“Terima kasih, berkatmu semua terasa lebih indah, dan bersamamu Lucy merasa sangat bahagia.” Di bawah langit hitam dipenuhi gemerlap bintang, sebuah kecupan hangat mendarat tepat di keningmu. Di depan rumah yang terlihat begitu megah, dia meninggalkanmu seorang diri dengan wajah tersipu. Kamu terdiam, kemudian tersenyum menatapnya berlari kecil memasuki rumah itu. Perlahan kamu mulai menjauh, berbalik arah ketika melihatnya memasuki rumah bertingkat nan indah itu. “Haa ... sialan, ternyata dia orang kaya? Menyerah sajalah, toh dia juga pasti sudah memiliki pasangan. Mungkin kami hanya ditakdirkan bertemu, bukan bersatu. Ingat, semakin tinggi kau berharap, semakin besar pula luka yang kau terima.” Entah mengingatkan diri sendiri atau hanya sekadar bergumam tanpa arti, kata-katamu begitu menyiksa dan sekaligus bermakna untuk dipahami. Jarak semakin menjauh, sebuah suara memekakkan telinga membuatmu menoleh ke sumber suara. Dia melambaikan t
Baca selengkapnya