Home / Pendekar / Arya Tumanggala / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Arya Tumanggala: Chapter 21 - Chapter 30

135 Chapters

Kembali Dihukum

SEMENTARA itu, Senopati Arya Lembana yang masih berdiri di tempatnya berteriak memberi perintah. Suara lelaki tersebut terdengar menggelegar bak petir di siang bolong."Panggil prajurit bernama Tumanggala itu kemari!"Dua prajurit jaga langsung membungkuk hormat dan keluar meninggalkan ruangan tersebut. Berselang beberapa saat, keduanya kembali dengan mengapit Tumanggala yang menenteng bungkusan kain berisi kepala Ranasura.Tumanggala diantar kedua prajurit jaga hingga berdiri beberapa langkah di hadapan Arya Lembana. Begitu berhadap-hadapan dengan sang senopati, prajurit tersebut menghaturkan sikap menghormat."Saya datang memenuhi panggilan, Gusti Senopati," ujarnya sembari membungkukkan badan dan menundukkan kepala.Arya Lembana tak menanggapi. Tatapan mata sang senopati tertuju pada bungkusan kain berbau anyir darah yang ditenteng Tumanggala."Apa yang kau bawa itu, Prajurit?" tanya sang senopati kemudian.Tumanggala telan ludahny
last updateLast Updated : 2021-06-21
Read more

Melawan

TUMANGGALA tentu saja tak mau mengakhiri hidup di atas batu pancung. Ia sungguh tidak rela mati terhina sebagai seorang terhukum. Terlebih hukuman itu dijatuhkan untuk perbuatan yang tidak pernah ia lakukan.Hukuman yang diberikan semata-mata berdasarkan syak wasangka. Entah apa alasannya Tumanggala tak mengerti. Dugaan tersebut hanya didasarkan pada prasangka, tapi sudah dianggap sebagai kebenaran oleh Senopati Arya Lembana.Tumanggala jelas tidak dapat menerima hal itu. Prajurit tersebut harus melawan. Ia harus menunjukkan bahwa dirinya benar-benar tidak melakukan perbuatan yang dituduhkan padanya."Gusti Senopati, mohon ampunkan saya jika berkata lancang. Tapi saya harap Gusti berlaku bijaksana dengan tidak menjatuhkan tuduhan hanya berdasarkan prasangka," ucap Tumanggala seraya bersimpuh di hadapan Arya Lembana."Saya berani bersumpah, saya tidak berkomplot dengan gerombolan begal yang dipimpin Ranasura itu!" lanjut sang prajurit dengan suara bergetar
last updateLast Updated : 2021-06-23
Read more

Memberi Pelajaran

DUA prajurit jaga ruangan Senopati Arya Lembana cepat-cepat berusaha mengelak. Namun gerakan tersebut sudah sangat terlambat. Tendangan yang dilepas Tumanggala tahu-tahu saja sudah berada di depan mata!Tanpa ampun hantaman kaki Tumanggala pun mendarat telak di pipi kedua prajurit jaga tersebut secara bergantian. Membuat kepala mereka terpuntir seolah hendak copot dari batang leher.Pekik kesakitan terlontar dari mulut kedua prajurit jaga. Lalu mulut mereka tiba-tiba saja terasa asin. Pertanda ada darah di sana. Sementara itu tubuh keduanya terlempar ke belakang akibat begitu kerasnya tendangan yang dilepas Tumanggala.Bukk!Suara bergedebukan keras memenuhi lorong manakala tubuh kedua prajurit jaga itu jatuh terkapar tanpa daya. Sekali lagi mereka mengaduh, merasakan sakit akibat menghantam kerasnya permukaan lantai."Bedebah kurang ajar!" maki salah satu dari dua prajurit jaga tersebut seraya cepat-cepat bangkit berdiri. "Kau minta mati rupanya,
last updateLast Updated : 2021-06-24
Read more

Terlalu Jauh

TUMANGGALA menyeringai senang menyaksikan keadaan kedua lawan. Masih dengan terus mengembangkan seringai, sang prajurit Panjalu langkahkan kakinya perlahan mendekati dua prajurit jaga.Kaki Tumanggala berhenti sejarak satu setengah depa dari hadapan kedua orang tersebut. Sepasang tangannya ditekuk ke pinggang. Sementara matanya memandangi keadaan mereka yang kepayahan dengan tatapan mengejek."Tahu rasa kalian sekarang," gumam Tumanggala, masih sembari menyeringai lebar.Meski hanya berupa gumaman, tapi kedua prajurit jaga yang tengah terduduk di lantai dapat mendengar ucapan itu. Salah seorang dari mereka menggeram marah. Namun tak dapat melakukan apa-apa."Kau yang akan tahu rasa, Tumanggala. Jangan kau pikir Gusti Senopati akan diam saja saat mengetahui perbuatanmu ini," sahut prajurit jaga tersebut, seraya berusaha berdiri dengan susah payah.Ketika kemudian dapat berdiri tegak, tubuh dua prajurit jaga itu terhuyung-huyung bagaikan orang mabuk.
last updateLast Updated : 2021-06-25
Read more

Tahanan Bawah Tanah

TINGGAL seujung jari lagi ujung pedang Tumanggala mengenai sasaran, tahu-tahu saja terdengar suara bentakan keras menggelegar. Diiringi munculnya kelebatan senjata yang kemudian mematahkan serangan Tumanggala. Suara berdentrang nyaring terdengar memenuhi sepanjang lorong. Mengagetkan siapa pun yang berada di sana. Tumanggala terbeliak kaget. Tangannya yang memegang pedang bergetar hebat. Wajahnya berubah ketika kemudian melihat sosok Senopati Arya Lembana, diikuti segerombolan prajurit bersenjata tombak panjang. "Apa yang telah kau lakukan di sini, Tumanggala?" bentak Arya Lembana dengan sepasang mata berkilat-kilat. Tumanggala telan ludah sejenak, baru memberanikan diri menjawab, "Ma-maafkan saya, Gusti Senopati. Saya hanya mencoba membela diri." "Membela diri, katamu?" ulang Arya Lembana, menggeram. "Be-benar, Gusti. Dua prajurit ini telah berlaku seenaknya pada saya, sehingga saya merasa perlu memberi pelajaran," sahut Tumanggala.
last updateLast Updated : 2021-07-06
Read more

Pengintai di Surawana

SURAWANA merupakan sebuah perkampungan nun jauh di timur laut Dahanapura. Berjarak nyaris lima belas ribu depa, atau lima puluh empat lie jika menggunakan satuan ukuran Bangsa Song. Dibutuhkan waktu sekitar sepenanakan nasi dengan berkuda untuk menuju ke sana. Waktu yang tidak sebentar. Tapi menjadi tidak ada apa-apanya jika dilakukan demi melepas rindu pada orang-orang terkasih. Waktu selama itulah yang biasa Tumanggala habiskan untuk pulang menemui anak dan isterinya di akhir masa tugas. Melepas kerinduan barang beberapa hari dengan bercengkerama bersama puteranya, sebelum kembali berangkat memenuhi panggilan tugas lainnya. "Kenapa Ayah tidak pulang-pulang juga, Ibu?" suara bocah kecil bertanya pada ibunya terdengar dari satu rumah di ujung perkampungan. Sama seperti rumah-rumah lainnya di sana, rumah tersebut berbentuk persegi dengan dinding anyaman bambu. Bagian atapnya terbuat dari susunan ilalang yang dijepit menggunakan belahan bambu.
last updateLast Updated : 2021-07-06
Read more

Upeti Raja

PAGI datang membawa rintik-rintik gerimis. Jalanan tanah Kotaraja Dahanapura menjadi basah dibuatnya. Seorang kusir yang membawa gerobak bertutup kain hitam tampak berwajah masam. Jalanan yang basah mengakibatkan roda-roda kendaraannya sering tergelincir. Namun kusir tersebut tak punya pilihan lain. Pagi itu juga ia harus mengantar gerobak berpenutup kain hitam tersebut ke tujuan. Tak peduli apa pun yang terjadi. Dan jika menilik pada sekelompok prajurit bersenjata yang mengawal gerobak tersebut, isinya tentulah barang berharga. Atau pemiliknya dari kalangan petinggi istana Kerajaan Panjalu. Atau justru gabungan keduanya. "Apakah kita tidak sebaiknya singgah di kediaman Gusti Senopati terlebih dahulu?" tanya salah seorang prajurit pengawal gerobak di bagian depan. Yang diajak bicara seorang berpangkat lurah prajurit. Tak lain adalah Wipaksa, tangan kanan Bekel Kridapala, juga anggota pasukan Senopati Arya Lembana. "Gusti Senopati sudah menungg
last updateLast Updated : 2021-07-09
Read more

Kejutan

SETELAH beberapa saat, Rakryan Rangga yang ditunggu-tunggu akhirnya muncul juga. Semua orang yang ada di balai paseban bergegas bangkit berdiri. Sama-sama menghaturkan sembah hormat.Rakryan Rangga adalah jabatan kedua tertinggi dalam tata keprajuritan. Tepat di bawah Rakryan Tumenggung sebagai panglima perang kerajaan. Seorang Rakryan Rangga membawahkan para senopati, termasuk Senopati Arya Lembana.Dengan pandangan tajam dan wajah datar, Rakryan Rangga merayapi satu demi satu wajah-wajah yang ada di hadapannya. Matanya kemudian tertumbuk pada peti panjang berisi upeti dari Wurawan yang terletak di tengah-tengah ruangan."Hmm, jadi ini upeti dari Wurawan yang sempat dirampas gerombolan begal dari Wengker itu?" tanya Rakryan Rangga sembari mendekati peti kayu tersebut.Meski Rakryan Rangga tak menyebut nama, namun semua yang ada di sana sudah mafhum jika pertanyaan tersebut ditujukan pada Arya Lembana. Sontak sang senopati angkat kedua tangan di depan dad
last updateLast Updated : 2021-07-10
Read more

Riwayat Tumanggala

SUASANA di balai paseban mendadak hening. Arya Lembana terpekur diam, tak tahu lagi harus berkata apa. Alih-alih memojokkan Tumanggala dalam peristiwa pembegalan upeti dari Wurawan, justru dirinya yang kini tersudut sendiri. Sementara itu Wipaksa menjadi bingung. Hatinya berkecamuk begitu melihat sikap Rakryan Rangga barusan. Ia sontak teringat pada Kridapala. Atasannya itu agaknya harus menelan kekecewaan jika mengharap Tumanggala dijatuhi hukuman berat. "Lembana," suara Rakryan Rangga memecah kesunyian. Arya Lembana buru-buru angkat kedua tangan ke depan wajah, menghaturkan sembah. "Sendika dawuh, Gusti," sahut sang senopati tanpa berani mengangkat kepala. "Siapa nama prajurit yang telah membunuh gembong begal itu?" tanya Rakryan Rangga. Arya Lembana tak langsung menjawab. Melainkan berpaling sebentar pada Wipaksa di sebelahnya. Untuk sesaat keduanya saling pandang dengan sorot mata kebingungan. "Namanya Tumanggala, Gusti," j
last updateLast Updated : 2021-07-11
Read more

Amarah Arya Lembana

BEGITU melewati gerbang balai paseban, Arya Lembana mendekati Wipaksa dengan gusar. Dicengkeramnya leher lurah prajurit tersebut kuat-kuat, sehingga membuat Wipaksa tercekik.  Susah payah lelaki itu meronta-ronta berusaha melepaskan diri.Para prajurit yang menyaksikan kejadian itu hanya bisa diam dalam kebingungan. Mereka tak berani ikut campur, sebab yang melakukannya seorang senopati. Akhirnya mereka hanya berdiri berjaga-jaga di sekeliling kedua orang tersebut."Keparat kau, Wipaksa! Agaknya kau biang masalah ini!" seru Arya Lembana sambil mengeratkan cekikan tangannya di leher Wipaksa.Wajah Wipaksa tampak memerah. Kedua matanya membulat besar, seolah hendak mencolot keluar. Mulut lurah prajurit tersebut tampak terbuka hendak mengatakan sesuatu, namun tak ada suara yang keluar."Sepertinya kau punya rencana jahat terhadap Tumanggala, hah? Sehingga kau memberi laporan yang terus menyudutkan prajurit itu padaku. Mengaku!" ujar Arya Lembana lagi de
last updateLast Updated : 2021-07-11
Read more
PREV
123456
...
14
DMCA.com Protection Status