Home / Romansa / Hot Mother / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Hot Mother: Chapter 71 - Chapter 80

140 Chapters

71. Menikahlah Denganku

Sofia terpaku di depan cermin tanpa melepaskan pandangan dari tubuhnya. Penampilannya terlihat begitu berbeda kali ini. Di belakang wanita itu, El duduk dengan mulut sedikit terbuka.“Mom cantik sekali,” ucap El penuh pujian. Ini pertama kalinya dia melihat sang ibu berpakaian seperti ini.Sofia menoleh ke belakang. Wajahnya terlihat begitu ragu dengan pakaian yang dia kenakan. Dress berwarna merah hati, dengan belahan di sisi kanan hingga mencapai paha. Tubuhnya benar-benar terlihat begitu indah.“Mom tidak percaya diri.” Sofia tersenyum kaku. Dia lupa kapan terakhir kali memakai dress seperti ini. Mungkin, saat dia masih gadis dulu.Selama ini Sofia terbiasa mengenakan pakaian sehari-hari yang terkesan simpel. Lagi pula dia tidak ada acara formal yang mengharuskannya mengenakan pakaian seperti ini.El menggeleng cepat. “Mommy cantik.” Dua kata yang kembali terdengar di telinga Sofia.Sofia berjalan mende
last updateLast Updated : 2021-11-26
Read more

72. Hubungan Darah

Hiruk pikuk ibu kota kembali terjadi di awal pekan. Hari di mana semua orang akan lebih sibuk dari biasanya. Hari di mana semua orang akan berangkat lebih pagi untuk bekerja.Namun, hal itu tidak berlaku bagi Arnold. Pria itu justru menepikan mobilnya di dekat gedung besar tempatnya bersekolah dulu.Rasanya dia rindu dengan masa itu. Masa di mana dia bisa merasa sedikit bebas, walau hanya sesaat.Pria berdarah Belanda itu duduk dengan bibir tersungging. Kacamata hitam bertengger di hidung mancungnya.Tanpa sadar, pria itu terus saja memerhatikan keramaian di depan sana. Netra abu di balik kacamata hitam itu berbinar bahagia, seolah menemukan apa yang selama ini hilang dari kehidupannya.“Ah, rasanya aku rindu masa kecil.”Arnold mengambil satu batang rokok yang dia simpan di dalam dasbor. Menyulutnya lalu mengepulkan asap putih yang membumbung. Terkadang pria itu merindukan rasa nikotin yang akhir-akhir ini jarang dia konsumsi.
last updateLast Updated : 2021-11-26
Read more

73. Hampir Saja

Arzan menatap heran ke arah Arnold, yang tampak berbeda pagi ini. Wajah pria itu terlihat sedikit berbinar  dari biasanya.Arnold melirik asistennya itu sekilas. Kemudian, melanjutkan langkah untuk membuka pintu ruangannya.“Ar, kau baik-baik saja?” tanya Arzan menghentikan langkah Arnold seketika.Arnold menoleh. “Memangnya aku kenapa? Kau selalu bertanya hal-hal aneh beberapa hari ini,” sinis pria itu.Entah apa yang membuat Arzan selalu mempertanyakan hal-hal seperti ini. Bahkan, rasanya Arnold sudah bosan mendengar pertanyaan yang selalu sama di setiap harinya.Memangnya apa yang berubah dalam dirinya? Arnold merasa tidak ada yang berubah sama sekali. Tidak ada yang terjadi sama sekali. Kecuali, pertemuannya dengan El kemarin, yang masih membekas.“Ah, lupakan.” Arzan menggeleng.Arnold mengendikan bahu, lalu melanjutkan langkah untuk masuk dan menutup pintu. Sementara, Arzan masih menatap
last updateLast Updated : 2021-12-01
Read more

74. Masa Lalu Arnold

Jakarta, 2013Siapa yang tidak mengenal Arnold Danique. Seorang pria berdarah Belanda, yang sudah terkenal di usia mudanya. Bukan karena sebuah prestasi, melainkan karena kebiasaan buruk dan rumor yang berkembang di kalangan para pengusaha.Pria berusia 26 tahun itu sudah memegang sebuah perusahaan sejak 2 tahun lalu. Selama ini, dia memang dipersiapkan untuk hal itu.Tidak ada upaya penolakan, atau yang lainnya. Sejatinya, Arnold memang dilahirkan untuk menjadi penerus bisnis milik keluarga Danique. Walaupun dia sama sekali tidak menginginkan hal tersebut.“Ar, kau mau ke mana?”Arnold menoleh. Menatap pria yang sedang bertanya padanya. Dia adalah asisten yang diberi tugas oleh ayahnya langsung. Secara tidak langsung boleh dikatakan, orang yang diminta untuk mengawasinya.“Kau ingin ikut?” tanya Arnold. Dia tidak menjawab pertanyaan Arzan.Arzan menggeleng. Dia tahu tempat apa yang akan jadi tujuan bosnya itu.
last updateLast Updated : 2021-12-01
Read more

75. Obrolan Kakak-Adik

Suara desahan dan erangan terdengar memenuhi sebuah kamar, di hotel bintang lima di tengah kota metropolitan. Pendingin ruangan yang ada di sana seolah tidak berfungsi dengan benar, sebab udara yang terasa benar-benar panas.Arnold masih memacu tubuhnya di atas tubuh wanita yang dia temui tadi. Entah sudah berapa lama, tetapi dia belum juga mendapatkan pelepasan yang diinginkan.Sementara, Grace bergerak liar tidak karuan di bawah. Sungguh, perkataan orang-orang tentang Arnold memang benar adanya. Pertahanan pria itu terlalu kuat. Terlebih lagi, dia sudah mengalami pelepasan untuk yang kedua kalinya. Menandakan betapa kuatnya pria itu.“Ar—“ panggil Grace dengan napas tersengal-sengal. Wanita itu mencengkeram kuat pinggang pria yang ada di atasnya.“Sedikit lagi, Honey.” Arnold menurunkan tubuhnya. Membungkam bibir Grace yang terus mengeluarkan suara seksi, sehingga membuat hasratnya kian menggebu.Peluh sudah membasah
last updateLast Updated : 2021-12-04
Read more

76. Dia Sahabatku

Tidak ada yang dapat mengubah kebiasaan buruk Arnold. Kelab malam, alkohol, dan para wanita, sudah menjadi kebiasaan sehari-hari yang tidak lagi terasa asing.Semua hal itu adalah tempat Arnold berlari, dari kemunafikan hidup yang dia jalani. Tempat dia singgah, saat rasa lelah dan perih mendera. Bolehkah sekali saja Arnold memiliki pilihan?Arnold ingin sekali memberontak? Ah tidak, semua ini adalah bentuk pemberontakan kecil yang dia lakukan. Dia hanya berharap, suatu saat kebiasaan buruk ini, akan membuat Tuan Danique memikirkan kembali, tentang keputusannya terhadap Arnold.Tak hanya itu, ada sang kakek yang juga memiliki peranan penting, dalam memerintahkan semua. Meski pria paru baya itu tinggal di Belanda, tetap saja seluruh kendali perusahaan ada di tangannya.“Opa, aku tidak mau menjadi seorang pengusaha. Aku kurang berminat di bidang itu.” Arnold menatap kakeknya dengan penuh permohonan.“Tidak ada penolakan, Ar. Kau ada
last updateLast Updated : 2021-12-04
Read more

77. Sedikit Kebenaran

Jakarta, 2018Lamunan Arnold tentang masa lalu, buyar begitu saja karena suara seseorang yang berbicara kepadanya, secara tiba-tiba. Pria itu menengadahkan kepala, untuk memastikan siapa orang yang telah berani mengganggu waktunya.“Kenapa aku ada di sini? Aku sudah bilang, suasana hatiku sedang buruk, dan aku akan kembali ke kantor jika sudah membaik.” Arnold menatap kesal pria yang duduk di hadapannya saat ini.Perdebatannya dengan Grace beberapa saat lalu, masih menyisakan sedikit rasa kesal. Belum lagi, kejadian ketika Arnold benar-benar melihat Sofia ada di depan mata, tetapi dia gagal menemui wanita itu. Rasa kesal itu semakin bertambah, dan membuat suasana hatinya kian memburuk.“Ini sudah jam makan siang. Aku tidak sengaja melihatmu di sini.” Arzan menunjukkan jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Menandakan bahwa pria itu tidak berniat mengikuti atau menguntit Arnold.Namun, entah mengapa di kantor tadi, dia
last updateLast Updated : 2021-12-05
Read more

78. Kesungguhan

Sofia terlihat mengusap wajahnya dengan sedikit kasar. Wanita itu ketiduran dari sore sepulang dari kafe. Entah apa yang kini dilakukan oleh El, dia juga tidak tahu.Dengan mata yang masih sedikit mengantuk, Sofia melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. Dia belum memasak makanan, untuk makan malam.Wanita itu bergegas masuk ke dalam kamar mandi. Menanggali setiap pakaian yang menempel di tubuhnya. Lalu mulai mengguyur tubuh dengan air yang terasa sedikit dingin.Rasa lelah yang beberapa saat lalu sempat mendera, hilang begitu saja. Dinginnya air yang menyentuh kulitnya langsung, membuat Sofia merasa lebih segar.Tak butuh waktu lama, wanita itu segera menyelesaikan kegiatan di dalam kamar mandi. Dia harus segera memasak, sebelum El benar-benar kelaparan......“El!” panggil Sofia ketika sudah ke luar dari dalam kamarnya. Mata berwarna cokelat itu mencari keberadaan anak laki-lakinya di dalam ruang
last updateLast Updated : 2021-12-06
Read more

79. Sedikit Petunjuk

Arzan menghempaskan tubuhnya begitu saja di atas sofa. Dia baru saja mengantarkan dokter keluarga yang memeriksa kondisi Arnold. Kondisi pria itu sedang tidak baik-baik saja. Entah apa yang sebenarnya dipikirkan oleh Arnold sehingga dia mengalami gangguan kecemasan seperti ini lagi. Entah sudah yang ke berapa kalinya Arnold mengalami hal seperti ini. Awalnya memang terlihat begitu sepele, tetapi semakin kemari kondisi pria itu benar-benar menakutkan. Arzan mendongakkan kepalanya. Menatap langit-langit apartemen milik Arnold. Sepertinya, malam ini dia akan menginap di sini, untuk menemani Arnold. Arzan tidak bisa jika harus meninggalkan sahabatnya itu sendirian. “Siapa dia?” Tiba-tiba Arzan teringat akan perkataan Arnold sebelum pria itu benar-benar kehilangan kesadarannya. Dahi Arzan sedikit mengernyit. Dia tidak tahu siapa orang yang dimaksud oleh Arnold. “Apakah Sofia?” Mendadak kepalanya terasa berdenyut nyeri. Dia kembali m
last updateLast Updated : 2021-12-07
Read more

80. Secerca Harapan

Dareen berjalan dengan sedikit tergesa, sehabis menerima panggilan dari Arzan. Dia merasa sedikit khawatir.Lagi-lagi Arnold—kakaknya itu selalu saja menarik perhatian seorang Dareen. Entah apa yang sebenarnya mendasari perasaan khawatir yang datang dalam diri Dareen. Satu yang dia pahami, meskipun mereka tidak dekat, tetapi mereka tetap seseorang yang memiliki hubungan darah.Dareen menekan bel setelah sampai di depan pintu apartemen milik Arnold. Dia memang tidak tahu apa pun akses untuk masuk ke dalam sana. Dulu dia tahu, tetapi semenjak dia sering datang tiba-tiba, Arnold mengganti seluruh akses keluar masuk apartemennya, dengan dalih bahwa dia tidak suka diganggu.“Kau sudah datang?” tanya Arzan ketika sudah membuka pintu.Dareen mengangguk. Dia langsung saja masuk tanpa menunggu izin dari Arzan lagi.Melihat ruang tamu yang kosong, tanpa kehadiran Arnold, membuat dahi Dareen sedikit mengernyit. Satu pertanyaan yang terlintas
last updateLast Updated : 2021-12-07
Read more
PREV
1
...
678910
...
14
DMCA.com Protection Status