Home / Thriller / Identity / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Identity: Chapter 11 - Chapter 20

40 Chapters

Bab 11 Siapa Dia

 Hari pertama di rumah, aku merasakan semangat baru. Semoga ini membantu hubunganku dengan Vian semakin baik. Melihat usahanya mendekatiku, rasanya tidak adil jika aku terus menutup hati.Kupalingkan bola mataku ke arah jam di dinding kamar.  Waktu masih pukul tiga sore. Aku ingin menyenangkannya dengan menyiapkan makan malam romantis besok. Ya … meskipun aku yang berulang tahun, tidak ada salahnya jika aku yang membuat orang lain bahagia. Lagipula, siapa tahu Vian akan semakin bersikap baik kepadaku. Sebaiknya aku bergegas untuk berbelanja sebelum supermarket tutup.Mesin mobil mulai terdengar meraung-raung. Aku melajukan mobil sambil mataku sesekali melirik ke arah layar ponsel untuk melihat peta. Semoga tidak tersesat di jalan. Untung Vian berangkat dengan jemputan mobil kantor, jadi aku bisa leluasa untuk bepergian.
last updateLast Updated : 2021-08-04
Read more

Bab 12 Kado Untuk Anya

Aku mendengus kesal mengingat kejadian tadi. Pasangan menyebalkan di supermarket benar-benar mempermalukan aku. Ingin rasanya aku membalas wanita itu, tapi untuk apa jika hanya menjadi bahan tontonan orang-orang di sekitar.Wortel yang tidak terlalu keras itu, kupotong-potong dengan kasar.Tak … Tak … Tak.Suaranya terdengar jelas di sekeliling dapur. Tentu saja terdengar jelas. Rumah ini terlalu besar dan kosong untuk ditinggali berdua. Kadang terlintas keinginan hadirnya seorang anak kecil di rumah ini, tapi cepat-cepat kutepis pikiran itu. Rasanya aku perlu melihat perkembangan sikap Vian terlebih dahulu. Perubahan sikapnya yang drastis terkadang membuatku bingung.Klik. Lampu di seluruh rumah tiba-tiba
last updateLast Updated : 2021-08-07
Read more

Bab 13 Permainan Dimulai

Aku mendengus kesal mengingat kejadian tadi. Pasangan menyebalkan di supermarket benar-benar mempermalukan aku. Ingin rasanya aku membalas wanita itu, tapi untuk apa jika hanya menjadi bahan tontonan orang-orang di sekitar. Wortel yang tidak terlalu keras itu, kupotong-potong dengan kasar. Tak … Tak … Tak. Suaranya terdengar jelas di sekeliling dapur. Tentu saja terdengar jelas. Rumah ini terlalu besar dan kosong untuk ditinggali berdua. Kadang terlintas keinginan hadirnya seorang anak kecil di rumah ini, tapi cepat-cepat kutepis pikiran itu. Rasanya aku perlu melihat perkembangan sikap Vian terlebih dahulu. Perubahan sikapnya yang drastis terkadang membuatku bingung. Klik.  Lampu di seluruh rumah tiba-tiba mati. Ak
last updateLast Updated : 2021-08-08
Read more

Bab 14 Penyusup

Sedikit lega saat mengetahui semua pintu dan jendela sudah terkunci. Semoga ini hanya permainan untuk malam ini saja. Tidak ada permainan-permainan lainnya pada esok hari.Aku menghempaskan badan ke ranjang. Rasa letih mulai mendera seluruh tubuh. Kejadian barusan membuatku otakku lelah, hingga aku enggan untuk sekadar berganti pakaian apalagi membilas badanku. Besok aku akan pergi lagi ke kantor agen Boscha dan membatalkan undangan petualangan. Aku merogoh ponsel dari dalam tas. Kutekan beberapa angka agar tersambung pada Vian. Namun, nada dering itu tidak pernah terdengar, yang ada hanyalah suara pemberitahuan jika telepon tengah dialihkan.Kemana dia? Di saat genting seperti ini, Vian tidak bisa aku hubungi.Ak
last updateLast Updated : 2021-08-09
Read more

Bab 15 Makan Siang

Awal minggu yang aneh di Tashkent. Aku ingin segera bertemu Vian dan menceritakan segalanya. Bagaimanapun dia harus tahu. Tapi mengapa ia sulit dihubungi. Apakah ia baik-baik saja? Atau jangan-jangan … Aku segera menghentikan pikiran buruk dan lebih memilih membantu Bibi merapikan rumah.Matahari mulai meninggi, terlihat dari bayang-bayangnya di balik pohon yang berdiri di halaman. Angin semilir menyusup mengisi ruangan melalui jendela-jendela yang sengaja aku buka. “Nyonya, ruangan tamu, bagian tengah dan dapur sudah hampir selesai. Hanya tinggal bagian lantai atas yang belum saya bersihkan.”“Owh … tidak apa, Bi. Besok saja. Aku ingin beristirahat dulu tanpa gangguan.“Baik. Apa perlu saya siapkan makan siang untuk Nyonya?&rd
last updateLast Updated : 2021-08-11
Read more

Bab 16 Aku Bukan Penculik

Setengah marah, aku membuka mapnya. Akan tetapi yang terlihat sebuah pesan, bukan tagihan.“Kembalikan barangnya. Jangan sampai laki-laki yang menumpahkan minuman itu pergi.”Deg. Aku terperangah, kemudian mendorong kursiku dan beranjak pergi. Setengah berlari aku menuju pintu belakang cafe dan sempat dihadang oleh seorang pekerja. “Maaf … laki-laki yang tadi berbicara dengan orang itu kemana?” tanyaku terburu-buru sambil menunjuk laki-laki terakhir yang melayaniku.“Dia menuju ke belakang sana,” Kepalanya bergerak kecil seolah menunjuk.Aku menggeser badannya yang menghalangiku, kemudian menyusuri meja-meja dapur untuk mencar
last updateLast Updated : 2021-08-12
Read more

Bab 17 Terjebak

Aku melihat sekilas wajah tampannya dengan bulu mata yang panjang. Aku menerka-nerka atas apa yang terjadi hari ini. Mengapa aku harus menemuinya. Sementara itu, ia tidak mau menerima kunci yang diberikan. Hingga akhirnya, aku harus terjebak di sini bersamanya.Sesekali aku melirik ke arah arloji. Sudah hampir dua jam kami menunggu di sini. Dua polisi yang membawa anak itu tak juga kunjung datang. “Sampai kapan kita di sini? Sebaiknya aku pergi saja.”Laki-laki itu beranjak berdiri dan mengebut-ngebutkan jaketnya yang sedari tadi dijadikan alas untuk duduk di pinggiran parkiran. Aku menoleh ke arah polisi dan anak itu memasuki gedung. “Bagaimana jika kita menyusul mereka?”“Kau saja.
last updateLast Updated : 2021-08-15
Read more

Bab 18 Terus Berlari

Terdengar suara langkah kaki bergerak cepat mengejar kami. Namun kali ini, suara gonggongan anjing menyertai derap langkahnya. Laki-laki itu menjauh dariku, sedangkan aku … tak ada pilihan lain selain ikut berlari. Suara gonggongan anjing semakin keras dan mendekat. Aku semakin mempercepat langkah kakiku.  Laki-laki itu berhenti di sebelah kayu-kayu usang. “Ayo, Sini! Naik!” Aku menyambut tangannya yang membantuku naik ke atas. Ia mendorong pahaku. Semoga saja dia tidak berpikiran cabul karena berada tepat di bawahku. Sementara itu, tangan kanannya kujadikan pijakan untuk kaki.  Setelah berhasil memanjat deretan kayu s
last updateLast Updated : 2021-08-17
Read more

Bab 19 Kabar Dari Ayah

“Nyonya Anya!” panggilnya. “Ah … i-iya. Kenapa? Kau bisa memanggilku Anya saja.” “Owh … baiklah.,” jawabnya. “Kau punya handuk?” “Ada di dalam.”  Aku merasa gugup setelah tertangkap mata menatapnya tanpa jeda. “Aku tak akan lama.” “Tak masalah,” jawabku seraya mengusap layar ponsel dan menekan nomor Vian. Aku harus memberitahunya jika ada seseorang di rumah. Jangan sampai ia tahu dari orang lain. Ini akan membuat suasana menjadi buruk. Lama kutunggu nada panggilan berbunyi, tapi suara Vian tak juga terdengar di seberang sana. Apa ia sudah tertidur padahal malam belum terlalu larut.
last updateLast Updated : 2021-08-18
Read more

Bab 20 Pesta Siapa?

Jam di dinding lobi hotel menunjukkan pukul 11.05. Itu berarti sekarang di Jakarta pukul 13.05. Raya, sahabatku mungkin tengah makan siang bersama keluarganya.Ah … Raya. Aku rindu. Sudah lama tidak bertemu dengan sahabat kecilku.Mengingat Raya, semakin membuatku merasa bosan sendirian. Rasa kesepian kadang menyelimuti, tapi setidaknya hari ini Ayah datang. Itu sedikit mengobati rasa kesepianku.Di mana Ayah? Aku sudah bosan setengah mati menunggu di sini.Aku beranjak dari kursi menuju meja resepsionis.“Selamat siang, Apakah tamu atas nama Patrisia Eidween menginap di sini?”Wanita muda berparas cantik dengan balutan seragam karyawan itu menghentikan kegiatan
last updateLast Updated : 2021-08-19
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status