Home / Urban / EUFORIA / Chapter 191 - Chapter 200

All Chapters of EUFORIA: Chapter 191 - Chapter 200

209 Chapters

Rentannya Hati

“Melakukan? Maksud lo?” Aku sedikit bergeser untuk memberikan sedikit jarak dengan Diana.Namun, dia masih memegang rahangku. Apalagi, kepalanya sangat dekat sehingga embusan napasnya pun terasa jelas menerpa wajahku.“Melakukan, ya, melakukan, Adrian.”Lantas, aku mengernyit. Sebenarnya aku tidak bingung dengan kalimatnya. Sudah jelas, “melakukan” yang ia maksud mengarah pada aktivitas seksual.Lagi pula, raut wajah seriusnya itu sudah mengatakan dengan jelas. Dia tak lagi terlihat riang seperti gadis di bangku sekolah.“Nganu maksud lo?”“Ya. Apa pun istilahnya. Itu yang aku maksud. Gimana menurutmu?”Segera aku lepaskan tangan Diana yang mencengkeram rahangku semakin erat, lalu mengalihkan pandangan dari tatapnya.Bisa-bisa aku tersihir oleh pesonanya. Lagi pula, aku tidak ingin menambah beban di kehidupanku yang sekarang. Meski memang melakukan hal panas itu sudah
Read more

The Desire

Sebelum Diana menyambar bibirku, segera kuhentikan dengan menempelkan tangan di bibirnya.“Sorry, gue kebelet kencing. Gue boleh pinjem toilet?”Diana pun mengembuskan napas gusar. Dia menarik kepalanya dan duduk tegak, lalu menjauh dari tubuhku.“Ya, ampun. Ada aja, deh. Ya, udah. Kamu tinggal lurus ke sana aja. Toiletnya ada di sana.”Tak menunggu lama, aku pun segera berjalan menuju tempat yang Diana tunjukkan. Sebenarnya, sih, aku tidak begitu ingin kencing.Hanya saja, aku berusaha untuk mempersiapkan diri. Tiba di toilet, aku menatap wajah pada cermin yang terpasang di atas wastafel sambil memikirkan apa yang seharusnya kulakukan agar terhindar dari jerat Diana.“Mampus, dah! Gue harus gimana, lagi?” gumamku menatap cukup lama bayangan diriku pada cermin.Tidak munafik juga, sih. Tubuh sintal mungil Diana itu kupastikan sudah bisa membuat diriku berkhayal sampai langit ketujuh.Benar-be
Read more

Sins

Kenikmatan telah berakhir, yang tersisa hanya rasa lelah. Diana masih berbaring di dada bidangku dengan napas menderu.“Aku nggak nyangka. Baru kali ini aku dapat kenikmatan yang bener-bener indah, Adrian.” Senyumannya mengembang. Matanya menatapku dengan teduh.Tak lama, dia bangkit dan menjauh dari tubuhku. Diana memasang kacamatanya kembali, lalu menarik napas yang begitu dalam.“Aku bersyukur banget bisa pindah dari luar negeri.”Ketika aku duduk dan berniat menyeruput kopi yang masih tersisa setengah cangkir, smartphone di saku celanaku bergetar.Segera aku rogoh dan melihat di layar telah tampil nama penelepon. Ada sekitar 50 panggilan tidak terjawab, seketika membuatku terbelalak.“Kenapa, Adrian?” Diana mulai meneliti diriku.“Nggak ada.”Semua panggilan tersebut dari Carissa. Dia pasti sangat khawatir dengan diriku karena hingga pukul 03.00 dini hari belum juga pulang.
Read more

Menikah

Di dapur, kulihat Carissa berkutat dengan masakan. Dia tampak memotong-motong wortel. Segera kuhampiri dan meraih pinggangnya.Carissa cukup terkejut, lalu menyadari keberadaanku.“Adrian?” Bola matanya memicing.“Ini gue, Carissa.”Wanita ini menghentikan aktivitasnya. Sesekali, ia tersenyum dan tertawa kecil.“Apa yang kamu lakukan, Adrian?”“Nggak boleh?”“Boleh, tapi saya sedang memasak, Adrian.”“Nggak apa-apa. Gue akan melihat lo memasak. Gue cuma mau ngasih perhatian sama lo. Soalnya, udah lama banget gue sibuk sendiri sampai lupa sama lo.”Tangan Carissa kembali bergerak, memotong beberapa wortel untuk dijadikan sup, kurasa.Sementara itu, aku menatap rambutnya yang diikat dengan gaya kucir. Kudekatkan kepala di leher wanita ini dan membaringkannya di bahu Carissa.“Apa selama ini gue udah bikin lo sedih?”Dia
Read more

Conflict

“Wah, rumahmu bagus banget, ya, Adrian!” seru Diana sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling ruang tamu.Sedangkan aku begitu takut dengan kehadiran perempuan ini.“Ada apa lo datang ke sini, Diana?” tanyaku dengan jantung yang berdebar dan pikiran bahwa Carissa pasti akan terluka lagi akibat kehadiran perempuan ini.“Hmm? Emangnya aku nggak boleh datang ke rumahmu ini, Adrian?”Kini, Diana menghadap diriku. Sebelum menjawab pertanyaannya, hidungnya menciumi aroma masakan Carissa.“Kamu tinggal sama siapa di rumah besar ini, Adrian? Apa kamu punya pembantu?”Aku tak menanggapi pertanyaan tersebut. Lagi pula, aku tidak akan membiarkan Diana bertemu secara langsung dengan Carissa.“Kok diem? Ah, boleh aku ke dapurmu, kan? Aku mau bantuin masak juga kalau perlu.”Kontan saja kucegah Diana yang baru akan melangkah. Aku merentangkan kedua tangan dan berkata, “Nggak
Read more

Tingkah

“Diana?!”Seperti yang sudah kuduga, masalah ini akan menjadi semakin rumit. Lagi pula, aku sudah mengetahui dari awal bahwa Diana tidak akan tinggal diam karena seperti itulah dirinya.Dia terlampau penasaran dan akhirnya melakukan kebodohan seperti mengacak-acak privasi orang lain.Atau mungkin aku juga yang salah. Entahlah.“Oh, gitu. Jadi, alasan kamu nggak mau aku bantu-bantu di dapur karena ada cewek super cantik ini, Adrian?”Senyuman Diana miring, tatapannya menyipit. Sementara itu, kulihat Carissa mengernyit.Diriku? Jangan tanya. Berkali-kali aku menelan saliva dan berusaha menenangkan diri atas pertemuan dua perempuan ini.Diana bergerak maju mendekati diriku dan Carissa. Kini, dia berdiri di hadapanku sambil meneliti Carissa.“Tamunya dia, Adrian?”Mendengar pertanyaan Carissa, terlihat kerutan di dahi Diana. Mungkin dia tidak suka disebut sebagai tamu. Yah, aku juga tidak
Read more

Debat

Aku terkejut bukan main atas tindakan yang diambil Carissa. Dengan sangat keras, dia menampar Diana hingga bergeming.Pipi kanan perempuan berkacamata ini terlihat merah, terlihat bekas tangan Carissa. Suasana di penjuru ruangan menjadi pekat. Aku belum bisa buka suara. Terkatup bungkam karena tatapan Carissa yang begitu tajam mengintimidasi Diana.“Maaf, tangan saya terpeleset.”Hanya itu yang Carissa katakan, lalu membuang pandangan ke sembarang arah sambil menyilangkan tangan.Benar-benar diriku tidak menyangka bahwa sang kekasih ternyata bisa seganas itu. Mungkin emosi telah tidak bisa ia kendalikan dengan baik, hingga akhirnya meledak ke permukaan.“Terpeleset, ya,” lirih Diana dengan kepala menunduk.Mampus! Aku jadi tak tahu harus melakukan apa. Tak tahu diriku bagaimana untuk mendinginkan suasana.“Maaf.”Carissa melangkah dan kembali berkutat dengan panci dan penggorengan.Nap
Read more

Mask

Seketika itu, Carissa bungkam seperti tak tahu lagi harus membalas perkataan Diana. Kulihat tatapannya nanar, bahkan rahangnya pun telah mengeras.“Adrian itu udah berhubungan badan sama aku. Sekarang, apa kamu masih bisa menerimanya?”Diana tersenyum miring penuh kepuasan. Dan aku menjadi bungkam. Kualihkan pandangan ke sembarang arah.Walau demikian, aku harus menjadi seseorang yang berani mengambil tindakan. Ya, aku tahu hal tersebut dan aku sangat menyadarinya.Kutarik napas dalam, lalu buka suara.“Hentikan, Diana. Apa yang lo bilang sangat bertolak belakang dengan fakta yang ada. Lo bilang gue menikmati aktivitas panas yang hampa kayak kemarin?Jangan bercanda sama gue! Apa itu yang lo bilang kenikmatan? Bodoh!”Kini, tatapanku benar-benar mengintimidasi Diana. Aku telah tidak peduli jika dia membenci diriku. Sebab, telah pasti bahwa Carissa jauh lebih penting darinya.Kulihat wajah Diana terkesan
Read more

Gadis Busuk

Carissa masih berdiri dengan tatapan nanar. Yah, aku tahu bahwa dia sangat terkejut dengan apa yang ia dengar. Sebab, Diana mengatakannya tanpa keraguan sedikit pun dan dengan suara yang sungguh lantang.“Aku jatuh cinta sama kamu, Adrian.”Dia tak peduli sedikit pun bahwa telah menyakiti seorang insan dengan pengakuannya barusan.Tak kupedulikan pengakuan dari mulut Diana, lantas segera menghampiri Carissa.“Carissa. Lo nggak apa-apa?”Saat tanganku akan meraih dirinya, Carissa justru menepis dan segera berlari ke lantai atas, kamarnya.Tak bisa kubiarkan berakhir dengan kesedihan dan perasaan terluka. Demikianlah, aku berlari mengejar Carissa. Sayang. Aku dipeluk dengan erat dari belakang oleh Diana.Pelukan tersebut seolah-olah menahan kakiku yang tengah menapak mengejar sang kekasih. Dan aku tak dapat melakukan sebuah penolakan dengan tindakan gadis bertubuh semampai itu.“Aku sayang kamu, Adri
Read more

Selingkuh

Aku kembali melanjutkan langkah menuju kamar Carissa. Meskipun Diana berusaha meraih tanganku, dengan lugas kutepis. Kini, aku berada di depan pintu kamar sang kekasih.Kutahu bahwa dia sangat terluka hari ini, tetapi aku juga tidak bisa membiarkannya terpuruk dalam kesedihan.“Carissa. Buka pintunya. Gue minta maaf. Gue salah.”Tak ada jawaban, tentunya.“Kalau lo emang sangat terluka, gue akan ninggalin kerjaan gue. Nggak peduli kalau itu harus bikin gue mendekam dipenjara.Gue akan melakukan apa pun demi hubungan kita.”“Adrian! Kenapa, sih, kamu sebegitu keras kepala?! Biarin dia sakit hati. Lagian, masih ada aku,” pungkas Diana yang berdiri di belakangku.Dan aku pun tidak lagi bisa menahan emosi yang telah mencuat hingga ubun-ubun.“Jangan semena-mena dengan hidup gue!” bentakku sambil menatap Diana penuh intimidasi.Dia terhenyak dan matanya melotot seolah tak percay
Read more
PREV
1
...
161718192021
DMCA.com Protection Status