Beranda / Romansa / LIGNEE / Bab 11 - Bab 20

Semua Bab LIGNEE: Bab 11 - Bab 20

36 Bab

11. Tragedi Keluarga Erlangga

Dor…Terdengar suara letusan senjata dari dalam gedung hotel. Tak berapa lama kemudian mobil polisi dan ambulans berdatangan. Kevin yang sempat ketiduran di dalam mobil Aldi terbangun dan mulai keluar mencari ibunya.“Ibu? Ibu … “ Kevin memanggil manggil Dea.Ibrahim yang berdiri tak jauh dari sana. Langsung menggendong Kevin dan kembali masuk ke dalam mobil.“Ayo ayo.” Ibrahim menenangkan Kevin.“Biarkan aku pergi! Aku ingin bersama ibuku!” Teriak Kevin“Tidak, ayo, ayo pergi.” Bujuk Ibrahim pada Kevin.“Ibuku sedang bermain game di dalam,” rengek Kevin.“Mari sini… Setahuku kau suka mobil, lihat ini mobilku,” Ibrahim berusaha mengalihkan perhatian Kevin yang terus-menerus menanyakan ibunya.“Apakah ini milikmu?” Kevin mulai tertarik pada mobil Aldi.“Ya, ini mobil ku. Ayolah mari kita pergi melihatnya.” Ibrahim menahan Kevin agar tidak mengetahui tubuh ibunya sedang dibawa ke ambulans.“Ibuku menyuruhku untuk tinggal di mobil ini,” ujar Kevin.“
Baca selengkapnya

12. BAP Kepolisian

Hasan masih kebingungan kenapa dia bisa dipanggil ke kantor polisi. Kali ini dia dipanggil masuk untuk berbicara langsung dengan kepala polisi.“Silahkan duduk pak, saya Kompol Irawan. Apakah benar anda ayah dari Dealina Yilmaz?“Ya, petugas.” Jawab Hasan. “Apa yang terjadi? katakan saja.” Hasan balik bertanya.“Sayangnya, saya punya kabar buruk. Putri anda telah meninggal dunia. Saya sangat minta maaf. Aku tahu ini tidak akan mudah, tapi ... saya ingin anda mengidentifikasi foto-foto ini. Apakah ini anak perempuanmu?” Kepala polisi memberikan foto Dea pada Hasan dengan posisi yang masih sama saat dia menembak dadanya sendiri. “Tubuhnya ada di rumah sakit untuk otopsi. Besok dia bisa dibawa olehmu,” lanjut kepala polisi. “Ngomong-ngomong, ada seorang anak. Cucumu. Anda juga perlu merawatnya. Saya akan membuat laporan resmi. Dan kemudian saya akan membawa anak itu kepada anda.”Lamunan Hasan kembali ke saat dia mengusir Dea dan Kevin dari rumahnya. Bibirnya bergetar, hati
Baca selengkapnya

13. Pagi Yang Muram

Setibanya Sasha di rumah Hasan, Kevin yang kebetulan sudah tertidur lelap digendong oleh Emir yang membawanya ke dalam mengikuti langkah Hasan. Hanum, istri Hasan langsung mempersiapkan sofa depan untuk tidur Kevin. Dengan perlahan Emir merebahkan Kevin diatas sofa itu. Setelah yakin Kevin sudah nyaman di rumah Hasan. Sasha langsung berpamitan untuk pulang.“Sekali lagi, saya sangat menyesal atas kehilangan anda. Biarkan saya memberikan kartu nama saya. Jika anda butuh sesuatu, atau jika ada sesuatu yang anda pikirkan, silakan hubungi saya.” Sasha memberikan kartu namanya pada Hasan.“Terima kasih,” ucap Hasan.Sesampainya di rumah, Sasha dan Emir langsung mandi dan duduk bersantai sejenak di ruang keluarga. Tiba-tiba Aisya yang rumahnya memang bersebelahan dengan rumah mereka datang melihat keadaan Emir dan Sasha.“Wow. Wanita itu meninggal, kan? Dan semua ini terjadi di depan matamu?” kepo Aisya mulai kumat.“Bu, kami mengalami waktu yang sangat buruk malam ini. Dan
Baca selengkapnya

14. Impian Emir

Bangun tidur Kevin terlihat masih mencari ibunya. Dia hanya diam saja tanpa melakukan apapun. Hanum mengajak Rio, cucunya yang lain duduk di dekat mereka. Hanum berharap Kevin mau berteman dengannya jadi tidak terlalu memikirkan ibunya.“Oke, sekarang Kevin juga akan sarapan bersama kita.Nenek telah menyiapkan meja. Ayo makan. Dengar, nenek akan mengoleskan coklat pada roti. Kau akan memakannya dan menjadi orang yang besar dan kuat. Lihat, ini sangat enak.”“Aku tidak mau makan. Kapan ibuku datang?” Kevin malah berteriak pada Hanum.***Langkah Hasan gontai menyusuri lorong RS. Menuju kamar mayat. Sampai di ruangan seorang petugas menghampirinya.“Apa ada yang bisa saya bantu Pak?” tanya petugasBagaimana saya bisa membantu Anda, Pak?”“Saya harus mengambil tubuh. Saya ayah Dea Yılmaz.”“Bolehkah saya melihat beberapa ID?” tanya petugas. Hasan segera memberikan KTP dan SIM
Baca selengkapnya

15. Hukuman

  Sore-sore Feyza terlihat sangat bersemangat untuk berjalan-jalan keluar. Nisa sudah berusaha mencegahnya. Akan tetapi Feyza tetap saja memaksa untuk keluar. “Nisa, cukup. Tinggalkan aku sendiri!” “Feyza, bisakah kamu tenang? Kemana kamu pergi?” tanya Nisa. “Aku hanya ingin keluar untuk jalan-jalan. Aku bosan berada di rumah!” Tn Farouk yang mendengar keributan langsung menghampiri mereka dan coba menasihati Nisa. “Banyak hal-hal yang rumit sekarang,” ujar Tn Farouk. “Aku tidak peduli jika itu rumit! Aku tidak akan terjebak di dalam rumah karena Aldi. Aku harus pergi ke salon rambut. Tidak bisakah kamu melihat keadaanku?” “Feyza, jangan berani-berani mengulang omong kosong semalam.” Suara Tn Farouk masih tenang. “Kita sudah memiliki cukup banyak masalah untuk ditangani!” “Jangan khawatir, Ayah. Tidak peduli apa yang aku lakukan, itu tidak akan sebanding dengan apa yang dilakukan Aldi.” “Feyza!” sel
Baca selengkapnya

17. Tidak Stabil

Di dalam salon, tingkah Feyza sedikit tidak terkontrol. Nisa sudah berusaha menenangkannya agar Feyza bisa lebih sedikit tenang.“Aku merasa sangat baik hari ini.” Cetus Feyza dengan suara keras“Feyza, tolong sedikit lebih tenang,” gumam Nisa.“Apa yang salah dengan itu? Tuhan, aku hanya mengatakan aku merasa baik,” jawab Feyza sambil tertawa-tawa.“Bagaimana kalau kita pergi?” Ajak Nisa.“Pergi ke tempat lain? Kita bisa pergi berbelanja. Ayo pergi ke bar malam ini, kita akan pergi berdansa! Mungkin kita bisa menemukan beberapa orang baik.”“Feyza, tolong. Sedikit lebih tenang,” pinta Nisa.“Tuhanku! Ayolah! Aku tidak setua itu, kan?” Feyza tertawa terbahak-bahak. “Pasti ada harapan yang tersisa.”“Feyza…” Nisa menjadi kikuk dengan tingkah Nisa.“Kau selalu berbicara tentang kebutuhan aku untuk hidup
Baca selengkapnya

18. Kegalauan

Kegalauan Aldi Perlahan-lahan Irma mendekati Marini dengan segelas susu di tangannya. “Bu….” “Apa?” “Bisakah kau mengantar susunya Feyza malam ini, tolong!” “Mengapa demikian?” “Kamu sudah lama di sini. Mungkin dia tidak akan melemparkannya ke kepalamu,” sahut Irma. “Jangan bodoh. Ambil ini!” Marini menyuruh Irma yang mengantarkan susunya. Irma pun segera naik ke atas untuk mengantarkan susu Feyza. Saat menaiki tangga secara tidak sengaja mendengarkan percakapan Nisa dengan seseorang di telepon. “Ya pak? Maafkan aku. aku tidak punya kesempatan untuk menelepon. Seperti yang bisa kau tebak, situasinya di mansion agak rumit. Feyza tidak baik-baik saja. Aku menjaganya. Keadaan untuk Tuan Farouk tidak mudah. Apakah tidak apa-apa jika aku datang nanti? dan menjelaskan semuanya padamu? Aku di mansion. Aku tidak bisa bicara sekarang.” Nisa langsung menutup teleponnya. Dia baru sadar bahwa Irma tidak sengaja mendengar pembicaraannya.
Baca selengkapnya

19. Pesan Terakhir Dea

Kevin tertidur dalam pelukan Sasha. Sasha memindahkannya ke kasur mobil favorit Kevin. Selepas menidurkan Kevin di kamarnya. Sasha berjalan melihat semua barang di kamar Kevin. Yang paling menarik dari semua hal di kamar Kevin. Sasha menemukan sebuah flashdisk dengan tulisan “tolong tonton” Sasha langsung menancapkannya di laptop yang tergeletak begitu saja di atas meja makan. Hasan keluar dari kamar Dea menghampiri Sasha.“Dokter, bagaimana kita akan menjelaskan kepadanya bahwa ibunya sudah meninggal?”“Aku tidak tahu, pak. Kita akan menemukan jalan!”Aldi ke apartemen di tengah-tengah percakapan Dea dan Hasan. Serta merta Hasan berteriak mengusir Aldi. “Beraninya kamu datang ke rumah ini?!” bentak Hasan.“Hasan, tolong jangan! Kevin sedang tidur.” Sasha menenangkan Hasan. “Kau melihat betapa hancurnya dia. Apakah kau ingin dia bangun karena ini? Tenang. Silahkan duduk.” Sasha mulai
Baca selengkapnya

20. Diluar kontrol

Seharian Fatima memasak untuk tamunya Aisya. Tak ada seorangpun yang membantunya. Dia melakukan sendiri. Sebenarnya Fatima masih punya waktu dua jam lagi ke jadwalnya, tapi Aisya terus saja menelepon Fatima menanyakan sudah sampai mana dia memasak. Padahal mati-matian Fatima menyelesaikan pekerjaannya tepat waktu.“Aku ingin tahu bagaimana kelanjutannya dengan makanan yang akan dihidangkan sore nanti?"Semua baik, tidak ada masalah," jawab Fatima."Apakah akan siap untuk kunjunganya? aku tidak ingin membuat kesan buruk.""Jangan khawatir, Aisya akan siap." Fatima mencoba meyakinkan Aisya."Oke, beri tahu aku jika sudah siap.""Tentu, sampai jumpa," Fatima menerima telepon sambil sibuk menyiapkan makanannya, telepon ditutup lantas dia bergumam. "Aku bahkan akan melakukannya lebih cepat jika aku tidak ditelepon untuk terburu-buru."###Siang itu Feyza mengajak Nisa untuk pergi ke toko berlian, tentu saja Nisa merasa senang
Baca selengkapnya

21. Janji?

Akhirnya Aldi, Shasa.dan Levin memutuskan duduk makan di kursi yang tidak terlalu banyak orang. Ada yang lucu dari tingkah mereka yang membuat Sasha tertawa geli. Tanpa aba-aba secara bersamaan mereka berdua menarik tomat dari sela-sela burger. Selera yang sama ini hampir saja membuat Sasha ingin mencetus bahwa jelaslah kalian itu Ayah dan anak."Ini enak, kan?" goda Sasha pada Kevin dan Aldi. Kevin melirik kelakuan Aldi yang sama persis dengannya, dengan polosnya dia bertanya. "Kau juga tidak suka bagian itu?""Tidak," jawab Aldi sambil tersenyum."Tapi rasanya enak, kan?" lanjut Kevin. "Apakah kau pernah datang ke sini?"Aldi yang seumur hidupnya tidak pernah makan fast food langsung menggeleng. "Tidak, ini pertama kalinya.""Kamu suka?" Kevin menggigit tepian burgernya besar-besar. "Sangat," Aldi pun ikut-ikutan makan burgernya dengan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status