Beranda / Romansa / Obsesi Tuan Hagen / Bab 111 - Bab 120

Semua Bab Obsesi Tuan Hagen: Bab 111 - Bab 120

176 Bab

BAB 110 I Perjalanan Pulang

Athena baru saja membereskan meja kerjanya. Dan dia sudah bersiap-siap hendak beranjak pergi untuk pulang ke rumah, namun tiba-tiba saja sebuah panggilan dari ruang kerja Hagen menghentikan dirinya seketika. Disela-sela perasaan gugup yang ditutupi dengan  rasa percaya diri, Athen pun berjalan mendekati ruangan kerja atasannya tersebut.Wanita itu mengetuk pintu sebanyak dua kali, sebelum akhirnya terdengar suara maskulin yang mempersilahkan masuk dari dalam.Awalnya Athena memilih untuk mengintip sedikit dengan memasukkan kepala lebih dahulu, namun setelah Hagen menyuruhya menutup pintu, wanita itu pun masuk ke dalam dengan langkah perlahan-lahan dan penuh kehati-hatian.Jelas sekali bahwa dia sengaja mengulur waktu, hal yang tentunya sudah Hagen ketahui.Pria itu pun menunjuk kursi yang ada di hadapannya menggunakan isyarat anggukan dagu.“Duduklah, ada hal yang ingin kudiskusikan denganmu,” jelas Hagen, yang semakin membuat sekr
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-02-28
Baca selengkapnya

BAB 111 I Suasana Tenang dan Damai

Tanpa menyusul Camellia, Hagen malah berjalan menuju ruangan di mana meja bar berada. Dia duduk sebentar di salah satu sofa sembari menikmati cairan keemasan yang baru saja dituang di atas gelas kristal. Matanya tampak fokus memandang ke luar jendela, dengan guyuran hujan di luar sana.Dia tidak mengira akan turun hujan secara tiba-tiba, sehingga Hagen tidak sempat memberikan perintah baru untuk para penjaga di luar gerbang.Setelah beberapa waktu menikmati cairan penghangat tubuh itu, akhirnya Hagen pun mengeluarkan ponsel dan mencoba untuk menghubungi seseorang.“Halo,” jawab suara di seberang dengan nada terdengar kesal. “Ada apa lagi kali ini?”Seketika Hagen pun memeriksa layar ponselnya, memastikan bahwa dia tidak menghubungi orang yang salah. Setahunya hanya ada satu pria yang akan menjawabnya dengan sambutan tidak ramah, yaitu Timothy, tetapi melihat nama yang tertera di ponselnya adalah Connor Black, Hagen pun sempat berta
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-02-28
Baca selengkapnya

BAB 112 I Pembicaraan Para Pria Red Cage

Brandon Brown menatap Jaxon yang menahannya untuk tidak pergi ke Lancester, hal itu membuat dia terdiam sembari berpikir cukup lama.Dan mendengar suara tangis Athena yang memohon-mohon agar dia segera menyelesaikan urusan dengan Hagen semakin membuat pria itu pun terpukul.Belum lagi karena kejadian ini Brandon harus memikirkan ulang rencana ke depan.“Aku tidak bisa membiarkan gadis itu menghadapi Hagen sendiri,” gumamnya, sembari memandang wajah-wajah dari para anggota Red Cage yang sedang berkumpul di sekitar. “Dia bahkan dengan berani memberikan uang buka mulut.”Ekspresi yang Brandon tunjukkan lebih seperti rasa kesal. Dia sadar bahwa sahabatnya itu pastilah di ambang rasa putus asa untuk menariknya ke Lancester, karena Blake Hagen tidak dapat melakukan apa-apa bila Brandon berada di Denver. Daerah ini bukanlah teritorialnya, sehingga menyakiti salah satu anggota Red Cage dapat mengakibatkan perang terbuka bagi keduanya.
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-02-28
Baca selengkapnya

BAB 113 I Kotak-Kotak Paket

Sebuah panggilan dari sekretaris pribadinya membuat Hagen pun menghentikan pekerjaan sejenak. Dia mendengarkan dengan seksama apa yang baru saja Athena sampaikan.“Sir, Mrs. Duncan ingin bertemu.”“Siapa? Ulangi lagi?” tanya Hagen, berpikir bahwa mungkin saja dia salah mendengar. Tetapi saat Athena mengulang satu nama, dia yakin mungkin sekretarisnya itulah yang salah paham.“Dia tidak dipanggil dengan Mrs. Duncan, tetapi sudah berganti menjadi Mrs. Winston,” kata Hagen, meluruskan. “Tapi, bagaimana kau bisa mengetahui bahwa dia Mrs. Duncan?”Untuk sesaat Athena tampak gelagapan. Jelas sekali bahwa dia tidak siap dengan pertanyaan barusan.Hal itu Hagen tanyakan, karena tidak mungkin Amanda mengatakan bahwa dirinya adalah Amanda Duncan disaat-saat wanita itu bersikeras telah mengganti nama.“Ah, itu … beliau mengatakan bahwa dirinya adalah Ibu dari Miss Camellia Duncan.”
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-02-28
Baca selengkapnya

BAB 114 I Barter

Malam itu Hagen memutuskan untuk turun beranjak dari ranjang. Dia menyelimuti Camellia hingga menutupi bahu telanjangnya. Cukup lama pria itu mengamati wajah terlelapnya yang nyaris tenggelam di atas bantal. Namun, sesuatu pun membawa pria itu untuk turun ke lantai bawah.Dia mendatangi Frank yang kebetulan duduk di dalam ruang pertemuan. Dengan secangkir kopi dan cerutu, keduanya menikmati keheningan malam.Jam dinding masih menunjukkan pukul delapan, tetapi Kastil Petunia seakan telah mati suri tanpa suara-suara pelayan yang mengisi. Mungkin saja karena Hagen sudah membebas tugaskan mereka sejak tadi, sehingga sebagian memilih ke kamar masing-masing untuk beristirahat.Dalam suasana tenang, dia menyeruput kopinya sembari menopang kaki pada sandaran di bawah meja.Dan setelah keheningan itu berlalu, Hagen pun mulai bersuara.“Amanda akan segera menikah.”Sengaja Hagen tidak mengatakan hal itu dalam perjalan menuju ke Petunia, ka
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-02-28
Baca selengkapnya

BAB 115 I Kunjungan Ke Rumah Sakit

Mata Camellia membuka ketika dia merasakan sesuatu yang hangat menyentuh punggung telanjangnya, dan saat itulah dia menyadari bahwa Hagen sedang berada di atas tubuhnya sembari terus mengecup-ngecup pelan di sepanjang tulang punggung hingga ke bawah.Rasa geli dan panas akibat kecupan itu membuat tubuh Camellia bergetar. Hingga dia tidak bisa menahan jempol kaki yang menekuk ke arah ranjang, serta jari-jemari tangan yang meremas seprei yang sedang dia tiduri.“Morning,” bisik pria itu dengan nada suara yang parau, membuat kelopak mata Camellia yang tadi bergetar pun membuka perlahan-lahan.“Mo-morning,” jawabnya terbata ketika merasakan sesuatu mendesak masuk di antara kedua paha. “Uhhh.”Dan saat itulah terdengar suara lenguhan panjang tertah
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-02-28
Baca selengkapnya

BAB 116 I Berita Kematian

Hagen tersenyum pada Camellia begitu dia mendapatkan telepon yang mengabarkan berita kematian tersebut. Dia menarik belakang kepala gadis itu, lalu mendaratkan ciuman yang panjang di dahinya. Hal itu tentu saja membuat Camellia tersenyum dengan mata sedikit berkaca-kaca.Gadis itu berpikir bahwa Hagen sangatlah emosional setelah keluar dari rumah sakit. Mungkin, ada baiknya mereka sering melakukan kunjungan.Tetapi, senyum Camellia berubah menjadi ekspresi bingung ketika melihat ekspresi wajah Hagen yang seakan menahan marah.“Ada apa?” tanyanya pelan, sembari terus memegangi dada bidang pria itu.Sadar bahwa dia baru saja memperlihatkan ekspresi terbukanya, Hagen pun memperbaiki itu dengan senyuman yang baru, dan lebih meyakinkan.“Oh, tidak ada, aku hanya memikirkan pekerjaan. Kurasa aku akan menghubungi Athena nanti,” ucapnya, kembali mendaratkan kecupan di kepala gadis itu.Camellia yang mempercayai alasan Hagen p
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-02-28
Baca selengkapnya

BAB 117 I Tangis Kesedihan

Camellia sedang membereskan beberapa kotak-kotak paket yang datang beberapa waktu lalu. Dia tampak membuka bungkus dari kotak-kotak itu penuh dengan kehati-hatian, terutama pada benda-benda berupa perhiasan dan berlian.Sementara itu, Erlinda yang ikut menemani hanya bisa mengawasi dan membantu bila diperlukan.“Anda bisa mengatakan padaku jika membutuhkan bantuan,” ucap pelayan muda itu saat hendak pamit ke dapur.“Pergilah, aku bisa mengerjakan ini sendiri,” ucapnya, yang seketika meyakinkan Erlinda.Dan setelah kepergian pelayannya itu, Camellia pun melanjutkan pekerjaannya kembali. Tetapi, dia dikejutkan dengan panggilan dari Bella yang tiba-tiba membuat ponselnya bergetar.Melihat nama sahabatnya ada di layar, gadis itu pun tersenyum saat menyapa pada dering ke dua.“Bagaimana sekolahmu?” tanya Camellia tanpa sapaan pembuka, hal itu tentu saja mengundang tawa Bella.“Menyenangkan, tetapi
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-02-28
Baca selengkapnya

BAB 118 I Pembicaraan Frank & Hagen di Balkon

Camellia memetik sekuntum bunga Petunia yang baru saja mekar di taman. Cukup lama dia menatap bunga dengan kelopak warna merah muda yang berada dalam genggaman.Dengan pikiran berkelana, gadis itu seolah tidak menikmati keindahan bunga yang berada di hadapan. Matanya terlihat kosong dan hal itu tidak luput dari perhatian Blake Hagen yang sejak tadi mengawasi Camellia dari balkon ruang kerja.Pria itu berdiri dengan posisi kedua tangan berada di dalam saku celana, sedangkan tatapannya tidak sekali pun beralih dari sosok Camellia yang mematung di tengah-tengah hamparan Bunga Petunia.“Apa kau tidak menemaninya, Boss?”Suara Frank yang berasal dari dekat pintu membuat Hagen menghela napas sembari memejamkan mata sejenak. Ketika kedua kelopak matanya kembali terbuka, dia pun menggeleng pelan.“Kehadiranku hanya akan semakin memperburuk suasana,” ucap pria itu.Manik obsidiannya pun beralih pada cakrawala yang membentang d
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-03-06
Baca selengkapnya

BAB 119 I Foto di Ruang Kerja Pria Itu

“Princess.”Suara maskulin itu membuat Camellia berpaling. Langkah kaki gadis itu seketika terhenti, dan dia pun menghadap ke atas balkon, di mana Blake Hagen tampak bersandar pada railing dengan segelas minuman dalam genggaman tangan kekarnya.Awalnya Camellia memutuskan untuk kembali ke Kastil Petunia, dikarenakan angin kencang yang mulai berhembus, menandakan tidak lama lagi badai akan turun. Dan pada akhirnya, di sinilah dia. Tepat di bawah balkon yang sejak tadi menjadi tempat bersantai pria itu.“Apa kau sudah puas jalan-jalannya?”Pertanyaan bernada sederhana itu membuat dahi Camellia berkerut heran. Dan dari cara pria itu berbicara, Camellia pun tahu bahwa Hagen memiliki niat tersembunyi.“Apa kau ingin mengatakan sesuatu?” balas gadis itu, yang Hagen tanggapi dengan kekehan pelan. “Melihatmu yang setengah mabuk, aku yakin kau menginginkan sesuatu!”Delikan tajam yang Camellia lemparkan
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-03-07
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1011121314
...
18
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status