Home / Romansa / My Goddamn Lover / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of My Goddamn Lover: Chapter 1 - Chapter 10

22 Chapters

Bab. 1. Cowok Tajir dan Tampan

 “Jadi, lu udah resmi jadian sama dia? Serius?”Di kantin, saat jam istirahat, Maya begitu antusias menanyai Chika tentang kisah asmara temannya itu dengan seorang lelaki tajir yang dikenalkan Azka, tempo lalu. Namanya Briyan. Namun, Maya tak mengira, kalau Chika akan tertarik secepat itu. Bahkan, Maya tak percaya kalau Chika sudah berhasil menggaet Briyan.Santai, Chika pun menganggukkan kepalanya itu sebagai jawaban. Ia mengakui pengakuannya adalah benar. Bahwa, ia memang sudah meresmikan hubungannya dengan Briyan, sejak tiga hari lalu. Tepatnya saat Valentine.Ditenggaknya minuman dalam gelas sampai habis, kemudian Chika menyeka bibir seksinya itu dengan punggung tangan perlahan-lahan. Ia merasa begitu beruntung, juga percaya diri karena sudah berhasil menggaet seorang lelaki tampan dan juga tajir. Padahal, jauh sebelum itu, paling bagus pacarnya hanya seorang pegawai pabrik. Ia juga pernah menjalin hubungan dengan seorang guru. Namun
Read more

Bab. 2. Kekasih Idaman

Diiringi senyum semeringah, Briyan yang sengaja datang untuk memberi kejutan pada Chika pun menghampiri kekasihnya itu. Lantas, kedua tangan yang Briyan sembunyikan di balik punggung, seketika ia tunjukkan bersamaan dengan sebuket bunga mawar merah merona, lengkap dengan beberapa batang cokelat di dalamnya.Katanya, “Sore, Sayang. Aku telat jemput nggak? Atau ... malah kecepatan?”Pertanyaannya itu pun sukses membuat Chika terharu biru. Dia benar-benar merasa di atas awan sekarang. Sampai-sampai, Chika tak dapat menyembunyikan rona bahagia di pipinya yang tirus. Bahkan, refleks, tubuhnya bergerak kegirangan. Membuat Maya yang berdiri di sampingnya menyikut Chika agar bersikap anggun.“Jadi cewek itu kudu kalem. Jan ganjen kek begitu!” bisik Maya, menasihati Chika yang mendadak ganjen bin labai.“Iya-iya!” balas Chika, sama berbisik. Kemudian, gadis yang memakai gaun merah selutut itu pun melangkah maju. “Aku masih ada satu kelas lagi, Yang. Kamu ke
Read more

Bab. 3. Jadi Nyamuk? Ogah!

Meninggalkan Briyan lebih dulu, Azka pun berlari-lari menuju kelas yang harus dimasukinya selama satu sampai dua jam ke depan. Wajahnya semeringah, meski canggung karena tiba-tiba menyadari sesuatu. Azka pikir, tak seharusnya ia memberikan Chika pada bosnya yang memang kerap bermain-main dengan banyak wanita.Senyum yang tadi semeringah, tiba-tiba menghilang begitu melihat tawa Chika di dalam kelas yang hendak ia lewati. Gadis yang ia suka sejak enam bulan terakhir itu tampak bahagia saat bicara dengan Maya. Sementara dirinya, justru sudah dengan sengaja memasukkan Chika ke dalam kandang singa.Ya, kandang singa. Sebab, karena ketidakyakinannya terhadap perasaan yang Azka punya, ia justru memilih jalan keliru. Azka tahu kalau bosnya itu adalah seorang lelaki nakal. Tapi, demi mendapatkan perhatian lebih dari Chika, Azka rela memungut Chika setelah Briyan mencampakkan gadis pujaannya nanti.“Maaf,” gumamnya sera
Read more

Bab. 4. Ciuman Pertama

Berdecak, karena tak dapat mengejar Maya, Chika pun akhirnya memilih untuk diam sebentar. Ia pikir, ia harus menghubungi Briyan sebelum memutuskan pulang ke rumah. Namun, baru saja Chika merogoh ponsel dari tas selendang yang dipakainya, suara klakson lagi-lagi membuat kaget.Namun, kagetnya kali ini membuat Chika berakhir kegirangan. Sebab, mobil yang sekarang ada di hadapannya itu adalah mobil orang yang sedang ia cari dan tunggu-tunggu. Briyan. Kekasihnya itu, bahkan sudah turun dan berjalan menghampirinya lebih dulu.“Maaf, Sayang. Aku pergi ke Minimarket dulu barusan. Haus,” katanya sambil menyengir lebar. Lantas, Briyan pun meraih kedua tangan Chika dalam sekejap. Bahkan, sampai membuat Chika terkejut karena terbengong. “Maaf, ya,” bujuknya.“Kenapa nggak ngasih tahu aku dulu? Kan, bisa ... bilang mau keluar bentar git
Read more

Bab. 5. Terbakar Api Cemburu

Setelah lebih dari lima menit menikmati lengkung merah jambu milik kekasihnya itu, Briyan belum juga berniat untuk menarik diri. Terlebih, Chika sama sekali tak melakukan penolakan apa pun selain hanya diam dan seolah pasrah. Perlahan, Briyan pun membuka mata yang sedari tadi terpejam. Ia melihat ketenangan, setelah tadi hanya ada gurat gugup di wajah Chika. Semakin yakinlah dia, kalau Chika sudah benar-benar menjatuhkan hati terhadapnya.Perlahan pula, Briyan pun menyusupkan kedua tangannya itu ke balik punggung Chika. Niat hati, ia pun ingin menyusupkan tangannya itu ke balik baju yang Chika pakai. Namun, baru saja telapak tangannya itu menyentuh punggung, Chika langsung terenyak.
Read more

Bab. 6. Sesuatu yang Tak Disangka

“Galak bener temen gue yang satu ini. Mentang-mentang gue nggak datang sama Chika, terus lu sombong gitu sama gue? Ish! Biasa aja kali. Santui. Lagian, salah lu juga. Ngapain ngenalin Chika sama bos lu itu? Padahal, gue tahu kalau lu juga suka, kan, sama dia?”Padahal, Maya yang baru saja datang itu masih di depan pintu. Ia belum masuk sama sekali. Tapi, mulutnya susah nyerocos setengah ngebut kalau disamakan dengan kendaraan beroda empat. Ia juga tertawa-tawa tak jelas sampai membuat Azka keheranan.“Nggak jelas lu! Dahlah, kalau mau ngajak ribut mending lu balik, deh. Gue lagi nggak mood terima tamu. Nggak mood ngobrol. Nggak mood ngapa-ngapain, apalagi sama lu!” ujar Azka seraya hendak menutup pintu.Namun, karena lengah, Azka justru kecolongan saat Maya memilih menerobos masuk daripada pergi dari rumah kontrakan temannya itu. Bahkan, ia yang lelah setelah sedikit berjalan-jalan sepulang kuliah, langsung melempar tubuh tinggi sedangnya itu
Read more

Bab. 7. Bikin Malu

“Suka?”Setelah semua hidangan makan sore mereka terhidang di meja, Bryan pun menanyakan perihal menu makanan di restoran milik bibinya itu. Ayam bakar utuh bumbu barbeque, ikan bakar saus rujak nanas, dan sambal goreng lengkap dengan lalapan-nya tampak masih mengepul juga segar. Belum lagiChika menggeleng. Namun, itu bukan karena dirinya tak suka dengan hidangan tersebut. Melainkan karena tergiur dan tak sabar ingin segera menyantap juga menikmatinya sampai kenyang.“Suka,” katanya sambil menyengir lebar. “Tapi, apa nggak kebanyakan ini, Yang? Kita cuman makan berdua loh?” sambung Chika yang seketika mengingat Maya. Ia dan temannya itu bahkan, harus menunggu satu bulan untuk bisa menikmati makanan seenak dan semahal itu.“Nggaklah. Makannya nggak usah pakai nasi aja, gimana?” usul Bryan.Dia yang menjaga kekekaran tubuhnya itu memang jarang sekali menyantap nasi. Paling-palin
Read more

Bab. 8. Sesuatu yang Salah

Azka tahu kalau yang dilakukannya pada Maya adalah sesuatu yang salah. Namun, ia tetap melakukannya tanpa merasa takit atau berdosa. Ia pikir, yang dilakukannya adalah apa yang diinginkan Mayan. Ia sama sekali tak meminta atau memaksa.Bahkan, jika diulang, Maya lah yang memulainya. Maya lah yang memancingnya. Ia hanya terbawa arus, sampai akhirnya terseret jauh sampai berani melakukannya sesuatu yang tak pernah dilakukannya pada gadis mana pun.Azka yang baru saja menyelesaikan hasrat dalam dirinya itu menarik diri dari tubuh wanita di hadapannya. Tanpa kata atau pun apa, ia langsung melengos pergi ke kamar mandi untuk segera membersihkan dirinya dari keringat. Barangkali, guyuran air dapat menyapu amarahnya yang masih saja berputar dalam kepala. Dan, itu masih saja tentang Chika.Sementara itu, Maya yang juga tak merasa takit sama sekali dengan tindakannya, kemudian duduk seraya beringsut turun. Satu persatu ia ambil pakaian yang berceceran di lantai untuk seg
Read more

Bab. 9. Habis Ketemuan

“Aih, ngos-ngosan gitu. Kenapa?”Di ruang belakang, tempat di mana para karyawan beristirahat, Chika yang baru saja menyimpan tasnya itu dalam loker mengernyit heran saat melihat Maya. Temannya itu menundukkan tubuhnya, dengan kedua tangan bertumpu pada lutut. Sementara deru napasnya terdengar cukup keras, sehingga dapat dipastikan, kalau Maya sedang dalam keadaan capek.Gadis di hadapan Chika itu pun mengangkat wajahnya cepat. Ia masih mengos-ngosan sampai mulutnya maju mundur dengan membentuk sebuah huruf O. Susah paya ia menelan ludah juga sebelum akhirnya berdiri tegak sambil menghela dan membuang napas panjang.“Gue takut telat. Makanya, barusan gue lari dari depan. Mana nggak sempat mandi gue. Kan, asem!” jawabnya sembari mengangkat kedua tangan. Kemudian, ia mencium keteknya sendiri, bergantian. “Tuh, kan ... bau asem!” Ia ngomel sendiri.“Dih! Jorok banget, sih, lu? Lagian, bukannya tadi lu pulang lebih du
Read more

Bab. 10. Batal Nge-Gym

  “Nanti gue kasih tau!” bisik Maya pada temannya itu. Sengaja agar Chika merasa penasaran. Sementara ia sendiri, kemudian sibuk mekayani pembeli. Tak peduli saat Chika menyikut dan membujuknya untuk bercerita sekarang. Maya tetap tak mau.“Astaga! Lu udah bikin gue penasaran, abis itu ditinggal! Ya, kali!” umpatnya seiring bibir cemberut. Karena pemberi masih saja berdatangan, Chika pun terpaksa abai meski rasa penasarannya berputar-putar dalam bayangan. Sampai-sampai Chika tak merasa konsen.“Yang semangat dong! Sekarang, mending lu cerita tentang makan sore lu sama si Bryan. Seru nggak?” Maya pun kembali memancing Chika untuk bicara, setelah sebelumnya merajuk.“Nanti aja gue ceritain. Sibuk gini!” timpalnya, balas mengatakan apa Yang dikatakan Maya. Chika yang masih cemberut itu seketika menarik kedua sudut bibir, berusaha tersenyum ranah pada pembeli saat kembali mulai melayani.
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status