Home / All / Armaya Dvyendu Paksha / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Armaya Dvyendu Paksha : Chapter 11 - Chapter 20

35 Chapters

Bab 11 : Nuevo

Pagi hari di kediaman ku tak ada bedanya. Selain kehadiran Chandra yang juga bagian keluarga ku. Bahkan semalam, aku memilih tidur di kamar tamu tanpa sepengetahuan siapapun di rumah. Barang ku sudah di kemas apik dalam koper, menyisakan baju yang ku pakai saat ini.Hari berpisah dan melanjutkan perjalanan ke jenjang pernikahan meski bukan impian. Nyatanya dia sudah bersumpah di hadapan Allah dan para malaikat serta sah di mata hukum mau pun agama. Maaf, aku cuma enggan menyebut namanya selain di depan keluarga."Ayah Bunda, Bapak Ibu, Kak, Dyan berangkat,"ucapku bergegas keluar. "Dy ingat sudah nikah Nduk. Suami mu itu kok nggak di sapa. Maaf ya jeng Dyan ini memang kebiasaan rada judes sama lawan jenis,"ucap Maheswari membuat ku tersenyum tipis."Pagi Mas,"ucapku singkat. "Di kejar sana toh Dra. Masa mau di ajari Ayah,"ucap Alagra. "Bukan Yah. Itu loh Dy ehh Dek Dyan ngga mau sarapan dulu? Habis ini perjalanan jauh,"ucap
Read more

Bab 12 : Fake World

Chandra POVKata orang awal pernikahan itu rasanya legit. Aku nikah malah sepet gini rek. Liat nah istri cantik nan menawan, itu bibir nya di kasih berapa ton peredam suara sih. Diam nya seorang wanita itu tampak anggun. Iya bener memang, ngga ada yang nyalahin.Lah tapi kalo kayak dia modelnya ngga ada enaknya sama sekali. Apa salah nikahi orang ya?"Baju mu,"ucap Dyan menyusun baju ku. Kalo cowok, dingin tuh kayak pas aja kan. Nah kalo cewek apalagi istri, sungguh meresahkan sob. "Dy mau kemana lagi. Ayo tidur,"ucapku melirik jam dinding."Aku di sofa,"ucap Dyan membuat ku melotot seketika. "Nggak usah ngadi ngadi. Mending kamu tidur, kalo nggak mau ku cium,"ucap ku mengeluarkan jurus jitu. "Mesum,"ucap Dyan singkat namun beranjak mendekat.Kalo kalian bayangin pipi nya bersemu merah kayak baper gitu. Anda salah. Dia ngomong itu ngga sinkron dengan eskpresi data
Read more

Bab 13 : Wara

"IBU WADANSKUADRON UAYUUU POLL GESS," Suara nyaring terdengar menyayat telinga ku. "Kayaknya ada yang heboh nih,"ucap Azriel. "Pilih yang ada manis-manisnya makanya,"ucap Chandra membuat ku sebal. "Kira mu iklan air mineral. Yang ada manis manisnya,"ucap Gerald.  "Kayaknya sehabis nikah bukan tambah bener tambah sengklek,"ucap Azriel. "Masuk lewat sini Ger,"ucapku tak mau menanggapi percakapan tak berfaedah mereka.  "Mending Bu Chandra masuk aja. Mereka tuh biasanya satu server kalo sama sesama wanita,"ucap Gerald. Sembari mengetuk pintu Mess Wara dengan hati-hati.  "Siap," Aku tercengang begitu ada yang hormat begitu pintu terbuka. Ahh iya aku kesini sama 3 orang itu. "Bu Chandra mari masuk. Izin membawa masuk Pak,"ucapnya. "Jangan sampai lecet ya,"ucap Chandra membuat ku ingin mual. Apaan lecet? Epik banget. "Nama saya Zhevanya Arlova Tandialo. Biasa dipanggil Vanya. Biasanya temen saya Shindyca Fatma tapi lagi cuti ni
Read more

Bab 14 : Aseemmm

Chandra POVPagi ini aku sudah memakai seragam PDL lengkap sambil menikmati teh melati buatan Dyan. Perdebatan semalam ya ber ending seperti itu. Jangan bayangkan bakal nangis gila ya. Bagi nya air mata itu haram hukumnya.Nggak mau kalah dengan sifat dingin nya, aku pun berencana membuat bibir nya berkata lebih banyak dari biasanya. Liat lah dia sedari tadi mondar-mandir cari baju batik nya. Aduh ehh kok rasanya malah terpesona sama dia sih.Liat nah tinggi yang ya ku akui kalo tes Wara ngga lolos. Rambut pendek ala militer, wajah putih mulus bak kapas. Bibir pink alami dan jangan lupakan wajah yang simetris. Hah bisa khilaf liat Dyan dari tadi kayak setrika di depan mata ku."Dra,"Yes, akhirnya manggil kan dia. "Kenapa Yan?,"tanya ku pura-pura nggak tau. "Nggak jadi,"ucap Dyan kembali beranjak. Dasar cewek, gengsi mulu. Hah pemandangan ku memang agak aneh. Pasangan
Read more

Bab 15 : Terusik

"Dra bisa nggak lagu lain,"tanyaku bosan mendengar lagu yang sama selama satu jam. Mobil sudah memasuki kota Surabaya tapi sore menjelang malam ini agak macet. Bosan ku dengar lagu nya sampai hafal mati ku dengar.Now the day bleedsInto nightfallAnd you're not hereLantun ku malah membuat teringat lagu ini terputar di bandara Jenderal Edward Lawrence Logan, Cambridge, USA. "Merdu tapi sarat dengan duka. Lagu ini juga yang ku dengar tiap kali datang ke Bandara Adisutjipto,"ucap Chandra.Aish masuk jebakan aku. "Aku ngga sedih,"ucapku masih berusaha tersenyum walau pedih. "Kita pernah dalam kondisi yang sama. Tapi nyatanya transisi ku jadi lebih cerah. Sembunyi di balik senyum cerah ku beda dengan mu sembunyi di balik dingin,"ucap Chandra."Lupakan,"ucapku malas berkelit.
Read more

Bab 16 : Me Vs Mahasiswa

Aroma masakan menguar harum memasuki Indra penciuman ku. Setelah ku rasa pas, baru lah ku matikan kompor. "Sweetie udah matang tuh nasinya,"ucap Chandra menyempatkan mengecup singkat pipi ku. Hah sejak kapan sih manusia ini normal. Tapi aku bukan model baper kayak gitu. The real of Dyandra ya nggak ada baper bapernya sama sekali. Kegiatan masak bersama begini memang sudah kebiasaan sejak awal pernikahan. Meskipun belakangan terakhir sikap udah nggak terlalu dingin. Entah kena efek apa. "Assalamu'alaikum," "Wa'alaikumussalam. Biar aku aja yang buka. Kamu nggak berjilbab,"ucap Chandra membuat ku mengangguk. "Wah manten anyar. Mari sarapan bareng,"ucap Chandra membuat ku bergegas memakai jilbab sebelum menyapa tamu yang dimaksud. "Izin Bu,"ucap Shindyca dengan wajah sumringah. Iyalah namanya manten anyar. Kecuali aku yang jelas. "Izin segala Mbak. Jadi ini mas Ceng cengan nya Shindyca,"ucap Chandra membua
Read more

Bab 17 : Secret Of Dyandra

Suara nyaring dari MC turut membuka acara pekan lomba antar jurusan di Polinema. Banyak tamu dari berbagai instansi terdekat di undang. Kecuali ya mungkin Pemkot yang enggan datang. You know what I mean, right.Wajah ku di poles sedemikian rupa makin menambah rasa aneh. Kayak mau karnaval rasanya. Berpadu dengan pakaian putih yang khas dengan jas lab dengan kebaya yang tampak menawan. "Kakak foto dulu yuk. Baru kirim ke Bunda sama Ayah,"ucap Dhita mengarahkan kamera ke wajahku."Dhit gantian dong,"ucap mahasiswi yang lain. Tentu saja satu jurusan. Hanya aku mungkin yang bukan mahasiswi di pajang begini. "Oke oke. Kak Dyan kalo di sini milik Teknik Kimia,"ucap Dhita sembari terkekeh geli. "Waduh Bu wadanskuadron ngga ada obat,"ucap Dewi membuat ku tersenyum tipis. "Ayo kita bawa maskot kita maju,"ucap Natasya mengajakku berjalan memimpin barisan jurusan. Menyanyikan yel-yel dengan semangat bahkan aku sampai lupa kalo bukan lagi mahasiswa. Melewati red carpet d
Read more

Bab 18 : Sweet Melt

"Kak Dyan. Ish seneng banget tau. Bisa ngobrol bareng kayak gini,"ucap Dhita bahagia. Malam ini ku habiskan waktu di salah satu pusat perbelanjaan di Malang. Riuh nan ramai khas suara mall kadang membuat ku bertanya. Bagaimana pun riuh sekitar, pikiran tetap berfokus pada ponsel yang tak kunjung memberi kabar.Terakhir kali kemarin begitu sampai di Jatinangor dengan selamat. Tapi semua itu wajar lagian dia kan ke sana karena ada urusan. Harusnya sekarang dia sudah pulang. Tapi ngga tau lah. Mungkin juga sibuk."Hayooo tungguin telfon Kak Chandra ya,"yang Dhita membuat ku menggeleng cepat. "Nggak Dhit. Udah mau Magrib. Pulang yuk,"ajak ku. "Ayo. Oiya Kak singgah ke rumah Bunda dulu ya. Baju ku buat nginap ketinggalan. Hehehe ngga papa kan,"tanya Dhita."Oke,"ucapku mengangguk sembari fokus dengan tangga eskalator yang tampak monoton. Musik dalam mall terdengar begitu nyaring namun tak sedikit pun membuat ku terasa nyaman. P
Read more

Bab 19 : Arrepentimiento

Semilir angin tak menyurutkan semangat ku beranjak ke suatu ruangan VVIP rumah sakit lantai 8. Kamar Flamboyan No 14. Dengan beberapa jenis masakan yang telah ku bawa dari rumah.Ku buka pintu kamar menampilkan wajah serius nan rupawan tengah membaca koran di temani sanak keluarga. "Kak Dyan darimana,"tanya Dhita. "Habis masak di rumah tadi,"ucapku menyajikan makanan yang ku bawa. "Aduh Nduk ngga usah repot-repot. Kan bisa pesen,"ucap Nafisa."Nggak papa Bun udah kebiasaan,"ucap ku tersenyum manis. "Nak Dyan ngga ke kampus?,"tanya Alagra. "Nggak Yah. Dyan izin mau jagain Mas Chandra dulu,"ucapku. "Ngga usah Kak. Jangan membuang waktu buat Kak Chandra. Aman aja orang itu,"ucap Dhita menimpali."Nggak papa kali Dhit. Mari makan,"ucapku. Sembari semua orang makan, ku dekati sosok yang tampak serius itu. "1 meter Dek,"ucap Chandra membuat tercengang. "Hah ngapain lagi Mas. Makan yang bener,"ucapku. "Hust 1 meter.
Read more

Bab 20 : Fracture In The Strain

Rumah yang biasanya hanya di isi gombalan dari satu jenis suara seolah tengah bermonolog kini telah berganti menjadi sepasang manusia yang tengah sibuk berdiskusi. "Dek menurut ku konsepnya kurang sesuai. Soalnya kan dalam satu mahasiswa bisa liat soal temannya,"ucap Chandra memberi saran mengenai ujian."Ouh jadi buat 20 paket dimana satu ruangan itu isinya 20 orang gitu,"tanyaku penasaran. "Nah gitu jadi kan kamu buat soal satu soal nih. Kamu pecah bagi ke masing-masing mahasiswa,"ucap Chandra. "Ouh oke-oke. Jadi kan aku udHuek huek"Dek kamu masuk angin?,"tanya Chandra dengan sigap mengurut tengkuk leher ku dan memberi minyak kayu putih. "Kayaknya gara-gara kedinginan. Semalam lupa matikan AC,"ucapku sambil berkumur-kumur."Bentar diam di situ ku buatkan minuman hangat,"ucap Chandra berlalu ke dapur. Di saat yang bersamaan ponsel ku berbunyi pertanda telefon masuk. "Haloo,"uc
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status