Menikmati cuaca sejuk yang semakin dingin oleh rasaku. Segelas teh, ku genggam erat, berharap bisa membuat hatiku jadi hangat. Tapi tidak, bahkan Mas Bayu yang duduk menempel di sisi kiriku tak bisa membuat hatiku menghangat. Di depannya, secangkir kopi yang berhasil kubuat dengan gemetar, masih mengepulkan asap. Tatapnya terbagi antara aku dan secangkir kopi. "Aku merindukan aroma kopi buatanmu, Ndhis. Aku menikmati setiap gerakanmu saat mengaduk kopi," ungkapnya tadi. Mencoba mengalihkan suasana yang menjadi entah. "Kopi buatan Bibik, bahkan cafe tak bisa membuatku berpaling. Kopi racikanmu yang terbaik." Tangannya meraih tatakan cangkir. Aku menunduk. In
Baca selengkapnya