Home / Romansa / Jarak (tamu di hati suamiku) / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Jarak (tamu di hati suamiku): Chapter 11 - Chapter 20

44 Chapters

Bukan Pelengkap Identitas

Seketika ruangan hening, bahkan setelah Mas Bayu menjauhkan wajahnya dariku. Tatap matanya yang tajam memaksaku untuk mengangguk. Pria dingin itu kemudian kembali menggenggam tanganku dan memaksa mengikuti langkahnya. Kami berdua menaiki tangga. Di sudut yang tersembunyi aku berhenti dan melepaskan genggaman tangannya. Mas Bayu menyerngit tak suka. Namun aku tak perduli. Aku tak ingin terus terbuai oleh sikap manisnya di kantor. Dan akan terasa sakit saat menemukan realita berbeda sesampainya di rumah nanti. Dengusan kasar terdengar, dan hentakan kakinya kembali terdengar menaiki tangga. Tuhan, tolong hentikan debaran kurang ajar yang lancang datang tanpa k
Read more

Istri Pungut?

Aku tergagap, bodoh … bodoh! Aku bahkan tak tahu alamat tempat tinggalku saat ini …! Sopir taksi menepikan mobilnya, dan menoleh ke arahku, "maaf, Mbak … tujuan kita kemana ya?" Dia bertanya sekali lagi. Aku yang dari tadi menahan kesal tanpa sadar mengalirkan air mata. Sopir tadi menghembuskan nafas, mungkin dia sedang berusaha bersabar. Apa dia tidak tahu, aku lebih kesal darinya. Pagi tadi dengan rasa bahagia aku keluar dari rumah, membeli tanaman, sampai akhirnya dijemput paksa oleh laki-laki yang bergelar suami. Di situ kebahagiaanku mulai terkikis, semakin habis ketika harus menjemput Inara. Ditambah ucapan kasar Mas Bayu tadi di kantor! Ah …! 
Read more

Jangan Pergi

Mas Bayu mencekal tanganku dan menarik masuk ke kamar. Sesampainya di kamar, tubuhku didorongnya ke tempat tidur. Aku yang tidak menduga mendapat perlakuan seperti itu tentu saja hilang keseimbangan. Apalagi Mas Bayu yang berbadan tinggi kekar seolah mengerahkan seluruh tenaganya."Jangan banyak tingkah dan mempermalukan dirimu sendiri. Apalagi di depan asisten rumah tangga," sentaknya kasar. Dia berdiri tegak, kakinya berada di kanan kiri lututku, dengan telunjuk mengarah lurus kepadaku.Aku cepat berdiri dan mendorong tubuhnya, "Aku tidak peduli. Toh posisiku dan mereka tak ada bedanya. Hanya sebagai pelengkap rumah mewahmu ini kan?"Mas Bayu sepe
Read more

Kesurupan

"Jangan pergi, Nara …," ucap Mas Bayu di tengah tidurnya.Bahkan dalam keadaan tidur pun Inara masih selalu bergentayangan di pikirannya!Inara, perempuan jelita yang memiliki kedudukan istimewa di hati suamiku. Jika mereka memang saling mencintai, kenapa Ayah dan Ibu sangat menentang?Aku yakin ini bukan karena harta. Karena perempuan itu bahkan memiliki toko kue dan toko pakaian peninggalan orang tuanya. Lalu kenapa?Bahkan nama Inara seolah tabu terucap di depan mertuaku. Apa yang tidak ku ketahui?
Read more

Teman?

"Aku kenapa? Aku dari tadi makan, iya kan Bik?"Raut wajah Bibik memucat. Begitu juga dengan Rum.Aku berusaha keras menyembunyikan tawa kemenangan. Sudah kubilang kan, aku tak akan tinggal diam. Benar?"Ta--di Gendhis kesurupan, Pak," ucap Rum terbata.Mas Bayu mendekat, dia memperhatikan wajahku seolah aku akan menghilang jika sebentar saja pandangannya beralih. Bibik dan Rum berdiri sejajar tepat di depan pintu menuju dapur."Kamu kesurupan?" Pertanyaan tajam dari sua
Read more

Tinggal Bersama

"Dengan syarat, aku boleh bekerja." Ku utarakan kembali keinginanku setelah Mas Bayu melepas pelukannya. Aku merasa ada yang hilang saat tubuh kami berjarak.  "Tak ada syarat selain itu? Kamu mau mobil? Atau kamu mau ku buatkan taman pribadi?" "Aku bekerja, atau Inara tidak tinggal di sini." Aku berkata tegas. Tidak mungkin aku di rumah selama dua puluh empat jam, dan harus menyaksikan kemesraan yang mereka suguhkan. Aku masih punya hati. Meski mungkin sudah tidak terbentuk lagi. "Nanti aku pikirkan dulu," tukas Mas Bayu. "Berarti Inara jangan dulu dibawa kemari," cetusku. 
Read more

Lelah

Pagi baru datang dan rumah sudah dipenuhi oleh suara Inara. Ku tepuk pelan bahu Mas Bayu, berusaha membuatnya bangun. "Mas, bangun. Inara berteriak mencarimu …." "Hmm …," gumaman tak jelas tertangkap telingaku. "Mas." Aku masih berusaha membuatnya membuka mata. "Hmm … apa sih sayang …," sahutnya dengan mata setengah terbuka. Aku terdiam mendengarnya memanggilku sayang. Sebisa mungkin ku tepis debaran di hati. Mungkin dia belum sepenuhnya sadar. Suara Inara kembali terdengar memanggil Mas Bayu.&nbs
Read more

Jangan Sampai Ibu Tahu

"Gendhis, bisa minta tolong belikan aku cemilan? Mas Bayu sedang sibuk dan katanya hari ini dia lembur," pinta Inara. Aku yang sedang asyik dengan tanamanku tak menggubris ucapannya. Baru beberapa menit yang lalu aku sampai di rumah, bahkan keringatku belum juga kering. "Gendhis …!" Aku menghela nafas, "Kamu bisa minta tolong Rum, kan?" balasku malas. Aku tak suka sikap Inara yang seolah memanfaatkanku. Dia tahu aku memperhatikan kehamilannya. Karena itu berulang kali dia memintaku melakukan sesuatu atas nama bayi di dalam perutnya. Dan lagi, sifat cemburunya semakin hari semakin menjadi. Pernah dia mengamuk hanya karena Mas Bayu membelikanku sebuah
Read more

Mencari Tahu Tentang Mereka

Pagi itu aku berhasil menghalangi Ibu untuk mengetahui keberadaan Inara. Dan itu berpengaruh besar pada sikap Inara dan Mas Bayu. Tak ada lagi ucapan ketus dan sok berkuasa meluncur dari Inara. Sedangkan Mas Bayu, laki-laki itu semakin berubah. Lebih hangat. Aku benar-benar mencoba menempatkan diri di posisiku yang seharusnya. Menantu pilihan orang tua Mas Bayu, bukan istri Mas Bayu. Perlahan aku mulai menikmati ini semua. Aku mengikuti saran Ibu untuk pergi ke salon, juga menyempatkan untuk menyalurkan hobi baruku. Yaitu merawat tanaman. Karena itu aku juga lebih sering bertemu dengan Rizal. Ya, aku sering mengunjungi toko bunga miliknya. Bukan apa-apa, to
Read more

Menyembunyikan Bangkai

Aku masih menatap foto Inara bersama kedua orang dewasa itu. Berbagai pertanyaan berputar di kepala.   Apa hubungan Inara dan ayah? Mungkinkah perempuan yang memangku Inara kecil ini istri ayah?   Aku mencubit bibirku sendiri. Tidak mungkin. Bisa jadi mereka bersaudara, atau rekan bisnis. Bisa juga mereka ….   Mungkinkah Inara anak kandung ayah? Jika benar, berarti Mas Bayu dan Inara …?   Ya Tuhan! Semoga aku salah. Semoga ini semua tidak benar, elakku dalam hati.   Aku segera mengabadikan foto itu di ponselku. Selesai.   Dengan sedikit gemetar aku kembali merapikan buku harian itu tanpa membacanya
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status