Home / Romansa / My Love From Thames / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of My Love From Thames: Chapter 61 - Chapter 70

80 Chapters

Off The Bridge

Zivanna tak berani ke luar kamar ketika terdengar suara pengacara Anthony West mendatangi rumah om-nya. Pria itu ternyata benar-benar menepati janjinya untuk menemui Zivanna. Sementara dirinya terjebak dalam dilema yang begitu besar antara mengakui perbuatannya dengan tetap pada rencana yang sudah diaturkan oleh Hendra. Pada akhirnya Zivanna memilih untuk berpegang pada rencana Hendra, mengingat Maria yang semakin menunjukkan sikap permusuhan padanya. Seperti saat itu, ketika Maria membuka pintu kamarnya begitu saja tanpa permisi dan menatap tajam pada Zivanna dengan raut wajah yang tak bersahabat. "Apa kau yang menelepon pengacara itu?" tanya Maria ketus. Zivanna terdiam beberapa saat. "I-iya, Tante," jawabnya ragu. Maria semakin mendekat ke arah Zivanna yang masih duduk di tepian ranjang. Badannya sedikit membungkuk ketika dia menyejajarkan wajah dengan wajah keponakannya itu. "Bagus! Kau dan ibumu sudah berhasil menghancurkan rumah tanggaku. Aku membenci kalian semua, termasuk H
last updateLast Updated : 2021-09-14
Read more

Justice For Raja

Zivanna menyelesaikan ceritanya di hadapan hakim. Sesekali mata indahnya melirik ke arah Raja yang memandangnya tak percaya. Raja masih tetap terlihat tampan, walaupun dia harus merasakan beberapa minggu terakhir di dalam penjara. Dia juga sempat memperhatikan semua pasang mata di ruang pengadilan yang luas itu. Mereka semua seperti memandang iba padanya. Zivanna tersenyum getir. Entah apakah pada akhirnya dia bisa mendapatkan keadilan dan hidup dalam ketenangan. "Apa kesaksianmu dapat dipertanggungjawabkan?" tanya hakim itu hati-hati. "Ya, Yang Mulia. Anda bisa memanggil ulang nama-nama yang sudah saya sebutkan tadi sebagai saksi," jawab Zivanna seraya menoleh pada Hendra yang ikut menghadiri persidangan. Pria paruh baya itu tak pernah absen dalam persidangan, walaupun statusnya sebagai tersangka telah dicabut. "Kalau yang kau katakan adalah kebenaran. Maka kami berhak memanggil setiap nama yang berhubungan dengan ceritamu. Sampai mereka berkumpul di tempat ini, maka kau wajib bera
last updateLast Updated : 2021-09-14
Read more

Marry Me

Zivanna meringkuk di atas ranjang besi beralaskan kasur spons. Dia menyembunyikan wajahnya di antara lutut yang tertekuk. Penjara kepolisian metro ini terasa begitu dingin menusuk tulang. Penghangat yang berada di luar jeruji sel yang dekat dengan pintu keluar, sepertinya tidak berfungsi.Gadis cantik itu menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan. Diliriknya jam dinding di atas meja penjaga yang menunjukkan pukul sembilan pagi. Musim gugur yang mulai menjelang, membuat suhu menurun drastis. Seakan lengkap sudah penderitaannya kali ini."Papa," isaknya lirih. Angannya membayangkan sosok pria hangat yang berada jauh di Edinburgh. Pria yang bertalian darah dengannya. Ayah kandung yang baru saja ditemukannya. Tak disangka, gumaman pelan itu bersahut."Zizi, are you alright?" tanya seseorang. Zivanna langsung menoleh dan mendapati sang ayah berdiri gagah di samping polisi. "Papa!" mata indah Zivanna terbelalak. Dia bergegas berdiri merapat ke dekat jeruji demi bisa mendekat pada s
last updateLast Updated : 2021-09-14
Read more

Into Pieces

"Apa kamu sungguh-sungguh mengucapkan itu, Zi?" tanya Raja sekedar untuk meyakinkan kekasihnya. Zivanna sendiri hanya menanggapinya dengan senyuman samar. Sekilas sosok Brandon hadir dalam benaknya. Tak dapat dipungkiri, pria tampan bermata biru itu telah membuat Zivanna jatuh cinta. Cinta yang berbeda dengan yang dia rasakan pada Raja. Akan tetapi, Zivanna harus kembali pada kenyataan jika Raja telah berkorban demikian banyak untuknya. Raja pula yang bertemu dengan Zivanna lebih dulu jika dibandingkan dengan Brandon. "Kamu tahu aku tidak akan memaksamu, Zi. Apalagi di situasi yang pelik seperti sekarang," ucap Raja, membuyarkan angan Zivanna. "Aku sangat yakin dengan keputusanku. Kuharap kedua orang tuamu menerima aku yang ... ." "Mereka selalu mendukung apapun pilihanku. Jangan khawatirkan itu. Mama dan papa juga tulus menyayangimu," potong Raja. Tangannya terulur melewati dua jeruji besi dan menyentuh lembut pipi Zivanna. "Aku tidak pernah mencintai seseorang seperti aku mencint
last updateLast Updated : 2021-09-18
Read more

Big Decision

"Kita pikirkan itu nanti, Zi. Sekarang yang terpenting adalah bagaimana caranya supaya kamu bebas," tutur Raja dalam bahasa Indonesia. Tak ada seorang pun di sana yang mengerti kecuali Zivanna. Ingin rasanya Brandon memrotes dan menimpali perkataan gadis itu sebelumnya. Namun, sebelum hal itu terjadi, Jean lebih dulu memegang lengan adiknya, seolah menhannya untuk tidak bereaksi. "Tunggulah sampai semua mereda," bisik Jean lirih. Brandon tak mempunyai pilihan lain selain mengangguk dan menurut. Dia terdiam hingga seorang petugas polisi memasuki ruangan khusus berisi sel-sel yang berderet. "Maaf, jam menjenguk sudah habis. Kami akan menutup ruang sel ini sampai besok pagi," ucap polisi itu. Theo yang tak tega melihat putrinya sendirian di sana, egera berbalik dan memohon pada polisi tadi. "Tidak bisakah statusnya diganti menjadi tahanan rumah?" tanyanya seraya menangkupkan kedua tangan. "Maaf, Sir. Ini semua adalah keputusan dari pengadilan. Putri anda harus menghadapi peradilan leb
last updateLast Updated : 2021-09-18
Read more

Sweet Trial

Zivanna melangkah masuk ke ruang persidangan dengan tangan terborgol awalnya. Baru setelah dia duduk di kursi terdakwa, borgol itu dilepaskan. Wajahnya masih terlihat cantik meskipun tanpa make up dan hanya memakai baju tahanan. Dua orang pengacara telah menunggunya, yaitu Anthony West dan Jean. Zivanna sempat mengedarkan pandangan ke arah pengunjung. Mata indahnya mendapati Brandon turut hadir di sana dan duduk di bangku terdepan. Pria itu telah ditolak oleh Zivanna. Akan tetapi, dia masih menunjukkan simpati dan dukungan tak terbatas. Di sudut ruangan lain, Raja juga datang bersama kedua orang tuanya. Dia tersenyum begitu manis seraya melambaikan tangan pada Zivanna. Gadis itu mengangguk, lalu membalas dengan senyuman tipis. Dia lalu kembali menghadapkan dirinya ke depan, ketika hakim dan para jaksa penuntut tiba di ruangan. Semua aparat hukum tersebut, mulai dari hakim, jaksa dan pengacara memakai rambut palsu berwarna putih, yang disebut dengan Peruke. Di Inggris, Peruke ini w
last updateLast Updated : 2021-09-18
Read more

The Real Problem

"Memangnya apa yang tidak saya ketahui tentang Zizi, Om? Apa dia mempunyai saudara? Terus terang saja, bagi saya, keluarganya terasa begitu misterius," Raja tampak begitu resah. Sesekali ekor matanya melirik pada Zivanna yang lebih banyak diam dan menyembunyikan wajahnya di balaik tubuh tegap Raja.Sementara, ruang persidangan sudah mulai sepi. Bahkan hakim pun terlihat sudah meninggalkan kursi kebesarannya."Kita lanjutkan bicara di luar saja," ajak Hendra. Mau tak mau, semua orang mengikuti. Tak terkecuali Jean dan Brandon yang sebetulnya tidak paham dengan apa yang dibicarakan. Hendra lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia.Pengacara Raja sendiri memutuskan untuk mendekat pada kedua orang tua Raja yang sibuk menerima telepon.Hendra memilihkan sebuah kafetaria yang terletak di seberang gedung pengadilan. Meja paling pojok menjadi spot paling tepat bagi pria paruh baya tersebut. Terlebih, mejanya berukuran paling besar dibandingkan meja lainnya di tempat itu."Nona Jean, kuharap
last updateLast Updated : 2021-09-18
Read more

Restless Heart

"Gangguan jiwa?" Zivanna yang sedari tadi terdiam, ikut menimpali. "Maksudku ... em, bukan seperti orang gila pada umumnya, tapi ... ." Hendra menjeda perkataannya sejenak, lalu mengempaskan napas perlahan. "Maria seolah memiliki kepribadian ganda. Terkadang, dia adalah wanita yang kalem, lemah lembut dan penurut. Namun, tak jarang dirinya berubah menjadi beringas dan tak terkendali. Dia juga pintar memanipulasi." "Lalu, atas alasan apa Tante Maria ingin membunuhku?" tanya Zivanna lagi. "Sudah jelas jika dirinya marah karena kakaknya mati. Maria begitu terobsesi untuk menjadi seperti Rosanna," terang Hendra. "Tapi, Om. Aku tak sengaja melakukan itu. aku hanya membela diri," sanggah Zivanna. "Ya, semuanya juga tahu. Raja juga sangat paham akan hal itu. Namun, pemikiran Maria bukanlah pemikiran orang yang waras," Hendra menggelengkan kepalanya pelan. "Jadi, bagaimana?" sela Brandon. "Menurutku, di sinipun, Daisy ... ehm, maksudku, Zivanna ... dia juga tidak aman berada di kota ini,
last updateLast Updated : 2021-09-22
Read more

Relativity

"Brandon, wait!" Jean buru-buru mengikuti sang adik yang tampak begitu gusar, setelah sebelumnya berpamitan pada semua.Zivanna sendiri dapat memahami betapa hancurnya hati Brandon ketika dia memutuskan untuk menikah dengan Raja. Seandainya bisa, ingin sekali Zivanna berlari menyusul, lalu merengkuh pangeran penyelamatnya itu.Namun, apa dikata. Zivanna sudah memutuskan pilihan, dan pilihan itu ada pada Raja. Zivanna hanya melakukan apa yang seharusnya dia lakukan sejak dulu. "Zi," panggil Raja. Calon suami Zivanna itu diam-diam memerhatikan raut wajah cantik di sebelahnya yang tampak murung. Sorot mata indah nan bulat tersebut terlihat pilu mengiringi kepergian Brandon. "Tidak apa-apa kalau kamu ingin mengejar dia," ujar Raja lirih.Mendengar hal itu, Zivanna langsung mendongak dan menatap Raja penuh harap. Akan tetapi, lambat laun, pandangan itu berubah menjadi tatapan sendu. Zivanna lalu menggeleng dan tersenyum. "Tidak, aku sudah memilihmu. Maka, di sinilah aku seharusnya berada,
last updateLast Updated : 2021-09-22
Read more

Love Has No Reason

"Semua surat-surat dan dokumen keberangkatan sudah siap," ujar Raja pada Zivannna yang saat itu tengah termenung menghadap jendela kamar hotel. "Zi?" panggil Raja saat tunangannya itu tak menanggapi. "I-iya?" Zivanna langsung tergagap. Dia menoleh, lalu menghampiri pria yang sebentar lagi akan menjadi suaminya itu. "Jadi, bagaimana? Kita akan menikah di Indonesia?" tanya Zivanna seraya menangkup wajah tampan Raja dengan kedua tangannya. "Rencananya begitu. Kedua orang tuaku menginginkan pesta pernikahan yang meriah," Raja tersenyum lembut, kemudian mencium mesra bibir sang kekasih. Sayang, adegan manis itu harus terjeda saat terdengar ketukan pelan di pintu kamar hotel. "Pasti mama sudah menunggu kita," Raja mengempaskan napas pelan. Dia berbalik menuju pintu dan membukanya lebar-lebar. Benarlah tebakan Raja, sang ayah berdiri di hadapannya sambil menyodorkan dua buah tiket pesawat. "Ayo, kita harus segera ke bandara sekarang, kalau tidak ingin ketinggalan pesawat," ujar Abram. "
last updateLast Updated : 2021-09-22
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status