Semua Bab WARUNG TENGAH MALAM: Bab 191 - Bab 200
271 Bab
191-TERTUTUP
Hah hah hah Aku tiba-tiba terbangun dengan keringat dingin yang membanjiri seluruh tubuhku. Kepala bagian belakang terasa panas, seperti seseorang yang baru sembuh dari kesurupan. Aku mencoba duduk dan bersandar di dinding kamar, memikirkan atas apa yang terjadi semalam,  Aku melihat badanku ketika aku sedang terbangun, Badan yang kemarin malam penuh luka dengan rasa sakit yang aku rasakan. Namun nyatanya, badanku bisa digerakan dengan normal, dan aku tidak melihat tidak ada tanda-tanda bahwa aku terluka. Aku kembali melihat sekeliling kamar yang tampak kosong pada siang itu, hanya angin berhembus dari jendela kamar menggerakan tirai jendela merah tua yang sudah lama dipasang. Aku lalu
Baca selengkapnya
192-PAK ARDI DAN AKI KARMA
“A Ujang, A Ujang! ” “A, a!” Aku mendengar suara yang terdengar oleh telingaku pada saat itu, disertai dengan suara kokok ayam dan hawa dingin yang berhembus ke arahku. Seketika, aku mencoba membuka mataku secara perlahan. Dan terlihat, sebuah bayangan yang ada di depan ku pada saat itu. Aku yang kaget tiba-tiba terbangun dan tanpa sadar aku berteriak. “Ibuuuuu...!” Kataku. Namun tidak ada jawaban ketika aku berteriak seperti itu, aku mencoba memandang orang yang berbicara kepadaku dengan lebih jelas. Dan ternyata itu adalah Icha, yang mencoba membangunkanku yang tertidur di depan warung. Icha terlihat tampak sedih ketika aku berteriak Ibu kepadanya, dia mungkin merasa bahwa
Baca selengkapnya
193-INTROGASI
Kampung Parigi di malam sebelumnya sangatlah ramai. Kampung yang berdekatan langsung dengan jalur Provinsi yang menghubungkan Jawa Barat hingga ke Pesisir Selatan yang membentang hingga ke Jawa Tengah ini, sangat penuh dengan aktivitas warga yang berkegiatan di malam hari. Tidak seperti Kampung Sepuh yang tampak sepi apabila malam tiba. Di Kampung Parigi ini, banyak sekali pedagang-pedagang kaki lima yang berjualan di bahu jalan. Dengan makanan-makanan yang dijual yang bisa menjadi santapan untuk mengisi perut mereka yang lapar di malam hari.  Sehingga, di pinggir jalan Provinsi itu, terlihat banyak sekali dagangan juga aktivitas manusia yang berlalu lalang ketika malam tiba.. Bahkan dua toko retail besar berwarna merah dan biru terlihat dengan warnanya yang mencolok dengan logo besar yang terlihat dari jala
Baca selengkapnya
194-AKIBAT
Para Aparat Desa itu kaget ketika Vito mendadak menjatuhkan dirinya ke belakang, bersamaan dengan teriakannya yang keras seperti ketakutan, Vito kini meringkuk di lantai. Dan tangannya menunjuk ke arah Aparat Desa yang sedang duduk dan mendata Vito di depan komputernya. Aparat Desa itu langsung berdiri, dan melihat ke belakang, namun tidak ada apa-apa di belakang sana. Hanya ada tembok yang sudah usang, dengan poster-poster yang menempel tentang tata cara pelaporan untuk pelaku kriminal, juga poster-poster yang lain serta jadwal piket yang menempel rapi di tembok ruangan itu. “Ampun, ampun, jangan ambil nyawaku! ” Vito berteriak-teriak sambil meringkuk di tana
Baca selengkapnya
195-MAYAT
Pagi hari menjelang, sinar matahari yang muncul secara perlahan dari ufuk timur pegunungan. Membuat semua warga yang awalnya tertidur lelap, kini bangun dan mempersiapkan diri untuk menyambut hari baru, dengan segala aktivitasnya yang akan mereka lakukan di hari itu. Suasana tampak ramai di Kampung Parigi, melebihi ramainya para warga di Kampung Sepuh yang akan melakukan aktivitas di pagi itu. Banyaknya suara motor yang sedang dipanaskan oleh pemiliknya di depan rumah terdengar jelas di pagi itu, belum lagi, para ibu-ibu yang sudah berangkat dari rumahnya, untuk membeli sesuatu di sebuah pasar kecil yang selalu ramai dekat Kantor Desa di pinggir jalan raya Provinsi. Sehingga suasana pagi di Kampung Parigi sangat jauh lebih ramai daripada keseharian Kampung Sepuh di pagi hari, apalagi para warga di Kampung Parigi mempunyai pekerjaan yang beragam, dari mulai pe
Baca selengkapnya
196-KESEPAKATAN TUMBAL
Sebuah perjanjian dari seorang manusia kepada para makhluk untuk tujuan menggapai segala keinginannya di dunia ini, semuanya mempunyai risiko yang sama. Yaitu mengorbankan dirinya sendiri untuk menjadi budak para makhluk itu cepat atau lambat. Apalagi menyangkut tumbal, yang menjadi salah satu persyaratan terpenting ketika para manusia melakukan perjanjian dengan para makhluk yang ada di sekitar mereka. Karena dibalik semua itu, ada aturan tidak tertulis tentang apa yang terjadi, ketika mereka tidak memenuhi persyaratan tumbal yang mereka sepakati sebelumnya. Yaitu tubuh mereka sendiri, sehi
Baca selengkapnya
197-PUTUS ASA
Hari semakin siang, rupanya matahari di siang ini tidak memancarkan sinarnya dengan sempurna. Cahayanya yang terang rupanya tertutup oleh awan tebal dan kabut tipis yang menutupi seluruh Kampung Parigi pada siang itu. Rasa dingin mulai terasa, terutama bagi para dokter forensik yang datang dari kota, bersamaan dengan para dokter dan perawat puskesmas yang ikut membantunya. Mereka memakai pakaian khusus dengan masker yang mereka pakai. Baru kali ini juga para warga kampung yang berkerumun harus dibubarkan secara paksa oleh para dokter itu, selain menjaga protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran virus juga agar tidak mengganggu proses penyelidikan dari para dokter yang didatangkan langsung oleh Pak Ardi. Semua petugas, bahkan Pak Ardi, Aki Karma dan Icha sekalipun kini harus memakai masker. Atas saran dokter forensik itu. Bahkan kini, kantor Aparat Desa di segel dan tidak membiarkan seorangpun masuk, kecuali Aparat Desa yang kini dibantu oleh aparat dari ke
Baca selengkapnya
198-API
Kabut tebal yang menutupi Kampung Sepuh pada sore itu menutupi pandanganku, sehingga aku tidak bisa melihat siapa yang berbicara kepadaku pada sore itu. Hawa dingin yang menusuk kulit kini mulai terasa, meskipun aku terbiasa dengan hawa dingin yang seperti ini. Tapi tetap saja, aku harus memakai jaket untuk membuatku hangat. Tapi aku sepertinya malas untuk mengambil jaket di dalam rumah, aku malas melakukan apa-apa hari ini. Pikiranku masih saja kacau, aku baru merasa benar-benar kehilangan ketika warung ini seharusnya di jaga oleh ibuku pada siang hari. Dan kali ini, hanya ada aku sendiri yang menjaga warung ini sendirian. Terkadang di saat hari beranjak sore seperti ini, ibu menyiapkan teh hangat dan juga beberapa gorengan untuk ku santap, ibu tahu betul kalau aku di jam segini sudah kelaparan sedangkan waktu makan malam masih lama. Dengan senyumnya yang khas membuatku merasakan kehangatan dari seorang Ibu. Tapi kini sudah tidak ada, kini aku hanya hidup se
Baca selengkapnya
199-TERNAK
Malam Itu, Mang Rusdi Seperti biasanya diam dirumah sambil menonton sinetron kesayanganya di TV. Sinetron tentang romansa rumah tangga yang menjadi populer di Kampung Sepuh saat ini, tak jarang ibu-ibu setiap pagi pasti membicarakan sinetron yang mereka tonton kemarin malam, dengan menebak-nebak adegan selanjutnya yang akan ditontonnya pada episode malam berikutnya. Begitupun juga para suami yang awalnya terpaksa harus menonton sinetron itu karena berebut remote TV dengan istrinya, dan perlahan-lahan para suami seperti Mang Rusdi akhirnya ketagihan menonton sinetron setiap malam. “Mah makanan nya sudah siap?” Teriak Mang Rusdi dari ruang tengah ke arah dapur. “Iya Pak sebentar lagi, ini sedang masak telur kesukaan Bapak,” Teriak Bu Ani istrinya Mang Rusdi dari dapur Trang trang trang Terdengar suara masakan yang sedang dimasak di wajan, tercium juga bau harum dari masakan yang sudah ditiriskan dari arah dapur, masakan yang sederhana namun meng
Baca selengkapnya
200-TURUN
Mang Rusdi mendadak emosi, sepertinya ayam-ayam tersebut bukan di ambil secara paksa oleh seseorang, tapi mungkin dimangsa oleh anjing hutan yang sengaja turun ke kampung untuk mencari makan. Gunung Sepuh memang masih banyak terdapat hewan-hewan liar yang hidup di sana, dan biasanya, para hewan itu tidak akan berani untuk turun ke kampung. Karena makanan mereka sudah cukup di dalam hutan. Namun, pada malam ini, ketika Mang Rusdi melihat ayamnya mati dengan penuh luka, darah bercucuran dan gigitan di sekujur tubuhnya itu. Dia yakin bahwa ini adalah ulah hewan liar yang tinggal di Gunung Sepuh, dan mereka datang ketika malam hari untuk mencari makan. Mang Rusdi kemudian mencabut parang dari sarungnya, tangannya mengepal dengan keras, parang itu di acungkan dengan emosi yang muncul ketika dia melihat kondisi ayam-ayamnya. Mang Rusdi sangat yakin apabila ini ulah dari anjing liar yang tinggal di hutan, dan bukan ulah dari para makhluk yang seringkali muncul di Ka
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1819202122
...
28
DMCA.com Protection Status