Di atas sofa, keduanya bergumul dalam satu nafas. Didit memeluk Lisa yang berbaring. Terasa darah menggelegak memanas hingga keringat bercucuran. Mereka larut dalam gairah malam itu, ingin melepaskan penat yang mendera. Lisa sendiri tak bisa menolak keinginan hati yang merenggut segala dinding pertahanan. Namun secara tiba-tiba Didit berhenti, sambil mengepalkan tangan, matanya menutup dan rahangnya mengeras, berusaha menahan gejolak. "Lisa…," Suara Didit berbisik pelan, sambil mengatur nafas, "lebih baik kamu pulang."Lelaki itu bangkit dan duduk di sofa. Kedua siku lengan bertumpu pada paha selagi tangannya memegangi kepala. "Didit…" "Maafkan aku, Lisa. Pulanglah." Lisa terpaku tanpa kata. Beberapa menit keheningan dalam ruang itu terasa semakin mendingin, hanya ada keduanya duduk di sofa, mematung dalam pikiran mas
Last Updated : 2021-08-28 Read more