Home / Romansa / Suami Warisan / Chapter 141 - Chapter 150

All Chapters of Suami Warisan: Chapter 141 - Chapter 150

177 Chapters

140 - Pencuri Hati

SUAMI WARISAN140 – Pencuri Hati Pandangan mata Narendra mengikuti setiap langkah Rengganis, dia menunggu selama beberapa saat sebelum menyusul perempuan itu.Setelah memastikan Mahesa asyik mengobrol dengan kawan-kawannya, Narendra menyelinap pergi. Untung saja dia sempat menangkap bayangan Rengganis yang berbelok di tikungan. Ada beberapa orang yang nongkrong-nongkrong di koridor, menghindari kebisingan dalam ruangan, namun masih ingin tetap berada di pesta.Narendra menahan langkahnya agar terlihat santai walau dia ingin buru-buru menyusul Rengganis. Kepalanya sesekali menengok ke belakang, memastikan tidak ada yang mengamati gerak-geriknya. Detak jantungnya bergemuruh memekakkan telinga, adrenalin mengalir deras. Dirinya seperti seorang pencuri yang akan melakukan aksinya.Namun, sekarang dia akan mencuri Rengganis dari Mahesa, mengklaim kembali kepemilikan atas diri perempuan yang sempat terlepas darinya.Begitu berb
Read more

141 - Kala Cinta Menggoda

SUAMI WARISAN141 – Kala Cinta Menggoda Dua minggu.Dua. Minggu.Narendra tidak melihat Rengganis setelah pesta.Rindunya membuncah. Dia gelisah.Kewalahan oleh berbagai macam pikiran yang membuatnya tak berdaya. Narendra berbaring telentang di atas kasurnya, mencoba menahan diri agar dia tidak melakukan hal nekat yang akan disesalinya nanti.Tindakan mereka sewaktu pesta sudah melewati batas.Hanya nasib baik yang memayungi mereka karena berhasil keluar dari kamar mandi itu tanpa ada satu pun orang yang memergoki.Rengganis kembali pada Mahesa dan Narendra hanya bisa memandang dari kejauhan.Waktu sudah menjelang pagi namun Narendra tak bisa memejamkan mata barang sedetik pun, bolak-balik dia gelisah di atas ranjangnya. Ingin tidur namun tak bisa, ingin melakukan sesuatu namun tak tau apa.Alhasil Narendra keluar dari kamar dan menyalakan TV. Memandang layar tanpa benar-benar menontonny
Read more

142 - Terlalu Singkat

SUAMI WARISAN142 – Terlalu Singkat “Kenapa tiba-tiba?” tanya Narendra heran.Dia benar-benar tidak menyangka akan mendengar kalimat itu meluncur dari bibir Rengganis. Pun tidak menyangka bahwa Rengganis mengutarakan keinginannya yang tidak biasa pada pertemuan mereka setelah dua minggu tak bersua.Buat apa Rengganis memintanya untuk membawanya ke masa lalu?Sial, ketika dia benar-benar penasaran dengan isi otak Rengganis, kemampuannya sudah hilang.Narendra mengerutkan keningnya memandang Rengganis lekat-lekat, berharap menemukan secercah jawaban dalam biji mata bening yang balik menatapnya.Senyum cantik merekah di bibir Rengganis, dia bertanya, “Kamu bisa ‘kan bawa aku?”“Buat apa?” tanya Narendra heran.Mata Rengganis mengerling pada pintu dan berbisik, “Aku enggak bisa jelasin sekarang. Yang jelas, kamu mau ‘kan bawa aku ke sana?”
Read more

143 - Istri Terakhir

SUAMI WARISAN143 – Istri Terakhir Mobil SUV hitam dengan kaca gelap itu berhenti di depan pintu basement. Rengganis keluar dari dalaml lift dengan kepala tertunduk yang tertutupi topi baseball. Sebuah tas gym tersampir di bahunya, kelihatan penuh dan berat.Tanpa banyak bicara dan toleh kiri-kanan, Rengganis membuka pintu bagasi dan menaruh tas gymnya kemudian bergegas membuka pintu penumpang depan.“Hai,” sapanya begitu duduk di jok depan dan meraih seatbealt.“Sayangku.” Narendra mencondongkan kepalanya dan mencium Rengganis tanpa permisi.“Ooops…!” Rengganis terkaget-kaget tapi kemudian tertawa, dia mendorong dada Narendra sedikit menjauh darinya agar dia bisa bernapas “cepat pergi dari sini sebelum ada yang lihat.”Narendra tersenyum dan mengangguk. Moodnya yang beberapa hari ini berantakan, kini membaik begitu ada penawarnya. Dia bergegas menyetir mobil k
Read more

144 - Mesin Waktu

SUAMI WARISAN144 – Mesin Waktu Kicau burung melayang menggoda pendengaran Rengganis ketika akhirnya kesadaran menerpa dirinya. Sinar mentari pagi yang hangat jatuh di atas kulitnya yang terbuka. Rengganis membuka matanya dan menyadari bahwa dia tertidur di atas dada Narendra.Kepalanya naik turun seiring dengan dada Narendra yang menarik dan mengembuskan napas teratur. Lelaki itu masih lelap dalam tidurnya. Sebelah tangannya memeluk punggung Rengganis, telapak tangannya yang hangat terasa di atas kulitnya.Selimut tipis hanya menutupi setengah badan mereka. Rengganis bisa merasakan ‘morning wood’ Narendra di dekat pahanya.Rengganis mengerjapkan matanya, kantuk masih mendekapnya, namun perlahan-lahan peristiwa semalam membanjiri ingatannya. Dia mengembuskan napas lelah namun puas.Narendra tidak pernah gagal memuas hasratnya. Semalaman lelaki itu menikmati tubuhnya, memberikan kehangatan yang didambakan Rengg
Read more

145 - Pakuan Pajajaran

SUAMI WARISAN145 – Pakuan Pajajaran Memburu menjangan bukan hal yang sulit bagi Narendra.Dia tau harus mencari kemana dan bagaimana cara menangkapnya. Tidak kurang dari dua jam, dia sudah berhasil menangkap seekor menjangan muda yang dia panggul di atas bahunya.Darah menetes-netes di belakang langkahnya ketika Narendra membawa menjangan yang sudah mati itu turun gunung menuju pasar.Bola matanya yang besar terbuka lebar memandang langit ketika kepala menjangan itu lunglai berada di atas bahu Narendra. Menjangan yang ditangkapnya kebetulan jantan, jadi harganya bisa lebih tinggi. Narendra berencana membeli satu stel pakaian dan sandal untuk Rengganis, aksesoris rambut dan kain agar Rengganis bisa berbaur dengan wanita-wanita lainnya.Dia juga akan membeli lauk pauk untuk persediaan makan mereka.Pasar yang ramai ketika Narendra melangkahkan kaki memasuki kawasan jual-beli. Orang-orang sibuk melakukan transaksi. N
Read more

146 - Mojang Sunda

SUAMI WARISAN146 – Mojang Sunda Makan malam mereka sangat sederhana; nasi setengah gosong dengan ayam bakar minim bumbu. Narendra lupa membeli bumbu, yang ada di dapur hanya garam jadinya mereka harus puas makan seadanya.Keduanya sama-sama cemberut. Makan dalam diam.Rengganis mengunyah perlahan-lahan, aroma nasi yang gosong berpadu dengan bakaran ayam yang hanya berasa asin sama sekali bukan seleranya, namun terpaksa dia telan karena lapar.Narendra sebaliknya, dia mengganyang sisa potongan ayam sebagai kompensasi nasi yang gosong. Seandainya tadi dia sempat memetik sayur untuk lalapan dan cabai, pasti makan malam mereka bisa diselamatkan rasanya.Setelah berjibaku menyalakan tungku api untuk bakar ayam dan menyelamatkan sisa nasi yang masih bisa dimakan, diselingi oleh omelan Narendra dan Rengganis yang membela diri, akhirnya pasangan itu duduk di atas dipan menikmati makan malam mereka.Ini malam pertama merek
Read more

147 - Perlindungan Leluhur

SUAMI WARISAN147 – Perlindungan Leluhur “Punten, abdi…” duh, Rengganis menyesal kenapa enggak les Bahasa Sunda dulu sama Narendra untuk memulai percakapan.Citra memandang perempuan cantik yang kelihatan kebingungan itu. Dia bisa menangkap garis wajah yang terasa tidak asing, sepertinya pernah melihat di suatu tempat, namun entah dimana.“Abdi…” Rengganis memeras otaknya mencari kosakata bahasa Sunda yang dia ingat. Namun semakin otaknya dipaksa untuk mengingat semakin kosong isinya.(Citra berbicara dalam bahasa Sunda, namun untuk memudahkan pembaca dari luar daerah, author tulis dalam bahasa Indonesia)“Neng tersesat?” tanya Citra dengan lembut, suaranya halus dan mendayu. Matanya bergerak mencari-cari seseorang yang kira-kira bisa dia mintai bantuan.Rengganis menggeleng, “Saya cari kamu.” Rengganis merasa kurang ajar menyebut Citra dengan sebutan ka
Read more

148 - Bahasa Cinta

SUAMI WARISAN 148 – Bahasa Cinta   “Hah…! Hah…! Hah…!” napas Rengganis tersengal-sengal bersaman dengan langkah kakinya yang mulai terseok-seok menerobos semak-semak. Narendra menariknya tanpa berperasaan, memaksanya mengikuti ritme langkah kakinya yang cepat. Mereka berdua berlari layaknya dikejar setan. Kaki Rengganis berkali-kali terantuk batu dan tergores oleh belukar yang diterobos mereka. “Stop! STOP!” pinta Rengganis dengan napas terengah-engah, dia menyentakkan tangan Narendra. Langkah mereka berhenti di tengah hutan, namun Narendra kelihatan masih gusar. Kepalanya menoleh kiri-kanan memastikan tidak ada orang yang mengikuti mereka. Sementara itu Rengganis berusaha mengatur napasnya. Kedua tangannya bertumpu pada lutut ketika dia menghardik Narendra, “Kenapa tadi kabur, hah?!” Narendra melonjak kaget. Dia menoleh dan langsung bertatapan dengan pelototan Rengganis yang bengis. “Saya tidak kabur…”
Read more

149 - Pasangan Sejiwa

SUAMI WARISAN149 – Pasangan Sejiwa Angin malam menerpa wajah Narendra ketika dia melompati tembok dan langsung berhadapan dengan dua orang prajurit yang sedang berpatroli mengelilingi tembok Istana.Mereka memandang Narendra sejenak sebelum menyadari bahwa lelaki yang memakai caping itu adalah seorang penyusup.Belum sempat mereka melakukan sesuatu, Narendra sudah bergerak cepat melumpuhkan keduanya. Kakinya seakan terbang tak menjejak tanah ketika dia berlari meninggalkan dua prajurit yang terkapar pingsan.Dia berhasil mengelabui prajurit yang berjaga di depan gerbang desa kemudian masuk ke hutan. Bunyi kresek-kresek terdengar ketika dia menerobos semak-semak menuju tengah hutan. Jantungnya bertalu-talu di dada ketika dia memacu kakinya untuk berlari lebih cepat. Walaupun tau bahwa tidak ada yang mengejarnya, Narendra ingin buru-buru kembali ke pondok sebelum Rengganis menyadari dia tidak ada.Istrinya itu pasti bakal
Read more
PREV
1
...
131415161718
DMCA.com Protection Status