Semua Bab Dijodohkan Dengan CEO: Bab 11 - Bab 20

25 Bab

Hal Mengejutkan

Ganendra mengurai pelukannya dari Aulia. Aulia masih tertunduk dengan wajah basahnya. Ganendra memegang kedua pundaknya dan berkata, "Bujuklah Nenek, aku akan mengurus semuanya. Jika Opa tahu dia pasti akan melakukan hal yang sama" ujar Ganendra pada Aulia.Aulia mengangguk pelan. Ia mengusap wajahnya yang basah dan berlari ke dalam toilet untuk membasuh wajahnya. Ganendra masih setia menunggunya.Tak lama Aulia keluar dan melihat Ganendra masih menunggu dirinya."Kenapa kau masih di sini?" tanya Aulia."Pulanglah, kau mungkin butuh waktu untuk menenangkan diri" jawab Ganendra.Aulia tersenyum kecil. Ia memandang pada Ganendra dengan tatapan tidak dimengerti Ganendra."Kau menyuruhku meninggalkan kantor di hari pertamaku bekerja? Apa kau ingin aku dipecat, hah?" tanya Aulia tajam."Jangan khawatir untuk hal itu, aku akan mengurusnya dengan kepala devisimu. Jadi pulanglah!" titah Ganendra."Aku akan tetap bekerja seperti seharus
Baca selengkapnya

Keputusan Aulia.

Jam pulang kerja sudah tiba. Ganendra mencari Aulia di ruangannya untuk pulang bersama. Dan ternyata di sana sudah ada Rafael. Ganendra menyapanya, memberikan senyuman terbaiknya seolah mereka adalah teman baik."Kau teman Aulia, bukan?" tanya Ganendra pura-pura tidak tahu.Rafael mengangguk pelan."Sedang menunggu Aulia?" tanya Ganendra lagi."Iya, Pak!" jawab Rafael seadanya."Sayang sekali, kami akan pulang bersama karena suatu hal. Mungkin kau bisa pulang dengan Aulia di lain waktu!" kata Ganendra meminta Rafael mundur dengan cara halus."Baiklah, Pak. Kalau begitu saya akan pulang. Selamat sore, Pak!" kata Rafael pada Ganendra.Ganendra senyum penuh kemenangan. Ia pun tidak membuang waktu lagi. Ia langsung menemui Aulia. Hal ini membuat banyak pertanyaan dari semua pegawai yang melihatnya. Jarang sekali Ganendra masuk ke ruangan mereka.Aulia yang melihat kedatangan Ganendra sedikit terkejut. Ia mengedipkan mata sebagai ko
Baca selengkapnya

Syarat Aulia.

Ganendra dan Nenek Winda terkejut mendengar penuturan Aulia. Terlebih Ganendra, sebelumnya tidak ada pembicaraan antara keduanya mengenai pertunangan mereka. Namun tiba-tiba saja Aulia sudah memutuskan bahkan mengatakan itu di depan Nenek Winda."Aulia, ini bahkan belum satu minggu. Kau yakin sudah memutuskannya?!" tanya Nenek Winda memastikan."Iya, Nek. Tenang saja. Aku sudah membicarakan semuanya dengan Ganendra. Bukan begitu, Gane?" tanya Aulia dengan isyarat matanya."Ah, i-iya. Kami sudah membicarakan semuanya, Nek!" jawab Ganendra gelagapan."Baguslah kalau begitu. Nenek senang mendengarnya. Tapi, apakah Hendra sudah tau tentang keputusan kalian ini?" tanya Nenek Winda memastikan."Belum, Nek. Kami baru membicarakannya tadi siang. Nanti kami akan memberitahukan Opa Hendra tentang semuanya. Yang penting sekarang Nenek fokus dengan pengobatan Nenek saja. Nenek tidak perlu mengkhawatirkan aku lagi karena aku sudah akan menikah!" kata Aulia.
Baca selengkapnya

Syarat Aulia 2

Aulia diam dalam waktu yang cukup lama. Ia masih memikirkan konsekuensi yang Ganendra katakan padanya. Untuk sekian kalinya ia bimbang. Aulia berpikir mungkin cukup hanya dengan menikah saja, namun dia lupa bahwa kenyataannya ia harus menjadi istri dalam arti yang sebenarnya."Tidur dengannya?" gumam Aulia kecil."Kenapa? Kau tak bisa?" tanya Ganendra yang tanpa sengaja mendengar gumaman Aulia."Apa kita tidak bisa menikah saja. Lagipula belum tentu setelah tidur denganmu aku bisa hamil?" tukas Aulia.Ganendra membulatkan mata tak percaya. Aulia lagi-lagi sudah menghina sisi kelelakiannya."Aku pria sehat, Aulia. Iya, aku akui kalau aku seorang penikmat minuman keras, tapi aku bisa menghentikan itu semua kalau kita sudah memikirkan untuk memiliki anak. Yang Opa mau hanyalah keturunan agar bisa mendapatkan penerus keluarga Bamantara!" kata Ganendra."Entahlah, aku bingung!" keluh Aulia.Ganendra pun diam. Aulia hanyalah gadis kebanyakk
Baca selengkapnya

Keputusan Akhir

Aulia menoleh pada Ganendra. Kini Ganendra merasa di tusuk beribu macam jenis jarum ke dalam matanya akibat tatapan tajam Aulia dan juga Opa Hendra. Dengan ragu ia pun berkata ....,"Baiklah, aku siap. Tidak akan ada wanita lain selain kau di dalam rumah tangga kita!" kata Ganendra penuh keyakinan.Opa Hendra tertawa lantang. Ia bahkan bertepuk tangan mendengar janji yang diucapkan Ganendra pada Aulia. Sambil berdiri ia berkata,"Gane, ingat! Kau seorang lelaki. Pegang semua kata-katamu!" kata Opa Hendra.Ganendra hanya menganggukkan kepalanya, ia tahu ini akan sulit baginya, tapi ia bisa meyakinkan dirinya bahwa Aulia hanya akan jadi satu-satunya wanita yang ia akui."Jadi, kapan kalian akan bertunangan?" tanya Opa Hendra kemudian."Semakin cepat semakin baik, Opa. Aku sudah jengah dengan semua ini. Aku ingin menyelesaikannya agar bisa mengerjakan hal lainnya!" tukas Ganendra.Aulia menatapnya tajam, begitu pula dengan Opa Hendra. Me
Baca selengkapnya

Pasrah.

Aulia menyiapkan air mandi untuk Ganendra. Entah kenapa ia harus terjebak dengan Ganendra yang selalu semena-mena padanya. "Tidak apa-apa, yang penting Nenek bisa di operasi!" kata Aulia menenangkan dirinya.Air mandi sudah siap, beserta handuk dan juga peralatan mandi yang Ganendra butuhkan. Aulia beranjak keluar, namun ia terkejut ketika mendapati Ganendra sudah berada di dalam ruangan dan telah mengganti pakaiannya dengan bathdrobe."Sejak kapan kau di sana?!" tanya Aulia memastikan."Sejak kau berada di dalam kamar mandi!" jawab Ganendra sekenanya.Aulia menatapnya tajam, namun Ganendra mengabaikan tatapan Aulia dan berlalu meninggalkannya. Ketika Aulia hendak pergi meninggalkan ruang istirahat Ganendra, tiba-tiba Ganendra berbalik dan menahan tangannya."Bawakan aku sarapan!" katanya pada Aulia.Aulia membulatkan mata mendengarnya. Belum sempat Aulia protes, Ganendra sudah lebih dulu masuk ke dalam kamar mandi. Dengan malas Aulia menuru
Baca selengkapnya

Sekretaris Pribadi

Satu minggu sudah berlalu. Kini tanggal pertunangan sudah ditentukan. Gedung, katering, dan keperluan lainnya pun sudah diurus penuh oleh orang Ganendra. Hanya tinggal menghitung hari maka pertunangan mereka akan dilangsungkan.Hari ini, seperti biasa Aulia berangkat ke kantor dengan Ganendra. Hal ini kembali mengundang perhatian banyak orang. Mereka bertanya-tanya hubungan apa yang dimiliki Aulia dan bos mereka sehingga Ganendra harus mengantar jemput Aulia setiap hari. Banyak pula yang beranggapan kalau Aulia adalah kelinci kecil Ganendra yang sengaja dimasukkan Ganendra ke kantornya untuk memuaskan hasrat Ganendra.Aulia mengabaikan semua itu. Ia menebalkan telinganya meski semua itu benar-benar melukai harga dirinya. Namun apa yang bisa ia lakukan, membela diri pun percuma, itu sama saja ia masuk dalam perangkap wanita-wanita yang sangat mendambakan Ganendra.Ganendra sudah mendengar semua itu. Namun ia tidak bereaksi apa-apa karena ia melihat bahwa Aulia ba
Baca selengkapnya

Diabaikan!

Ganendra membawa Aulia ke sebuah butik desainer terkenal. Aulia tidak terkejut lagi, hal ini pasti terjadi karena Ganendra bukanlah orang sembarangan. Namun hal tersebut tidak menarik perhatian Aulia. Kemewahan Ganendra tidak membuat Aulia silau hingga gelap mata ketika melihat semua barang-barang mahal itu.Seorang pria dengan langkah kemayu mendekati Ganendra dan Aulia. Ia menyapa Ganendra dengan sangat ramah dan kadang bersikap genit layaknya seorang wanita yang ingin menggoda seorang pria.Ganendra berusaha menolak secara halus, ia risih dengan kelakuan pria tersebut. Namun hal ini malah mengundang senyum di wajah Aulia.Aulia senang melihat Ganendra tak berdaya ketika tubuh atletisnya di raba-raba desainer kemayu itu. Aulia bahkan sengaja meninggalkan Ganendra dengan alasan ingin melihat-lihat koleksi desainer tersebut.Tiga puluh menit berselang, Aulia sudah merasa bosan. Ia berniat menemui Ganendra namun tanpa sengaja ia melihat Ganendra sedang ber
Baca selengkapnya

Bertengkar

Lama Aulia menunggu Ganendra, namun tak jua ada tanda-tanda jika Ganendra akan segera menemuinya. Aulia mengintip dari jendela kaca, Ganendra masih sibuk dengan teman wanitanya, sementara Aulia sudah kepanasan menunggu dia untuk kembali bersama. Karena kesal, Aulia pun memanggil seorang tukang ojek dan meninggalkan Ganendra di butik bersama dengan teman wanitanya.Sepanjang perjalanan Aulia mengumpat dalam hati. Ia kesal karena Ganendra benar-benar mengabaikannya. Sementara itu, Ganendra sudah selesai dengan teman wanitanya, ia keluar dengan langkah yang lebar. Namun ketika tiba di lobi tak ada wujud Aulia. Ganendra masih berpikir positif, "Mungkin saja dia menunggu di mobil!" batin Ganendra.Ganendra bergegas menuju mobilnya, namun ketika ia membuka mobil, Ganendra tak mendapati keberadaan Aulia."Apa jangan-jangan dia di toilet?!" batin Ganendra bertanya-tanya.Ganendra mencoba menunggu Aulia di dalam mobil, jika saja dugaannya benar, Aulia sedang di to
Baca selengkapnya

Dihina.

Ganendra mendekatkan wajahnya pada wajah Aulia, berniat membungkam mulut Aulia yang baru saja menghinanya. Akan tetapi Aulia dengan sigap menolak aksi Ganendra itu hingga akhirnya Ganendra menggantinya area yang ditujunya.Ganendra mengecup pelan leher jenjang Aulia, membuat Aulia bergidik geli. Ganendra bisa merasakan bulu kuduk Aulia yang berdiri tegak, ia pun semakin gencar menggoda Aulia hingga membuat tubuh Aulia mulai memanas begitupun dengan dirinya."Ganendra, hentikan!" teriak Aulia yang merasa gerakan Ganendra semakin dalam padanya.Ganendra tak mengindahkan teriakan Aulia, ia sudah mulai asyik dengan permainannya sendiri hingga melupakan bahwa kini mereka masih berada di kantor."Ganendra!!" Aulia berteriak cukup keras seraya mendorong Ganendra dengan keras hingga akhirnya Ganendra berhasil menjauh dari tubuhnya. Hal ini dijadikan kesempatan bagi Aulia untuk melarikan diri, ia segera berdiri dan menutupi tubuhnya dengan bantal yang ada. Sementara Ganendra hanya tersenyum ke
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status