dia bolak-balik menoleh ke depan dan belakang; ke jalan dan Narendra. “Woy! Wooyyy…!” serunya, kakinya dia turunkan ke tanah. Namun sama saja, kakinya malah ikut terseret. Selama beberapa saat, motornya meluncur mundur, bukannya pergi meninggalkan rumah, dia malah kembali ke halaman. “Heyyy…!” seru Rengganis lagi. Dadanya menggelegak oleh emosi. Dia mengentakkan-entakkan kakinya sampai akhirnya motornya berhenti dan mesinnya mati. Rengganis buru-buru melepaskan helm-nya. Narendra muncul di hadapannya. Menatapnya tajam seakan
Baca selengkapnya

23 - Suami yang Terlupakan

SUAMI WARISAN23 – Suami yang Terlupakan Waktu melayang bagaikan bulu yang terbang dibawa angin.Tak terasa sudah lewat dari tiga hari dari waktu yang dijanjikan oleh Rengganis.Narendra tergolek di atas tempat tidurnya, matanya nyalang memandang langit-langit kamar. Suara menggeram terdengar menggema di kamar yang sunyi ini. Tangannya terangkat mengusap perutnya yang rata, dia bisa merasakan otot-otot perutnya menegang.Kali ini suara itu bukan hanya menggeram, tapi juga berkeriuk-keriuk. Lambung di dalam sana bergejolak minta segera diisi.Narendra menghembuskan napasnya perlahan-lahan. Dia lapar.Dirinya bukan hanya lapar ingin makan nasi. Selama ini dia sudah makan banyak nasi dan daging, bahkan kemarin dia menyembelih seekor kambing. Tapi dia lapar yang lainnya. Lapar yang dirasakan Narendra berbeda dengan rasa lapar yang dirasakan oleh kebanyakan manusia.Ketukan pelan terdengar di pintu. Mata Narendra
Baca selengkapnya

24 - Istri yang Hilang

SUAMI WARISAN24 – Istri yang Hilang Kanjeng Prabu tidak kaget saat Ipah tergopoh-gopoh masuk ke dalam hutan. Perempuan yang sering dijuluki sebagai ‘Punuk Unta’ karena bentuk punggungnya yang aneh terlihat kebingungan.“Ipah ….” Panggil Prabu perlahan. Nadanya lembut seperti seorang ayah memanggil anak gadisnya.Ipah terlonjak kaget, dia memutar tubuhnya dan langsung membeku begitu berhadapan dengan lelaki yang memancarkan aura wibawa.“Ada apa datang kemari?” tanya Prabu lagi, kakinya melangkah mendekat. Kali ini beliau menghampiri seorang diri, tau dengan pasti jika Harimau Putih datang bersamanya, Ipah bisa semaput.“Eh, itu …” Ipah tergagap. Tangannya menunjuk ke belakang punggungnya, memberi isyarat ke arah rumah.Senyum Prabu yang menenangkan terbit, “Apa yang terjadi dengan Adi?”“Lemes.” Hanya itu kata yang mampu d
Baca selengkapnya

25 - Terpaksa Cuti

SUAMI WARISAN25 – Terpaksa Cuti Sibuk.Waktu 24 jam rasanya tidak cukup bagi Rengganis. Kalau bisa dia ingin ada injury time bagi deadlinenya.Etos kerja yang serba cepat membuatnya ngos-ngosan bagai dikejar setan. Kerjaannya harus segera selesai, begitu selesai, lanjut pada pekerjaan berikutnya.Tak ada waktu untuk menarik napas dan bersantai, ada banyak pekerjaan yang tak berkesudahan.Bahkan untuk makan saja Rengganis terpaksa makan di meja kerjanya. Tumpukan kardus-kardus bekas makanan bertumpuk di tempat sampahnya. Kolong mejanya sudah mulai dikerubuti semut, dia harus segera membersihkan meja.Nanti, nanti aja beresin mejanya, tanggung! Setiap kali niat untuk berbenah melintas, tiap kali pula selalu ada alasan untuk menunda.Rengganis menyelipkan sebatang pensil di balik telinganya. Dikepitnya sebuah peniti di antara  bibirnya  sementara tangannya sibuk menata kain
Baca selengkapnya

26 - Hari Nahas

SUAMI WARISAN26 – Hari Nahas Malam menggantikan senja. Peluh Narendra membasahi bajunya sementara dia terus berjalan. Tangannya mengusap titik keringat di keningnya, dia mendongak dan melihat lampu-lampu terang benderang menggantikan matahari.Kerlipnya menghiasi langit malam Jakarta yang tak pernah tidur.Narendra menghentikan langkahnya di depan sebuah emperan toko. Dia duduk di depan toko yang tutup. Begitu kakinya diluruskan, dia mengerang karena ternyata jempolnya lecet kebanyakan berjalan.Narendra menghela napasnya. Bahunya terkulai saat dia memandang ke jalanan, lalu lalang kendaraan seakan tak ada habisnya.Dia menarik napasnya dalam-dalam. Kepalanya pusing, riuh rendah berbagai macam suara menyerbunya sekaligus; mesin kendaraan, suara orang dan ramainya pikiran mereka.Semua pikiran baik dan jahat terdengar olehnya. Narendra sempat kewalahan. Dia bisa mendengar ada orang yang berniat hendak
Baca selengkapnya

27 - Akhirnya Menemukanmu

SUAMI WARISAN 27 – Akhirnya Menemukanmu   Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Tabrakan tak dapat dihindari lagi. Bunyi decitan ban yang mengerem mendadak terdengar nyaring. Jeritan orang-orang yang menyaksikan peristiwa itu menghiasi langit kota. Seseorang terlempar ke udara, melayang sejenak kemudian terjun bebas di atas aspal yang panas. Ya Tuhan…! Rengganis terkesiap menahan napasnya. Dia menghentikan motornya ke sisi jalan dan bergegas menuju TKP, begitu juga dengan beberapa orang yang berlari untuk membantu korban kecelakaan lalu lintas. Orang-orang mulai berkerumun. “Enggak apa-apa, Pak?!” “Berdarah?” “Ada yang luka?” “Bawa ke klinik! Klinik!” “Minum, minum! Ada yang bawa minum?!” Rengganis buru-buru merogoh botol minum yang selalu dibawanya. Isinya sudah setengah, dia segera mengacungkan botol Tupperware-nya sambil menyeruak kerumunan “Ini, Pak…!”
Baca selengkapnya

28 - Tamu yang Tidak Diinginkan

SUAMI WARISAN28 – Tamu yang Tidak Diinginkan Setelah kejadian pencurian ciuman dan penarikan energi tanpa permisi, Rengganis tidur seperti orang pingsan.Dia terbangun keesokan harinya dan menemukan Narendra berdiri di tengah ruangan sambil bersedekap. Lelaki itu kelihatan sedang menunggunya untuk bangun.Rengganis terduduk di sofa ruang tamunya. Dia menyibakkan selimut yang tersampir di tubuhnya, “Jam berapa sekarang…?” tanyanya sambil mengucek matanya.“Sepuluh.” jawab Narendra sambil bersedekap. Dia sudah menunggu istrinya itu bangun sejak subuh tadi. Matanya tajam menatap Rengganis yang berdiri linglung.“Hah?!” Mata perempuan gemuk itu berlari mencari jam dinding yang menunjukkan angka 10. Dia membelalak. Tanpa disadarinya, dirinya tidur hampir setengah hari! Dia melewatkan sore dan malam hari kemarin!Tidak bisa dipercaya! Gila…!Tanpa berbica
Baca selengkapnya

29 - Jawaban yang Tertunda

SUAMI WARISAN 29 – Jawaban yang Tertunda   Narendra tidak tahan lagi. Dia sudah sabar menunggu Rengganis seharian menjahit di dalam kamarnya, namun perempuan itu malah keasyikan. Matahari bergulir menuju senja, namun Rengganis sama sekali belum keluar kamarnya. Narendra mengintip isi kepalanya dan perempuan itu tenggelam dalam dunianya sendiri. Ini yang dia maksud sibuk. Gumam Narendra dalam hati, matanya menerawang, mengintip pikiran Rengganis yang sedang fokus. Visinya terlihat jelas, berwarna terang dan keinginannya sangat kuat. Amarah, kekesalan, kecewa dan rasa ingin membuktikan diri menjadi bensin dalam mesin balas dendamnya. Namun Narendra sudah tidak tahan. Dia benci merasa gelisah terus-menerus. Lelaki itu berdiri dan menghampiri pintu kamar Rengganis. Pintu kamar yang terkunci itu terbuka dengan sendirinya, Narendra tidak merasa perlu permisi untuk masuk ke kamar Rengganis. Dia mengeryitk
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
18
DMCA.com Protection Status