Home / Romansa / You're My Destiny / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of You're My Destiny: Chapter 81 - Chapter 90

93 Chapters

Bab 81, Aku Takut Tidur Sendiri

Ruang apartemen itu terlihat sangat kacau. Barang-barang berserakan di lantai, lemari terbuka dalam keadaan kosong, laci-laci pun begitu. Bahkan peralatan dapur pun tidak ada lagi yang berada di tempatnya. Apartemen Windi ibarat kapal pecah yang baru saja dihantam badai."Ada yang hilang, Win?" tanya Pandu setelah memastikan apartemen itu kosong dari pelaku."Belum tahu, Kak, sepertinya hanya laptop yang biasa aku pakai, sebelum berangkat ke rumah Ny. Kim aku letakkan di atas meja kecil itu," jawab Windi."Bagaimana dengan data-data di laptop itu? Apakah ada yang kan merugikanmu jika didapatkan oleh orang lain?" tanya Pandu.Ia khawatir jika Windi menyimpan file-file penting yang jika hilang bisa membahayakan perkerjaannya. Atau file-file pribadi yang jika disebar bisa merusak nama baik."Tidak, Kak. Semua perkerjaanku ada di website perusahaan. Butuh UserID, password, dan OTP untuk mengaksesnya. Aku juga selalu membiasakan diri untuk clear cache d
last updateLast Updated : 2022-03-29
Read more

Bab 82, Saatnya Membuka Hati

"Yakin ingin aku temani di sini? Nanti kamu justru gak bisa tidur lho," goda Pandu."Kenapa?" tanya Windi dengan polosnya.Pandu tertawa, spontan mengacak rambut Windi dengan gemas."Aku hanya bercanda, Win. Ya, sudah aku akan tidur di sini menemani kamu," jawab Pandu menuju sofa.Windi menggaruk kepalanya yang tidak gatal, terlihat gelisah sambil memainkan ujung bajunya."Kak Pandu tidurnya di kamar saja. Jangan di sofa.""Nanti kalau ada apa-apa dengan kamu aku tidak bisa dengar. Kamar di rumah ini kedap suara, Win.""Iya, makanya aku bilang Kak Pandu tidur di kamar depan saja bareng aku.""Maksud kamu ... kita tidur di ranjang yang sama?""Iya. Eh ... itu ... aku benar-benar butuh teman tidur, Kak. Aku takut tidur sendirian, bayang-bayang pencuri itu terlalu menakutkan."Pandu menatap Windi untuk menyelami perasaan gadis itu, tetapi memang hanya menemukan ketakutan di sana. "Baikla
last updateLast Updated : 2022-04-03
Read more

Bab 83, Menepis Keraguan

Windi merasa harinya tak lagi hitam putih sejak menjalin hubungan dengan Pandu. Mungkin karena sempat dibesarkan di tempat yang sama membuat rasa di hati mereka berkembang dengan cepat. Setidaknya itulah yang dirasakan Pandu, sementara Windi sudah bisa membuka hatinya untuk hubungan yang baru saja sudah menjadi kemajuan yang besar.Jarum jam baru saja beranjak dari angka lima ketika Windi bersiap untuk pulang. Suara ketukan di kubikelnya membuat Windi mengalihkan pandangan ke asal suara."Kak Pandu?!" sorak Windi kaget."Hai. Sudah mau pulang, 'kan?" Windi mengangguk."Ayo, aku tunggu di depan, ya. Kita pulang bareng."Windi bergegas mematikan komputer, mengunci laci dokumen, dan menyimpan barang-barang miliknya ke dalam tas, lalu segera menyusul Pandu yang menunggunya di area parkir."Kok nggak kasih tahu kalau mau jemput?" tanya Windi setelah sampai di dekat pria bertubuh atletis itu."Surprise!" jawab Pandu, berbisik
last updateLast Updated : 2022-04-23
Read more

Bab 84, Gairah Bercumbu

Windi tidak menyangka jika dirinya akan disambut dengan sangat hangat oleh keluarga besar Pandu. Berada di tengah-tengah mereka seolah telah mengenal mereka selama bertahun-tahun. "Win, malam ini tidak usah pulang, ya. Tidur di sini saja, besok pagi biar Pandu yang antar kamu pergi berkerja," kata Ny. Jeon, ibu Pandu."Aduh, saya merasa tidak enak, Bu. Terlalu sering merepotkan keluarga di sini," tolak Windi halus."Merepotkan apanya?" sela Tn. Baek, ayah Pandu. "Pandu justru kegirangan tuh kamu tidur di sini," sambungnya."Papa jangan mulai lagi, ya," sahut Pandu. "Bilang saja kalau Papa betah mengobrol dengan Windi, kenapa harus bawa-bawa aku," protes Pandu.Tn. Baek tertawa."Pandu benar lho, Win. Berbincang dengan kamu itu asyik. Apa lagi saat membahas Indonesia, membuat saya ingin ke sana lagi.""Eh ... tapi, kalau nanti Pandu dan Windi menikah, kita bisa ke sana ramai-ramai lho, Pa," sela Ny. Jeon."Nah, iya. Nanti kita kunjungi panti asuhan tempat mereka dibesarkan dulu. Siapa
last updateLast Updated : 2022-05-04
Read more

Bab 85. Ramyeon Mokgo Gallae?

Windi terkesiap, ia terduduk, spontan menjauh dari Pandu. Napasnya masih tersengal dan wajahnya masih memerah karena lonjakan libido. "Maaf, Kak. Aku tidak bisa melakukannya. Maafkan aku kalau mengecewakanmu," ujar Windi sambil menenangkan debaran jantungnya."It's okay, Win. Aku juga minta maaf karena telah lepas kendali tadi," ujar Pandu dengan kepala menunduk."Tidak apa, Kak. Ini salah kita berdua, jadi mari jadikan pelajaran saja," kata Windi berusaha untuk bijak.Pandu mengangguk."Silakan mandi dan ganti pakaianmu, aku akan menunggu di luar," kata Pandu.Ia keluar dari kamar, lanjut menuju dapur lalu meminum segelas air dingin. Ia butuh meredakan gelora hasratnya yang masih membara.Sementara itu, di Seoul. Sebuah acara yang mempertemukan dua keluarga baru saja berakhir. Tn. Han tampak antusias melepas kepergian tamu mereka. Tangannya tak henti melambai, dan senyumnya juga tak henti mengembang. Di sampingnya Yoo-ill berdiri dengan ekspresi datar.Mereka yang baru saja pergi ada
last updateLast Updated : 2022-06-24
Read more

Bab 86, Pertemuan Tak Terduga

Windi mematut pantulan dirinya yang ada di cermin. Sungguh ia merasa takjub sendiri melihat penampilannya dalam balutan gaun malam berwarna maroon itu. Gaun pesta ala mermaid membungkus tubuh Windi yang sintal dengan indah, menonjolkan bagian-bagian tertentu dalam porsinya yang pas. Setelah merasa cukup puas dengan gaun pilihannya, Windi pun keluar dari kamar ganti itu.Pandu yang menunggu di luar kamar ganti spontan berdiri dengan bola mata membesar saat melihat Windi keluar. Mulutnya ternganga, terpesona akan kecantikan Windi yang tak biasa."Bagaimana, Kak? Cocok, tidak?" tanya Windi malu-malu. Pandu tidak menjawab, hanya tepuk tangannya yang menggema ke seantero toko. "Kamu cantik sekali, Win. Super-duper-cantik!" puji Pandu sambil berdecak panjang."Kak Pandu ini bisa saja. Jangan berlebihan, Kak. Jangan buat aku malu," ucap Windi dengan bibir mengerucut, sedikit protes, tetapi tetap saja pipinya merona."Aku tidak berlebihan. Coba saja tanya pada pramuniaga itu," sahut Pandu. "
last updateLast Updated : 2023-02-10
Read more

Bab 87, Aku Tidak Mau Menunda Lagi

Pandu heran melihat Yoo-ill dan Windi terdiam dengan tatapan saling bertaut, sementara wajah mereka menggambarkan ekspresi yang sulit untuk digambarkan. Terkejut, kecewa, luka, dan juga rindu yang tersirat dalam. Berada di antara mereka membuat Pandu mendadak merasa berada di dunia yang berbeda. Keadaan itu berlangsung cukup lama sampai suara tunangan Yoo-ill membuyarkannya. "Wah, dunia ini sempit sekali, ya. Ternyata wanita yang ingin kamu kenalkan itu Windi, Pan?" tanya Ji-hyun pada Pandu. Pandu dan Ji-hyun merupakan teman saat duduk di bangku SMA dulu, sementara Yoo-ill adalah temannya di saat kuliah. Itu sebabnya Pandu sangat antusias menghadiri pesta pertunangan ini karena kedua calon pengantin adalah temannya. "Kamu kenal Windi?" Pandu balik bertanya dengan heran. Ji-hyun melirik Yoo-ill yang masih menatap Windi tanpa jeda, lalu bergelayut manja di lengan lelaki itu. Lewat sikapnya itu ia ingin memberi tahu Windi bahwa Yoo-ill adalah miliknya. "Bukan aku yang kenal Windi sec
last updateLast Updated : 2023-06-24
Read more

Bab 88, Tamu Tak Diundang

"Aku senang sekali, Win. Memang itu yang aku mau. Tetapi, kalau aku boleh tau, apa alasan kamu tiba-tiba ingin mempercepat pernikahan kita?" Pandu bertanya tak sabar setelah mereka berada di hotel. Tadi ia terpaksa beralasan ada pekerjaan mendadak sehingga bisa pamit lebih awal dari pesta pertunangan Yoo-ill dan Ji-hyun. Meskipun ia sendiri heran dengan sikap Windi yang bersikeras untuk pulang, tetapi demi kenyamanan sang kekasih hati ia pun menuruti permintaan Windi."Tidak ada alasan khusus. Melihat Kak Pandu dikelilingi wanita-wanita cantik saat di pesta tadi membuatku berpikir sepertinya aku harus segera mengikatmu dengan cincin pernikahan," jawab Windi beralasan. Padahal ia melakukan itu karena takut hatinya kembali goyah oleh Yoo-ill. Windi takut, nama Yoo-ill yang telah terkubur di hatinya hidup kembali karena terbayang tatapan laki-laki itu yang dipenuhi rasa bersalah saat menatapnya tadi. Sementara ia sudah berkomitmen dengan Pandu. Pandu dan keluarganya adalah orang-orang
last updateLast Updated : 2023-06-24
Read more

Bab 89, H-5

Dengan penuh tanda tanya Windi menyeret langkah menuju pintu, lalu mengintip lewat peephole yang ada di sana. Windi mengernyit heran saat melihat wajah Ji-Hyun di sana. Tak ingin memendam rasa penasarannya lebih lama, ia pun membuka pintu itu."Ji-Hyun?! Ada keperluan apa kamu di sini?" "Aku mau bicara." Dengan lancangnya, Ji-Hyun menerobos masuk lalu berkeliling kamar, masuk ke kamar mandi, membuka pintu lemari seolah sedang mencari sesuatu. Setelah gagal menemukan apa yang dicari, dia pun duduk di sofa yang tersedia di sudut kamar."Kamu sendiri?" tanyanya dengan tatapan menyelidik."Bersama Pandu. Dia sedang membeli makanan ke luar."Ji-hyun tak percaya. "Kenapa tidak pesan di restoran hotel saja?""Dia lagi pengen makan masakan Indonesia. Di restoran hotel ini tidak ada," jawab Windi asal. Padahal ia tidak tahu pasti Pandu ke mana, karena lelaki itu pergi saat dirinya sedang mandi.Windi menghela napas panjang, menutup pintu, lalu duduk di pinggir ranjang, berhadapan dengan Ji-hy
last updateLast Updated : 2023-07-06
Read more

Bab 90, H-3

Dua hari berlalu. Di kediaman keluarga Han sedang terjadi ketegangan. Pasalnya adalah kepulangan Yoo-ill setelah tiga hari menghilang pasca membatalkan pertunangannya dengan Ji-hyun.PLAK! PLAK!Tamparan keras dari tangan Tn. Han mendarat di wajah Yoo-ill. Tidak hanya sekali, tetapi berkali-kali. Masih tak puas juga, tetua keluarga Han itu juga menendang Yoo-ill dengan kakinya yang memakai sepatu pantofel. Sakit? Jangan ditanya. Ringis kesakitan dari Yoo-ill sudah menjawab semua itu, betapa sakit tubuhnya yang didera pukulan bertubi-tubi dari sang ayah.Sementara Ny. Ko hanya bisa menangis tersedu sambil menahan kaki sang suami agar berhenti memukuli buah hatinya."Cukup, Yeobo. Jangan pukuli Yoo-ill lagi. Berhenti memukuli kepalanya, matanya masih sangat rentan dengan guncangan. Tolong berhentilah!" pinta Ny. Ko yang kalut melihat luka di kening Yoo-ill. Ia takut sekali penglihatan Yoo-ill kembali bermasalah akibat pukulan itu.Namun, Tn. Han mengabaikan rengekan istrinya. Matanya y
last updateLast Updated : 2023-07-08
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status