Di dalam salon, tingkah Feyza sedikit tidak terkontrol. Nisa sudah berusaha menenangkannya agar Feyza bisa lebih sedikit tenang.
“Aku merasa sangat baik hari ini.” Cetus Feyza dengan suara keras
“Feyza, tolong sedikit lebih tenang,” gumam Nisa.
“Apa yang salah dengan itu? Tuhan, aku hanya mengatakan aku merasa baik,” jawab Feyza sambil tertawa-tawa.
“Bagaimana kalau kita pergi?” Ajak Nisa.
“Pergi ke tempat lain? Kita bisa pergi berbelanja. Ayo pergi ke bar malam ini, kita akan pergi berdansa! Mungkin kita bisa menemukan beberapa orang baik.”
“Feyza, tolong. Sedikit lebih tenang,” pinta Nisa.
“Tuhanku! Ayolah! Aku tidak setua itu, kan?” Feyza tertawa terbahak-bahak. “Pasti ada harapan yang tersisa.”
“Feyza…” Nisa menjadi kikuk dengan tingkah Nisa.
“Kau selalu berbicara tentang kebutuhan aku untuk hidup
Kegalauan Aldi Perlahan-lahan Irma mendekati Marini dengan segelas susu di tangannya. “Bu….” “Apa?” “Bisakah kau mengantar susunya Feyza malam ini, tolong!” “Mengapa demikian?” “Kamu sudah lama di sini. Mungkin dia tidak akan melemparkannya ke kepalamu,” sahut Irma. “Jangan bodoh. Ambil ini!” Marini menyuruh Irma yang mengantarkan susunya. Irma pun segera naik ke atas untuk mengantarkan susu Feyza. Saat menaiki tangga secara tidak sengaja mendengarkan percakapan Nisa dengan seseorang di telepon. “Ya pak? Maafkan aku. aku tidak punya kesempatan untuk menelepon. Seperti yang bisa kau tebak, situasinya di mansion agak rumit. Feyza tidak baik-baik saja. Aku menjaganya. Keadaan untuk Tuan Farouk tidak mudah. Apakah tidak apa-apa jika aku datang nanti? dan menjelaskan semuanya padamu? Aku di mansion. Aku tidak bisa bicara sekarang.” Nisa langsung menutup teleponnya. Dia baru sadar bahwa Irma tidak sengaja mendengar pembicaraannya.
Kevin tertidur dalam pelukan Sasha. Sasha memindahkannya ke kasur mobil favorit Kevin. Selepas menidurkan Kevin di kamarnya. Sasha berjalan melihat semua barang di kamar Kevin. Yang paling menarik dari semua hal di kamar Kevin. Sasha menemukan sebuah flashdisk dengan tulisan “tolong tonton” Sasha langsung menancapkannya di laptop yang tergeletak begitu saja di atas meja makan. Hasan keluar dari kamar Dea menghampiri Sasha.“Dokter, bagaimana kita akan menjelaskan kepadanya bahwa ibunya sudah meninggal?”“Aku tidak tahu, pak. Kita akan menemukan jalan!”Aldi ke apartemen di tengah-tengah percakapan Dea dan Hasan. Serta merta Hasan berteriak mengusir Aldi. “Beraninya kamu datang ke rumah ini?!” bentak Hasan.“Hasan, tolong jangan! Kevin sedang tidur.” Sasha menenangkan Hasan. “Kau melihat betapa hancurnya dia. Apakah kau ingin dia bangun karena ini? Tenang. Silahkan duduk.” Sasha mulai
Seharian Fatima memasak untuk tamunya Aisya. Tak ada seorangpun yang membantunya. Dia melakukan sendiri. Sebenarnya Fatima masih punya waktu dua jam lagi ke jadwalnya, tapi Aisya terus saja menelepon Fatima menanyakan sudah sampai mana dia memasak. Padahal mati-matian Fatima menyelesaikan pekerjaannya tepat waktu.“Aku ingin tahu bagaimana kelanjutannya dengan makanan yang akan dihidangkan sore nanti?"Semua baik, tidak ada masalah," jawab Fatima."Apakah akan siap untuk kunjunganya? aku tidak ingin membuat kesan buruk.""Jangan khawatir, Aisya akan siap." Fatima mencoba meyakinkan Aisya."Oke, beri tahu aku jika sudah siap.""Tentu, sampai jumpa," Fatima menerima telepon sambil sibuk menyiapkan makanannya, telepon ditutup lantas dia bergumam. "Aku bahkan akan melakukannya lebih cepat jika aku tidak ditelepon untuk terburu-buru."###Siang itu Feyza mengajak Nisa untuk pergi ke toko berlian, tentu saja Nisa merasa senang
Akhirnya Aldi, Shasa.dan Levin memutuskan duduk makan di kursi yang tidak terlalu banyak orang. Ada yang lucu dari tingkah mereka yang membuat Sasha tertawa geli. Tanpa aba-aba secara bersamaan mereka berdua menarik tomat dari sela-sela burger. Selera yang sama ini hampir saja membuat Sasha ingin mencetus bahwa jelaslah kalian itu Ayah dan anak."Ini enak, kan?" goda Sasha pada Kevin dan Aldi.Kevin melirik kelakuan Aldi yang sama persis dengannya, dengan polosnya dia bertanya. "Kau juga tidak suka bagian itu?""Tidak," jawab Aldi sambil tersenyum."Tapi rasanya enak, kan?" lanjut Kevin. "Apakah kau pernah datang ke sini?"Aldi yang seumur hidupnya tidak pernah makan fast food langsung menggeleng. "Tidak, ini pertama kalinya.""Kamu suka?" Kevin menggigit tepian burgernya besar-besar."Sangat," Aldi pun ikut-ikutan makan burgernya dengan
Feyza segera naik ke atas kamar sesaat Aldi mengantarkan dia ke Mansion. Sebelum pergi Aldi hampiri ayahnya lantas bicara. "Ayah ... ayah ... ayah, ketika aku masih kecil, aku memohon padamu untuk memiliki kuda. Apakah kamu ingat?" tanya Aldi."Ya. Mengapa kau memikirkannya sekarang?""Kuda yang malang. Ketika dia hampir memenangkan perlombaan aku melihatmu dan melihat kau memiliki ekspresi bangga. Kemudian kau bangun. Saat pengendara pria bertanya padamu, kau menyuruhnya untuk menurunkannya.""Cukup benar. Aku orang jahat, kan? aku kira kau tahu yang merupakan hal terbaik untuk dilakukan untuk hewan yang menderita."Aku masih tidak bisa mencernanya," ujar Aldi."Maksud kamu apa?""Aku baru memahaminya, kau berharap kami adalah binatangkau bisa melatih, kan? Jadi kamu bisa membebaskan diri dengan mudah dari kita," dengan tatapan kesal Aldi menatap ayahnya.Dengan entengnya Tn. Farouk menjawab. "Percayalah, hewan-hewan itu mere
Seperti biasa Sasha mengisi kesibukan pagi di Ruang anak. Kebetulan Leyla juga bertugas di jam yang sama dengan Sasha. “Selamat pagi, Sha.” Sapa Leyla. Apa yang terjadi?”“Kami membawa Kevin ke kuburan.”“Bagaimana reaksimu?” tanya Leyla.“Tidak baik. Tapi dia akan baik-baik saja. Apa kau telah melihat berita terbaru tentang Aldi Erlangga?” tanya Leyla“Tidak,” cetus Sasha.“Dea yang malang. Dia pergi untuk menjelaskan masalahnya kepadanya, tapi sepertinya dia tidak peduli. Lagi pula, apakah kau ingin makan siang bersama? Kita bisa mengobrol sebentar,” ajak Leyla.“Dengan senang hati. Aku kangen ngobrol dengan kamu. Sampai jumpa.” Sasha langsung pergi menemui pasien kecilnya.“OK, sampai ketemu l
Aldi berjalan menuju parkiran kantor nya dimana Ferarri tua kebanggaannya diparkir disana. Aldi benar-benar ingin pergi dan menghilang dari semua ini. Dia nyalakan mesin mobil lantas memacunya dengan kecepatan maksimal di jalanan bebas hambatan.Tn Farouk tahu jika Aldi sedang melakukan kebiasaannya. Dia lebih fokus untuk berbicara pada Toni, pengacara keluarga. Dia mempersilakan Toni masuk dan bicara."Aku ingin membicarakan sesuatu yang penting," kata Tn Farouk."Saya mendengarkan Anda.""Tak seorang pun harus mencari tahu. Dia harus memenuhi permintaanku dalam kerahasiaan mutlak," ujar Tn. Farouk."Anda dapat mengandalkan saya, Tn. Farouk."Aku sangat khawatir tentang Feyza. Kau tahu, setelah apa yang dia alami dengan memiliki beberapa masalah mental. Dan itu masih saja bermasalah dengan itu."Saya berharap dia membaik, masalahnya melampaui kesehatannya.""Dia akan terluka, juga masa depan perusahaan. Dia bilang dia ingin be
Aldi keluar dari rumahnya lantas bergegas menghampiri Ibrahim yang sudah menunggunya dari tadi. "Akhirnya kau menemukanku," kata Aldi pada sopir setia nya. "Aku mengikutimu sejak dari pemakaman," jawab Ibrahim. "Aku tidak ingin mengganggumu." "Kamu unik, Ibo." Aldi menepuk bahu Ibrahim. "Aku tidak berpikir aku ingin pulang. Ayo pergi kemana kamu mau." Aldi mengajak Ibrahim untuk melewatkan malam ke tempat favorit nya. "Ayo pergi ke suatu tempat dimana aku bisa menjernihkan pikiran. Tapi kau harus memilih. Kau mungkin tidak akan menyukai tempat yang biasa aku kunjungi," sahut Ibo. "Ayo pergi!" Setelah melewati kurang lebih 5km. Tibalah Aldi dan Ibo disebuah cafe kecil. Aldi tampak menikmati suasana tempat makan yang sering Ibrahim kunjungi ketika dia masih menjadi sopir. "Apakah kau yakin tentang tempat ini?" Ibrahim bertanya pada Aldi. "Kita bisa pergi ke tempat lain." Aldi menjawab. "Jika kau membawa saya ke sini, "Aku
Fatima datang menghampiri Indra. “Aku akan menemui Indra.”“Tentu saja.”“Ada apa? Apakah kau merasa baik-baik saja?” tanya Fatima.“Aku baik-baik saja, Fatima ... berangsur lebih baik … aku selamat”Gery seolah protes dengan pernyataan Indra. "Kau tidak tahu berterima kasih! Kau seperti orang yang tidak tahu berterima kasih. Pikirkan tentang semua yang telah aku lakukan untuk membuatmu kembali berdiri."Jadi, aku mencintaimu," Emir muncul ke ruangan Indra."Ketua Emir, selamat datang," sambut Gery."Bagaimana kabarmu ibu?" tanya Emir."Baik..." jawab Fatima"Indra, kamu terlihat baik," sapa Emir."Aku baik-baik saja, aku menjadi lebih baik, apakah kamu sudah sibuk? kata Indra. "Apakah kau menghabiskan malam di tempat kerja?""Aku bekerja sedikit, itu saja. Aku berbicara dengan para dokter. Mereka akan mengeluarkanmu dalam beberapa hari. Tapi kamu tidak akan bisa kembali segera untuk bekerja.""Aku akan tinggal di rumah ketika aku keluar," jawab Indra. Dan itulah masalahnya. Tapi bag
Amri terus saja menggoda Joice saat menghampirinya di sebuah cafe dekat kampus mereka. "Apa yang terjadi? Apa arti wajah itu?" tanya Amri sambil mencolek pipi Joice."Aku hanya menatap ke luar angkasa." Jawab Joice sekenanya. "Karena ketika aku melihat di sini, aku tidak mengerti apapun." Joice menunjuk ke arah bukunya. "Aku ada ujian bahasa Inggris dan aku tidak tahu apa-apa. Aku tidak mengerti apapun, aku dilarang masuk lagi kelasnya jika aku tidak lulus ujian ini, aku tidak tahu bagaimana menghadapi keluarga aku. Di sini, aku tidak tahu harus berbuat apa." Keluh Joice."Jangan khawatir, aku akan membantu kamu," kata Amri."Benarkah?""Tentu saja! Ujian bahasa Inggris di sini tidak sulit, kamu hanya perlu belajar setengah hari untuk melewatinya," kata Amri, mencoba mey
Pagi-pagi Sasha menelepon Emir.“Ya, Sha? Apa kabarmu? Apa yang kamu kerjakan?”Saya bekerja sepanjang malam. Aku hanya“Aku sedang dalam perjalanan ke Genco. Anda sedang dalam perjalanan ke rumah sakit itu.”“Ya. Emir, siapa nama pria itu? Kenan, kan? Aku pikir aku telah menemukan cara untuk menyingkirkannya.”“Sayang, apa yang kamu lakukan? Aku bilang jangan ikut campur. Aku bilang aku akan mengurusnya. Jangan ikut campur dalam urusanku. Kau tidak meminjam uang dari ibumu, kan? Jika kau melakukannya, kita punya masalah.” kata Emir“Tidak, aku tidak membawa itu. Aku akan menjelaskan semuanya ketika kau tiba.
Di dalam rapatnya, Aldi tidak terlalu fokus. Dia sebenarnya terus mengingat Kevin. Sementara Kevin sedang asyik bermain dengan Rayhan dan Ibo.“Ini akan menjadi suatu kehormatan bagi kami, memproduksi kaca untuk mobilmu. Mari kita rayakan?”“Itu membuat kami sangat senang. Itu selalu menjadi mimpi untuk dapat memproduksi mobil di sini. Dia menjadikan kita bagian dari mimpi ini. Mari bersulang.”Rayhan menelepon Aldi. Karena Kevin tertidur di rumahnya.Aldi tidak merespon.“Rapat tidak harus berakhir.”“Sudah larut, Rayhan. aku harus pergi. Sesuai keinginan kamu. Aku akan membawamu pulang. Tidak, itu tidak diperlukan. Dia akan takut jika kau tidak di rumah. Ini baik-baik saja. Aku akan meninggalkan tasnya untukmu.”“Tentu saja. Itu sangat manis hari ini.”“Segera.”“Selamat malam.”“Bo, selamat datang!” Sambut Rayhan.“Aldi memang aneh. Dia melakukannya lagi. Dia bilang dia akan datang, tapi belum sampai. aku membuat pasta dengan Kevin, kita semua aka
Hanum sedang memilah-milah sweater untuk kedua cucunya. Lihat, ini untuk Sinan... dan ini untuk Kevin. Itu akan cocok untuknya, bukan?”“Ini sweter yang bagus,” ujar Hasan.“Apakah mereka akan membiarkannya memakainya?”“ Mengapa tidak, itu sweater. Aku akan memasukkannya ke dalam tasmu. Jika mereka mau, dia akan memakainya, jika tidak. Apa yang akan terjadi sekarang?”Hasan memutuskan untuk menemui Sasha agar diperkenankan bertemu Kevin. Hasan menunggu Sasha di ruang kerjanya.“Halo dokter aku harap aku tidak mengganggu kau. Aku ingin datang padanya. Kami memiliki barang-barang Kevin aku ingin bertanya padamu apa kau bisa membantu kita.====Fatima baru saja datang ke RS. Dia langsung menghampiri Emir dan Sasha."Ibu!" teriak Emir langsung memeluk Fatima."Ah, anak malang. Apa yang terjadi, Emir?" tanya Fatima penuh kasih sayang."Aku tidak tahu bagaimana itu terjad
Kevin menghampiri kantor Aldi. Terlihat Aldi begitu sibuk sekali bekerja."Apakah kau selalu bekerja di sini?" tanya Kevin. "Kau tidak pernah keluar?""Ya.""Aku akan bosan di tempatmu," lanjut Kevin."Kenapa?" Aldi sambil terus menandatangani pekerjaan."Bahkan tidak ada tempat untuk bermain. Apakah kamu tidak pernah bosan?""Tidak mengapa harus bosan?""Benarkah?'"Ya."" Dan ketika kau masih kecil?""Mh?" Aldi fokus pada pekerjaanya."Apakah kau tidak bosan sebagai seorang anak?""Aku tidak tahu. Aku tidak ingat." Tangan Kevin menyenggol jus jeruk saat dia meraih pulpen." Oh tunggu." Dengan sabar Aldi membersihkan semua tumpahan di meja kerjanya.""Maaf," ucap Kevin.."Kau tidak perlu meminta maaf.""Kau marah? Tidak mengapa harus marah? Jika kau mau, aku bisa membawa kau jus jeruk lainnya, kau bosan, bukan?" Kevin mengangguk."Apakah kau ingin pergi keluar?""Tentu saja.""Biarkan aku menelepon Pelin." Aldi langsung telep
Feyza yang sudah bersiap untuk pergi ke kantornya turun dari lantai 2, hendak bertemu dengan Tn. Farouk."Apakah ayahku di rumah?" Tanya Feyza pada Fatima."Ya." Jawab Fatima. Feyza langsung berjalan ke ruangan kerjanya."Kita perlu bicara!" Sahut Feyza pada Ayahnya."Aku lelah." Tolak Tn Farok. "Aku akan pergi untuk beristirahat. Kita akan bicara nanti.""Tenang. Ini tidak akan lama. Kita perlu bicara. Ini penting.""Cukup, Feyza!""Kai memaksa aku untuk melakukannya.Selalu ada alasan, kan, ayah? kau selalu dipaksa untuk melakukan sesuatu. Itu selalu kesalahan orang lain. Karena kita semua tahu bahwa kamu penuh cinta. Jadi apa salah Ibu?""Jangan mulai!" bentak Tn Farouk"Kenapa? Aldi tidak mengingatnya.
Pagi sekali Aldi menelepon Martin, dia ingin memastikan bahwa Martin sudah mengerjakan tuo hari itu."Selamat pagi," salam Martin."Aku tidak berpikir kau mengerti betapa pentingnya hal ini kata Aldi."Apa maksudmu?" ujar Martin."Kau belum melaporkan apa pun."Aku sedang mengurusnya. Jangan khawatir.""Kau selalu mengatakan hal yang sama akhir-akhir ini. Aku tidak akan menyesal untuk memberimu proyek, bukan?""Tidak. Aku akan bertemu dengan beberapa desainer.!Aku akan memperbaiki semuanya, jangan khawatir. Semua baik saja." Martin menutup telepon lalu dengan segera dia menghubungi Emir."Halo, Emir. Saya mengirimi Anda alamat, datang ke sana segera, oke? Aku menunggumu."Emir menjawab dengan segera. "Tentu saja, saya segera tiba. Ya, saya tahu daerah itu. Oke terima kasih." Tanpa menunggu apa-apa, Emir berpamitan pada Gery dan Indra."Sampai ketemu lagi. Indra aku akan keluar.""Kemana kamu pergi?"
Joice keluar dari kelasnya bersama Thea. "Pelajarannya sangat membosankan," keluh Thea."Ya. Itu benar-benar membosankan. Otakku rusak.!"Joice! Joice! Apakah kau punya waktu? Aku ingin berbicara denganmu tentang sesuatu." Amri mengejar Joice yang baru saja selesai kuliah. "Aku ada balapan besok. Aku ingin tahu apakah kau ingin datang? Jika aku berada di dua besar, aku akan masuk ke final universitas.”“Selamat, tapi aku tidak tahu apakah aku bisa,” sahut Joice.“Datanglah! kau akan membawa keberuntungan untukku. Aku tidak beruntung untuk diriku sendiri.”“Aku tidak tahu, kita akan lihat nanti, tapi tidak janji, oke?”“Tolong!” Amri merengek seperti anak kecil. “Penting bagiku andai kau datang. Aku akan menjadi lebih kuat.” Setengah memaksa Amri membujuk Joice.“Mari kita lihat, oke? Sampai ketemu lagi!” Joice