"Ibu sendiri, bahkan malu telah bela kamu di lapangan bola tadi." Bu Asti menahan kepalanya yang terasa memberat dengan kedua tangannya. Sosok Willy Rafardhan, hanya bisa terus berpasrah pada guru pembimbing itu setiap kali kena masalah di sekolah, entah bersalah atau menjadi korban. Bu Asti mencoba membuka matanya untuk menatap lurus-lurus ke arah Willy yang tidak peduli dengan ucapannya. Siswa laki-laki itu, justru membuang muka seolah tidak ada siapapun yang sedang berbicara dengannya. "Willy, Ibu lagi bicara sama kamu!" Willy menarik wajah tegak menatap Bu Asti, meski sebenarnya bosan hampir setiap hari masuk ke ruang bimbingan ini. "Iya, Bu. Saya juga mendengarkan Ibu daritadi. Ibu pikir saya ngapain aja satu jam duduk di kursi ini?" Bu Asti menghela napasnya dengan cukup panjang. "Sikapmu seperti itu salah, Willy! Saya tahu persis, bagaimana kamu yang selalu mudah terpancing emosi apalagi ini h
Read more